Engkau biru yang lugu
Dalam keindahan waktu yang terindah
Sebuah karya yang amat indah
Menggeruskan goresan demi goresan
Langit yang kejam mencambukmu
Membiru dirimu diterpa mentari
Hujaman terus kau terima dari langit
Tampak lelah wajahmu itu
Lalu engkau merintih dan menangis
Di terik yang kian memudar
Berganti jingga senja menjelma
Datangkan sebuah makna yang terhndah
Hamparan luka di sekujur tubuhmu
Memerah diterpa senja yang jingga
Berdarah dirimu penuh luka
Sayatan dan goresan di sekujur ragamu
Tak pelak awan mengiba
Jatuhkan setitik air mata
Namun jingga tak lagi tampak
Berganti dengan kegelapan yang mencekam
Selama waktu bergulir
Selama itu lah langit mengukir
Segala bukti kekejaman batin
Yang tercurah dalam takdir
Di kegelapan yang mencekam
Deritamu adalah indahmu
Sayatan dan lukamu menghitam
Membiru menancarkan darah yang putih di pesisir
Kilau bola matamu yang berpendar
Lukiskan cahaya biru di tengah malam
Diselam kegelapan yang berkemul
Ada keindahanmu terselip
Dengan rerumputan air di tubuhmu
Dan bebatuan yang melintang dalam kegelapanmu
Serta sebuah lagi keajaibanmu
Bangkai yang halal bagi kami
Jemu kah engkau?
Bergulung menunjukkan darahmu
Tiada henti hingga akhir waktu
Senantiasa engkau ada
Engkau hidup
Aku tahu itu
Engkau berkelana
Dan aku tahu, engkau bertasbih
Inilah keindahan-Mu?
Ini mahakarya-Mu
Maha Suci Tuhan ku
Maha Agung Tuhan ku
Jumat, 11 Juni 2010
-Untuk Teman Lama-
Hei, kau yang disana
Yang barusan memanggilku
Oh, aku kenal kau, kawan
Kau teman lamaku yang pernah berkenalan denganku
Kau yang pernah memanggilku waktu itu
Tapi aku menolak
Kau berikan kesempatan lagi
Dan kau menjauh
Kau memang indah menawan
Kau juga pasti kan kutemukan
Kau mencariku?
Aku kadang merindukanmu dalam galau
Haha, kawanku yang hebat
Aku menderita tapi kau tertawa
Nanti jemput aku saat kau telah sampai waktunya
Jangan lupa ya...
Mungkin beberapa menit lagi
Atau beberapa hari
Sebulan? Setahun?
Sewindu? Haha, kita pasti jumpa nanti
Namamu
Oh ya, aku hampir lupa sebutkan namamu
Namamu...
Maut Bin Kematian
Yang barusan memanggilku
Oh, aku kenal kau, kawan
Kau teman lamaku yang pernah berkenalan denganku
Kau yang pernah memanggilku waktu itu
Tapi aku menolak
Kau berikan kesempatan lagi
Dan kau menjauh
Kau memang indah menawan
Kau juga pasti kan kutemukan
Kau mencariku?
Aku kadang merindukanmu dalam galau
Haha, kawanku yang hebat
Aku menderita tapi kau tertawa
Nanti jemput aku saat kau telah sampai waktunya
Jangan lupa ya...
Mungkin beberapa menit lagi
Atau beberapa hari
Sebulan? Setahun?
Sewindu? Haha, kita pasti jumpa nanti
Namamu
Oh ya, aku hampir lupa sebutkan namamu
Namamu...
Maut Bin Kematian
-Kristal Cinta-
Dalam gua relung hatimu yang kujelajahi
Untuk mencari batu mulia itu
Sebuah batu azurit yang juga kristal
Kristal cinta yang biru dan memutih
Kilauan cahaya mampu sirnakan dunia
Kutemukannya di lubuk hatimu
Akan kubawa setitik yang kukikis
Dan akan kupasangkan kembali
Dan kuharap satu yang terjadi
Lama kunanti cahaya itu mengkilau
Aku ingin ukirkan namaku di kristal itu, di hatimu
Mungkinkah itu harapan, atau kenyataan?
Entahlah
Untuk mencari batu mulia itu
Sebuah batu azurit yang juga kristal
Kristal cinta yang biru dan memutih
Kilauan cahaya mampu sirnakan dunia
Kutemukannya di lubuk hatimu
Akan kubawa setitik yang kukikis
Dan akan kupasangkan kembali
Dan kuharap satu yang terjadi
Lama kunanti cahaya itu mengkilau
Aku ingin ukirkan namaku di kristal itu, di hatimu
Mungkinkah itu harapan, atau kenyataan?
Entahlah
-Hanya Menjadi Bayangan Dirinya-
Bayangan nyata yang hitam dalam gelapnya malam
Disamping jiwa yang begitu terkenang
Entah jiwaku yang tiba-tiba merasa
Roh ku berpindah ke bayangan hitam
Aku tak dianggap tak dipikir tak dilayan
Aku tak ada tak berarti tak bermakna
Aku bayangan hitam yang kelam dalam bayangan nyata
Aku yang semu bagi dirimu
Hanya bayang semu yang melekatinya
Dan itu aku yang telah kenang dirimu
Sebuah kenangan sebuah kisah sebuah cerita
Inikah bayangan yang pernah kubayangkan?
Entahlah
Bayangan tak miliki bayangan
Aku tak bermakna
Aku hanya bayang-bayang dirimu
Disamping jiwa yang begitu terkenang
Entah jiwaku yang tiba-tiba merasa
Roh ku berpindah ke bayangan hitam
Aku tak dianggap tak dipikir tak dilayan
Aku tak ada tak berarti tak bermakna
Aku bayangan hitam yang kelam dalam bayangan nyata
Aku yang semu bagi dirimu
Hanya bayang semu yang melekatinya
Dan itu aku yang telah kenang dirimu
Sebuah kenangan sebuah kisah sebuah cerita
Inikah bayangan yang pernah kubayangkan?
Entahlah
Bayangan tak miliki bayangan
Aku tak bermakna
Aku hanya bayang-bayang dirimu
-Aku, Kau, Dan Nama Yang Telah Lalu-
Aku dalam genggaman asmara
Bak sakura dalam musim semi
Keindahan bergelora di dunia
Hanya aku yang merasa
Aku dalam desah nafasmu
Kupikir sebuah cerita yang tak semu
Aku dalam kisah nyatamu
Kuangankan hanya sebuah kebetulan
Aku dan kau dalam kisah lama itu
Aku hanya bayang yang sekilas dengan wajah lalu itu
Sebuah nama yang telah lampau
Aku hanya bayang
Bukan reinkarnasi ataupun realita
Aku hanya figuran dalam deskripsimu
Aku hanya tanda kecil di narasimu
Nama lalu itu kau temukan lagi
Bukan aku walaupun sama
Aku yang sedikit di relungmu
Sirna sejenak lagi, pudar bayangan ini
Bak sakura dalam musim semi
Keindahan bergelora di dunia
Hanya aku yang merasa
Aku dalam desah nafasmu
Kupikir sebuah cerita yang tak semu
Aku dalam kisah nyatamu
Kuangankan hanya sebuah kebetulan
Aku dan kau dalam kisah lama itu
Aku hanya bayang yang sekilas dengan wajah lalu itu
Sebuah nama yang telah lampau
Aku hanya bayang
Bukan reinkarnasi ataupun realita
Aku hanya figuran dalam deskripsimu
Aku hanya tanda kecil di narasimu
Nama lalu itu kau temukan lagi
Bukan aku walaupun sama
Aku yang sedikit di relungmu
Sirna sejenak lagi, pudar bayangan ini
-Kerajaan Malam-
Mencekam gelapnya kesemua
Yang hitam dan kelam telah terekam
Dalam perekam otak karya Tuhan Maha Agung
Kerajaan malam yang hilang telah kembali
Daulat tuanku!
Malam sepi tiba
Ada aura
Hanya dirimu
Biarlah malam ini tak berakhir
Bila kebersamaan ini terjadi
Aku harapkan ini
Senyuman dalam kerajaan malam
Yang hitam dan kelam telah terekam
Dalam perekam otak karya Tuhan Maha Agung
Kerajaan malam yang hilang telah kembali
Daulat tuanku!
Malam sepi tiba
Ada aura
Hanya dirimu
Biarlah malam ini tak berakhir
Bila kebersamaan ini terjadi
Aku harapkan ini
Senyuman dalam kerajaan malam
-Selamat Pagi Angan-
Selamat pagi angan
Yang terpatri di maya dan kesemuan
Penuh cerita akan kesaksian
Geloramu dalam cahaya
Selamat pagi angan
Yang kulihat di wajahmu
Hanya keindahan yang tak bisa kudapatkan
Suatu saat nanti ingin aku sentuh
Selamat pagi angan
Mimpi atau harapan
Engkau hanya segelintir mutiara di tengah luas samudera
Yang tak mungkin untuk kudapatkan
Selamat pagi angan
Sampaikan salamku pada cinta dan harapan
Katakan padanya bahwa aku
Tak mampu memberi senyum hangat padanya
Selamat pagi, Angan
Yang terpatri di maya dan kesemuan
Penuh cerita akan kesaksian
Geloramu dalam cahaya
Selamat pagi angan
Yang kulihat di wajahmu
Hanya keindahan yang tak bisa kudapatkan
Suatu saat nanti ingin aku sentuh
Selamat pagi angan
Mimpi atau harapan
Engkau hanya segelintir mutiara di tengah luas samudera
Yang tak mungkin untuk kudapatkan
Selamat pagi angan
Sampaikan salamku pada cinta dan harapan
Katakan padanya bahwa aku
Tak mampu memberi senyum hangat padanya
Selamat pagi, Angan
Semesta
Semesta
Berjuta cerita terukir
Mengikat gelapnya nafsu dunia
Yang keruh dan kelam
Semesta
Meletakkan citranya
Dalam kelamnya
Kegelapan manusia
Semesta
Membariskan segala
Gemintang bebatuan cahaya besi harapan
Segalanya!
Lalu hancur segalanya
Ku tahu
Kemegahan semesta sementara
Tak ada yang abadi
Hanya Dia-lah
Yang abadi
Kekal
Selamanya
Berjuta cerita terukir
Mengikat gelapnya nafsu dunia
Yang keruh dan kelam
Semesta
Meletakkan citranya
Dalam kelamnya
Kegelapan manusia
Semesta
Membariskan segala
Gemintang bebatuan cahaya besi harapan
Segalanya!
Lalu hancur segalanya
Ku tahu
Kemegahan semesta sementara
Tak ada yang abadi
Hanya Dia-lah
Yang abadi
Kekal
Selamanya
-Jalan-
Jalan gelap yang kau tempuh
Demi setitik ilmu yang kau harapkan
Jalan berliku yang kau lewati
Penuh duri dan kekejaman
.
Ini jalan yang kau pilih
Untuk ilmu yang kau inginkan
Satu tujuan dan keinginan
Untuk cita cita setinggi bintang
.
Jalan yang kau inginkan
Diliputi segala kekejaman akan keputusasaan
Janganlah kau takut akan kegagalan
Percayalah masih ada senyum menanti
Demi setitik ilmu yang kau harapkan
Jalan berliku yang kau lewati
Penuh duri dan kekejaman
.
Ini jalan yang kau pilih
Untuk ilmu yang kau inginkan
Satu tujuan dan keinginan
Untuk cita cita setinggi bintang
.
Jalan yang kau inginkan
Diliputi segala kekejaman akan keputusasaan
Janganlah kau takut akan kegagalan
Percayalah masih ada senyum menanti
-Embun Pun Menangis-
Lalu sejuk semilir lintasi kalbu
Meringkuh seluruh rapuh
Yang membelenggu dan merantai
Menyusuri langit dan bumi
Embun yang datang di pagi
Membeku dan menangis
Bersama hujan dan angin
Merintih menderita dilanda sepi
Awan menawan semua kegelapan
Penuh metafora dan kata kata satire
Langit meneriak tanpa henti
Tatkala embun menangis
Ketika kegelapan dan embun menyatu
Hujan memerah mengeluarkan darah
Hujan membanjiri embun
Datang, rapuh dan resah
Kelu dan segala gelap yang datang menitik
Hati tak mampu tahan tangisan embun
Sudahlah wahai embun
Hilanglah semua rangkai kata
Meringkuh seluruh rapuh
Yang membelenggu dan merantai
Menyusuri langit dan bumi
Embun yang datang di pagi
Membeku dan menangis
Bersama hujan dan angin
Merintih menderita dilanda sepi
Awan menawan semua kegelapan
Penuh metafora dan kata kata satire
Langit meneriak tanpa henti
Tatkala embun menangis
Ketika kegelapan dan embun menyatu
Hujan memerah mengeluarkan darah
Hujan membanjiri embun
Datang, rapuh dan resah
Kelu dan segala gelap yang datang menitik
Hati tak mampu tahan tangisan embun
Sudahlah wahai embun
Hilanglah semua rangkai kata
-Pergelutan Kepribadian III-
Kepribadian IV dan Kepribadian I
Kepribadian IV :
Angan lagi?
Tak pernah kah kau bosan dengan angan?
Angan semu lah, angan maya lah
Angan tak tampak lah
Kepribadian I :
Ini anganku dan ini mimpiku
Ini ruang semu ku
Ini harapku
Ini ceritaku
Kepribadian IV :
Ini lagi, itu lagi
Sudahlah!
Tiada guna anganmu
Buang campakkan ke laut bersama ikan
Kepribadian I :
Langkahi dulu mayatku
Ini angan yang telah lama kubentuk
Kurajut dan kutimbang
Tak akan kulepaskan
Kepribadian IV :
Biar kujerat, kuikat, kusimpul
Kubuang anganmu itu
Hanya semu semua itu
Kau hanya pemimpi!
Kepribadian I :
Kuapit anganku
Hiduplah di lautan
Bersama derai air mata
Engkau kubalut cerita
-...-
Kepribadian IV :
Angan lagi?
Tak pernah kah kau bosan dengan angan?
Angan semu lah, angan maya lah
Angan tak tampak lah
Kepribadian I :
Ini anganku dan ini mimpiku
Ini ruang semu ku
Ini harapku
Ini ceritaku
Kepribadian IV :
Ini lagi, itu lagi
Sudahlah!
Tiada guna anganmu
Buang campakkan ke laut bersama ikan
Kepribadian I :
Langkahi dulu mayatku
Ini angan yang telah lama kubentuk
Kurajut dan kutimbang
Tak akan kulepaskan
Kepribadian IV :
Biar kujerat, kuikat, kusimpul
Kubuang anganmu itu
Hanya semu semua itu
Kau hanya pemimpi!
Kepribadian I :
Kuapit anganku
Hiduplah di lautan
Bersama derai air mata
Engkau kubalut cerita
-...-
-Pergelutan Kepribadian II-
Kepribadian II dan Kepribadian V
Kepribadian II :
Ini ceritamu tentang angan
Kau gulat kau gelut bersama
Kau lupakan segalanya
Sadarlah!
Kepribadian V :
Berisik!
Lihatlah tabung reaksi ini
Angan kupadu dalam metana hingga meledak
Tapi dia tak lenyap
Kepribadian II :
Jadi itu anganmu?
Rapuh kawan
Itu hanya mimpi dan harapan
Itu hanya keinginan tanpa kepastian
Kepribadian V :
Diamlah!
Angan ini kuterpa dan kutitikkan setetes kenyataan dan kepastian
Tapi pernah kupikirkan
Apakah dia sanggup
Kepribadian II :
Pasti hancur!
Itu angan, bukan zat kimia
Itu bukan makanan dan bumbu
Itu kau racik dan mati sebentar lagi
Kepribadian V :
Biarlah
Aku melawan resiko
Karena ini tujuanku
Merasakan angan yang nyata
-...-
Kepribadian II :
Ini ceritamu tentang angan
Kau gulat kau gelut bersama
Kau lupakan segalanya
Sadarlah!
Kepribadian V :
Berisik!
Lihatlah tabung reaksi ini
Angan kupadu dalam metana hingga meledak
Tapi dia tak lenyap
Kepribadian II :
Jadi itu anganmu?
Rapuh kawan
Itu hanya mimpi dan harapan
Itu hanya keinginan tanpa kepastian
Kepribadian V :
Diamlah!
Angan ini kuterpa dan kutitikkan setetes kenyataan dan kepastian
Tapi pernah kupikirkan
Apakah dia sanggup
Kepribadian II :
Pasti hancur!
Itu angan, bukan zat kimia
Itu bukan makanan dan bumbu
Itu kau racik dan mati sebentar lagi
Kepribadian V :
Biarlah
Aku melawan resiko
Karena ini tujuanku
Merasakan angan yang nyata
-...-
Jurnal Perjalanan
-I. Hujan Keraguan-
Ini hujan menghujam merajam
Tajamnya silam yang kelam tersulam
Teringat akan partikel yang menyatu di malam itu
Satu kata "teganya dirimu" yang tertulis darimu
Dalam jalan yang tertempuh dan rapuh
Derai rinai hujan menampik kesenangan
Sisakan keraguan yang tak bertuan
Aku tak mampu menahan keraguan yang melawan
Apakah aku merebut?
Apakah aku yang kisahkan tak berurut?
Apakah hatiku yang terlalu menurut?
Apakah aku yang salah menyebut?
Berkias namamu di relung kalbu
Intuisiku tak mampu sampai, tabu
Aku menciut layaknya debu
Aku merasa kering mendekati batangan tebu
Aku merimpuh bersimpuh dalam rapuh yang keruh
Serta lusuh sauh yang mengasuh luluh
Di depan mahligai kain mengarah pada-Mu
Di bawah langit hitam yang menangis ku mohon-Mu
Buang ragu yang resapiku
Buang perih yang dekatiku
Aku ingin jalan terbaik dari-Mu
Terbaik bagiku, bagimu dan baginya
-II. Awal Dari Sebuah Akhir-
Awal yang mengawal sebuah akal yang tak kekal
Dan impikan angan serta zaman yang perlahan hilang
Mati dan awal yang memulai lagi sebuah akhir
Ini awal dan akhir yang telah hilang dalam lembar sejarah
Hambar ketika terasa tulisan maya di layar kaca
Mendera datang dan sisakan cerita
Menggelora dan menyiksa
Kutertawa saja seakan tiada apa
Awal yang mencekam
Kejam luluh lantakkan segala bait keindahan
Awal yang datang
Kadang menyeramkan
Awal itu
Akhir itu
Membatu
Sisakan perih dalam pintu
"Dewasakan dirimu kawan"
Kepribadianku berkata bersamaan
Aku memejam
Lalu merenung...
-III. Desis Terakhir-
Dan perjalanan kuteruskan
Mengikuti alunam msebuah kegelapan
Yang kejam dan kelam dalam kehidupan
Berlindung dari hantu kesesatan
Aku berlindung dari segala godaan
Aku entah mengapa melihat lilitan
Ular yang bercahaya layaknya harapan
Berdesis tersenyum
Dan mati
Langkahku terhenti
Aku terkena bisa
Aku mati dalam langkah yang terakhir
Namun aku terkubur
Dalam senyuman
Seakan aku tahu
Apa yang akan terjadi
Ini hujan menghujam merajam
Tajamnya silam yang kelam tersulam
Teringat akan partikel yang menyatu di malam itu
Satu kata "teganya dirimu" yang tertulis darimu
Dalam jalan yang tertempuh dan rapuh
Derai rinai hujan menampik kesenangan
Sisakan keraguan yang tak bertuan
Aku tak mampu menahan keraguan yang melawan
Apakah aku merebut?
Apakah aku yang kisahkan tak berurut?
Apakah hatiku yang terlalu menurut?
Apakah aku yang salah menyebut?
Berkias namamu di relung kalbu
Intuisiku tak mampu sampai, tabu
Aku menciut layaknya debu
Aku merasa kering mendekati batangan tebu
Aku merimpuh bersimpuh dalam rapuh yang keruh
Serta lusuh sauh yang mengasuh luluh
Di depan mahligai kain mengarah pada-Mu
Di bawah langit hitam yang menangis ku mohon-Mu
Buang ragu yang resapiku
Buang perih yang dekatiku
Aku ingin jalan terbaik dari-Mu
Terbaik bagiku, bagimu dan baginya
-II. Awal Dari Sebuah Akhir-
Awal yang mengawal sebuah akal yang tak kekal
Dan impikan angan serta zaman yang perlahan hilang
Mati dan awal yang memulai lagi sebuah akhir
Ini awal dan akhir yang telah hilang dalam lembar sejarah
Hambar ketika terasa tulisan maya di layar kaca
Mendera datang dan sisakan cerita
Menggelora dan menyiksa
Kutertawa saja seakan tiada apa
Awal yang mencekam
Kejam luluh lantakkan segala bait keindahan
Awal yang datang
Kadang menyeramkan
Awal itu
Akhir itu
Membatu
Sisakan perih dalam pintu
"Dewasakan dirimu kawan"
Kepribadianku berkata bersamaan
Aku memejam
Lalu merenung...
-III. Desis Terakhir-
Dan perjalanan kuteruskan
Mengikuti alunam msebuah kegelapan
Yang kejam dan kelam dalam kehidupan
Berlindung dari hantu kesesatan
Aku berlindung dari segala godaan
Aku entah mengapa melihat lilitan
Ular yang bercahaya layaknya harapan
Berdesis tersenyum
Dan mati
Langkahku terhenti
Aku terkena bisa
Aku mati dalam langkah yang terakhir
Namun aku terkubur
Dalam senyuman
Seakan aku tahu
Apa yang akan terjadi
-No Light This Night-
O light
No might will bright this night
Shall I light the night with my sight?
No
my sight has no might
To light nor bright this night
Say hello
To the right blight on this sight
And might will not right on a light
No might will bright this night
Shall I light the night with my sight?
No
my sight has no might
To light nor bright this night
Say hello
To the right blight on this sight
And might will not right on a light
Rangkai
Rangkai I/V
-Rindu-
Rindu rindu rindu
Kasih
Dibelai lembut katamu
Rindu sendu sendu
Cinta
Disapa indah tuturmu
Rindu rindu sendu
Sayang
Ditatap binar matamu
Rindu sendu sendu
Kawan
Ku tak bisa menggapaimu
Rangkai II/V
-Kertas Nama-
Ingin kunyatakan segala kata
Yang terngiang di pelupuk mata
Berlarian di kalbu
Bermain dalam hati
Namun apa daya
Ku kuasakan nama ini pada secarik kertas
Lalu kurangkai mosaiknya
Dan ornamennya kuukirkan
Dan kuambil kertas itu
Lalu kutusukkan belati bersama kertas itu
Ke dalam hati yang terdalam
Yang paling dalam dari sanubariku
Namamu terukir
Dalam monumen hatiku
Di taman mimpiku
Di taman langitku
Rangkai III/V
-Bayangmu-
Ada bayangmu
Melekat erat di pundakku
Dan syairkan kesemuan
Buatku terhanyut
Bayangmu putih
Dari nirwana dan titisan surgawi
Lembut katamu dan kasihmu
Tak terbayangkan
Namun engkau bayang semu
Tak mampu kuraba
Hilang seketika
Dalam semilir
Rangkai IV/V
-Titik-
Titik
Itu aku
Aku tak ada
Remang dan semu
Titik
Itu jiwaku
Kecil dan lemah
Tak berdaya
Rangkai V/V
-...-
Mulai
Sedetik kemudian
Habis
Singkat kawan
Ini hidup
-Rindu-
Rindu rindu rindu
Kasih
Dibelai lembut katamu
Rindu sendu sendu
Cinta
Disapa indah tuturmu
Rindu rindu sendu
Sayang
Ditatap binar matamu
Rindu sendu sendu
Kawan
Ku tak bisa menggapaimu
Rangkai II/V
-Kertas Nama-
Ingin kunyatakan segala kata
Yang terngiang di pelupuk mata
Berlarian di kalbu
Bermain dalam hati
Namun apa daya
Ku kuasakan nama ini pada secarik kertas
Lalu kurangkai mosaiknya
Dan ornamennya kuukirkan
Dan kuambil kertas itu
Lalu kutusukkan belati bersama kertas itu
Ke dalam hati yang terdalam
Yang paling dalam dari sanubariku
Namamu terukir
Dalam monumen hatiku
Di taman mimpiku
Di taman langitku
Rangkai III/V
-Bayangmu-
Ada bayangmu
Melekat erat di pundakku
Dan syairkan kesemuan
Buatku terhanyut
Bayangmu putih
Dari nirwana dan titisan surgawi
Lembut katamu dan kasihmu
Tak terbayangkan
Namun engkau bayang semu
Tak mampu kuraba
Hilang seketika
Dalam semilir
Rangkai IV/V
-Titik-
Titik
Itu aku
Aku tak ada
Remang dan semu
Titik
Itu jiwaku
Kecil dan lemah
Tak berdaya
Rangkai V/V
-...-
Mulai
Sedetik kemudian
Habis
Singkat kawan
Ini hidup
-Merindu Yang Telah Lalu-
Aku merindu kalbumu
Yang dulu pernah sejukkan galaunya langit
Yang pernah putihkan mendung hati
Yang pernah pudarkan kegelapan
Aku merindu aksaramu yang terukir tipis
Di helai lembut tutur jiwamu
Mengalun bak semilir gemintang hidup
Jauh mimpiku yang berkelana
Mengembara ke angan yang tak pernah nyata
Hilang lagi
Dirimu nuansa yang menghilang lagi
Kembalilah kawan
Kembalilah jiwa empatimu itu
Kembalilah ke langit relungku
Dalam air mata yang hilang di gelap keruh dunia
Yang dulu pernah sejukkan galaunya langit
Yang pernah putihkan mendung hati
Yang pernah pudarkan kegelapan
Aku merindu aksaramu yang terukir tipis
Di helai lembut tutur jiwamu
Mengalun bak semilir gemintang hidup
Jauh mimpiku yang berkelana
Mengembara ke angan yang tak pernah nyata
Hilang lagi
Dirimu nuansa yang menghilang lagi
Kembalilah kawan
Kembalilah jiwa empatimu itu
Kembalilah ke langit relungku
Dalam air mata yang hilang di gelap keruh dunia
-Sepucuk Surat Maaf Untuk Kakak-
Pagi menjelang terbitnya semesta
Benderang di ufuk timur bersama langit
Kadang goyah sinarnya itu
Tapi langit menahan dirinya
Mentari bersinar di langit biru bersama awan
Terangi bumi dengan cahayanya
Tapi tiada guna bagiku
Yang bersalah atas segalanya
Bunga bersemi tak lagi indah
Dedaunan menari tak lagi gemulai
Karena aku yang tak pernah ada
Karena dirimu tak maafkan aku
Nestapa bermain di awan
Memanggil perlahan kelu di lautan
Menjerat aku yang kesulitan
Aku yang penuh kesalahan
Khilafku padamu yang kurindu
Ucapku tak pernah bermakna dihadapmu
Mungkin maaf ini hanya membuang waktumu
Yang begitu berharga melebihi maafku
Bibirku berucap tetap tuturkan maaf
Walau kutahu tak akan terdengar
Merintih diriku bersimpuh di hadapmu
Tapi dirimu tak maafkanku
Lalu kucuri gitar tua di pelataran sepi
Lantunkan lagu maaf untukmu
Walau kutahu tak akan indah
Namun dirimu dingin terhadapku
Kurela terjun ke dalam racun
Hanya kuharap dirimu mau maafkanku
Tolong maafkanku duhai kakak
Aku tahu kesalahanku yang melimpah
Kakakku yang kusayang
Aku berikrar bila kau inginkan bukti
Di kanan kitab kuning di kiri tanganku bersumpah
Tak akan kulakukan lagi kesalahan yang sama
Aku tak akan lagi kacaukan hidupmu
Aku tak akan lagi lintasi kalbumu
Aku tak akan lagi rangkul hatimu
Aku tak akan lagi memutar waktuku
Ini air mata tulus untukmu
Karena ku tak mau kehilanganmu
Tak akan pernah kutemukan
Kakak seperti dirimu
Kakak yang mengerti aku
Tahu segala tentangku
Menampik kegelapan yang kadang selimutiku
Mencahayakan pelangi di hatiku
Kalbuku telah terukir namamu
Relungku telah terpahat patungmu
Hatiku telah terpana cahayamu
Diriku telah melihat auramu
Anganku kadang melampau batas
Galaukan hidupmu dengan gundah
Merintik perih di tepian hatimu
Tersiksa batinmu karenaku
Maaf aku yang tak pahami inginmu
Maaf aku yang melepaskan amarahku
Beribu cara akan kucari demi dirimu
Asalkan kau kembali memaafkanku
Dan ini bait terakhir
Kusisipkan seutas kalimat dililit cahaya
Hanya untukmu seorang
Kuuntaikan kata ini
“Maafkan aku, Kakakku”
Benderang di ufuk timur bersama langit
Kadang goyah sinarnya itu
Tapi langit menahan dirinya
Mentari bersinar di langit biru bersama awan
Terangi bumi dengan cahayanya
Tapi tiada guna bagiku
Yang bersalah atas segalanya
Bunga bersemi tak lagi indah
Dedaunan menari tak lagi gemulai
Karena aku yang tak pernah ada
Karena dirimu tak maafkan aku
Nestapa bermain di awan
Memanggil perlahan kelu di lautan
Menjerat aku yang kesulitan
Aku yang penuh kesalahan
Khilafku padamu yang kurindu
Ucapku tak pernah bermakna dihadapmu
Mungkin maaf ini hanya membuang waktumu
Yang begitu berharga melebihi maafku
Bibirku berucap tetap tuturkan maaf
Walau kutahu tak akan terdengar
Merintih diriku bersimpuh di hadapmu
Tapi dirimu tak maafkanku
Lalu kucuri gitar tua di pelataran sepi
Lantunkan lagu maaf untukmu
Walau kutahu tak akan indah
Namun dirimu dingin terhadapku
Kurela terjun ke dalam racun
Hanya kuharap dirimu mau maafkanku
Tolong maafkanku duhai kakak
Aku tahu kesalahanku yang melimpah
Kakakku yang kusayang
Aku berikrar bila kau inginkan bukti
Di kanan kitab kuning di kiri tanganku bersumpah
Tak akan kulakukan lagi kesalahan yang sama
Aku tak akan lagi kacaukan hidupmu
Aku tak akan lagi lintasi kalbumu
Aku tak akan lagi rangkul hatimu
Aku tak akan lagi memutar waktuku
Ini air mata tulus untukmu
Karena ku tak mau kehilanganmu
Tak akan pernah kutemukan
Kakak seperti dirimu
Kakak yang mengerti aku
Tahu segala tentangku
Menampik kegelapan yang kadang selimutiku
Mencahayakan pelangi di hatiku
Kalbuku telah terukir namamu
Relungku telah terpahat patungmu
Hatiku telah terpana cahayamu
Diriku telah melihat auramu
Anganku kadang melampau batas
Galaukan hidupmu dengan gundah
Merintik perih di tepian hatimu
Tersiksa batinmu karenaku
Maaf aku yang tak pahami inginmu
Maaf aku yang melepaskan amarahku
Beribu cara akan kucari demi dirimu
Asalkan kau kembali memaafkanku
Dan ini bait terakhir
Kusisipkan seutas kalimat dililit cahaya
Hanya untukmu seorang
Kuuntaikan kata ini
“Maafkan aku, Kakakku”
-Maaf-
Bagaimana ku lukiskan maaf
Bila kanvas hati enggan kau buka
Bagaimana aku mendekati rindu
Bila sedetik kutemui kau berubah arah
Cahaya demi cahaya aku kirim mengawali senja
Untuk membuka selimut gelap dukamu dan marah
Hanya setetes embun mengalir setiap subuh
Untuk melubangi hatimu yang telah berubah
Bagaimana bisa ku dendangkan maaf
Bila partitur sudah terkoyak
Bagaimana pula aku kuasa berteriak rindu
Bila kau bungkam mulut jiwa dengan benci yang lebam membiru
Setangkai demi setangkai aku letakkan mawar maaf
Di lantai yang berdindingkan tembok perih
Dapatkah ku rengkuh kau kembali berseri
Pabila ku turuti maumu ditinggal sendiri
Bila kanvas hati enggan kau buka
Bagaimana aku mendekati rindu
Bila sedetik kutemui kau berubah arah
Cahaya demi cahaya aku kirim mengawali senja
Untuk membuka selimut gelap dukamu dan marah
Hanya setetes embun mengalir setiap subuh
Untuk melubangi hatimu yang telah berubah
Bagaimana bisa ku dendangkan maaf
Bila partitur sudah terkoyak
Bagaimana pula aku kuasa berteriak rindu
Bila kau bungkam mulut jiwa dengan benci yang lebam membiru
Setangkai demi setangkai aku letakkan mawar maaf
Di lantai yang berdindingkan tembok perih
Dapatkah ku rengkuh kau kembali berseri
Pabila ku turuti maumu ditinggal sendiri
-I Mustn't Falling In Love-
This night is very bright
With the sight of moonlight
And the might of this light
From the blooming heart full of might
This heart blooming in love
With a smells of admire clove
And flying love like a dove
Melodic nocturne in the grove
But I must hold this feeling
Wielding a love in the left hand falling
And holding feeling in the right hand to prevent dumping
A dilemma between heart
I mustn't falling in love
Or a heart will hatred shattered
Slowly muted and destroyed
Melted and grazed
I must hold this love, even hard
With the sight of moonlight
And the might of this light
From the blooming heart full of might
This heart blooming in love
With a smells of admire clove
And flying love like a dove
Melodic nocturne in the grove
But I must hold this feeling
Wielding a love in the left hand falling
And holding feeling in the right hand to prevent dumping
A dilemma between heart
I mustn't falling in love
Or a heart will hatred shattered
Slowly muted and destroyed
Melted and grazed
I must hold this love, even hard
-I Broke My Own Spirit-
O spirit
Rigid faded and spirit gone away
My own spirit has gone by
Murmured and slaughtered
O spirit
I broke you again
Pass away from my desperate mind
And heading to other dimension
O spirit
You spoke to me yesterday
Remind me not to fall in love
And reply my thought slowly
O spirit
Forgive me
I'm falling in love
With someone
Rigid faded and spirit gone away
My own spirit has gone by
Murmured and slaughtered
O spirit
I broke you again
Pass away from my desperate mind
And heading to other dimension
O spirit
You spoke to me yesterday
Remind me not to fall in love
And reply my thought slowly
O spirit
Forgive me
I'm falling in love
With someone
-A Recognition-
This is a fate
A destiny setted by God
Will never replaced nor changed
This is a love
This is a recognition
On my love to the trove
And treasured secrets
Will perish this protection
I'm Falling In Love
A destiny setted by God
Will never replaced nor changed
This is a love
This is a recognition
On my love to the trove
And treasured secrets
Will perish this protection
I'm Falling In Love
Puisi Tak Berjudul, by Muhammad Hafis Lone Light (Cahaya Sepi) dan KhaiRanii Kudo -Chann チャン (Cahaya Yang Hilang)
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
saat termenung,
kulihat kertas lusuh,
kubuka dengan sedikit minat..
kulihat nama"MU"
kulihat nama"KU"
tapi aku tak melihat nama "KITA" bersamaan
mungkin sekarang saatnya,
aku melupakan impian itu
impian agar nama "KITA"
di torehkan bersamaan
di atas sebuah kertas yang lusuh
yang mungkin suatu hari akan terlupakan
oleh memori yang telah lelah
lelah menanggung kata-kata
yang hanya sebatas "IMPIAN"
Muhammad Hafis Lone Light >>
Entah nama yang terpatri diatasnya
Terukir bersamaan dari pemahat maha agung
Namun tak pernah ia dekatkan nama itu
Hanya terukir diatas papirus itu
Dan impian
Lalu angan dan harapan
Ingatkah? Angan pasti terwujud
Suatu sata nanti
Entah sekarang
Entah ketika waktu berakhir
Tapi kutahu
Sejenak luruh segala telimpuh keluh yang merapuh di simpuh tanpa sauh yang hilang ke angan yang terbuang menghilang tanpa jajak tak terjajak hingga asa menginjak sempak jalan yang munggurat jerat terjerit sematkan sempit harapan hingga jalan pikiran ragu akan nyata sebuah angan, kutahu berbentuk, yakinlah terjadi
Itu pasti terjadi
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
tapi itu semua hanya impian
impian yang hanya mimpi bagiku
dan untuk ini
aku mengatakannya mimpi yang spesial...
dan biarlah, impian itu hanya menjadi mimpi
mimpi yang akan kurindukan
entah sampai kapan
karena aku takut
bila mimpi itu menjadi kenyataan
aku takut
Muhammad Hafis Lone Light >>
bila mimpi tak berarti
biar kucipta mimpi dan kenyataan
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
bukan maksud mimpi tak berarti
tanpa mimpi, tak ada artinya hidup ini
hidup di penuhi mimpi
bahkan aku hidup karena mimpi
bila kau menciptakan mimpi untukku
maka kau akan menjadi bagian dari hidupku
karena aku, hidup dari mimpi
untukmu
tak dapat menanggung beban
yang akan diberikan impian itu
Muhammad Hafis Lone Light >>
dan ini mimpi kan kutuliskan di kalbumu
tapi perkenankanlah kutahu mimpimu itu
biar kurajut dan kusulam dengan harap
dan kutenun serta kuserahkan padamu
perkenankanlah kuketahui
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
sayang berjuta sayang
kau membuatku berharap banyak
dari segala pilihan yang tersedia
memperkenankanmu mengetahui mimpi itu
yang paling berat ku lakukan
penuh pertimbangan
karena mimpiku mungkin hanyalah mimpiku
tak dapat kubagi, tak dapat kuberi
entah sejak kapan
mimpi itu menjadi "privacy"
Muhammad Hafis Lone Light >>
suatu saat nanti
langit kan tunjukkannya
suatu waktu nantu
waktu kan perkenankan dengan sendirinya
suatu hari nanti
ku akan tahu
kuingin tahu
karena kita satu
masalahmu masalahku
anganku anganmu
biarlah menyatu
dalam dedaunan dewadaru
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
apabila tiba waktunya
ku tak tau lagi harus berbuat apa
apabila terbuka semua
ku tak tau lagi harus menjawab apa
karena,
aku tak punya lagi alasan
untuk menjelaskannya
Muhammad Hafis Lone Light >>
nanti
kuharap kau mengerti
akan aku
yang ingin membantu
nanti rangkai kata bersaksi
dan mati
semua terjadi
ya, nanti
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
aku tak tau
apa aku mengharapkan itu terjadi
atau aku mengharapkan
itu hanya sekedar "nanti"
maafkanlah..
Muhammad Hafis Lone Light >>
kumaklumi tuturmu
kusadari diriku
kuharus pelajari lagi
ku kan kembali lagi
saat termenung,
kulihat kertas lusuh,
kubuka dengan sedikit minat..
kulihat nama"MU"
kulihat nama"KU"
tapi aku tak melihat nama "KITA" bersamaan
mungkin sekarang saatnya,
aku melupakan impian itu
impian agar nama "KITA"
di torehkan bersamaan
di atas sebuah kertas yang lusuh
yang mungkin suatu hari akan terlupakan
oleh memori yang telah lelah
lelah menanggung kata-kata
yang hanya sebatas "IMPIAN"
Muhammad Hafis Lone Light >>
Entah nama yang terpatri diatasnya
Terukir bersamaan dari pemahat maha agung
Namun tak pernah ia dekatkan nama itu
Hanya terukir diatas papirus itu
Dan impian
Lalu angan dan harapan
Ingatkah? Angan pasti terwujud
Suatu sata nanti
Entah sekarang
Entah ketika waktu berakhir
Tapi kutahu
Sejenak luruh segala telimpuh keluh yang merapuh di simpuh tanpa sauh yang hilang ke angan yang terbuang menghilang tanpa jajak tak terjajak hingga asa menginjak sempak jalan yang munggurat jerat terjerit sematkan sempit harapan hingga jalan pikiran ragu akan nyata sebuah angan, kutahu berbentuk, yakinlah terjadi
Itu pasti terjadi
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
tapi itu semua hanya impian
impian yang hanya mimpi bagiku
dan untuk ini
aku mengatakannya mimpi yang spesial...
dan biarlah, impian itu hanya menjadi mimpi
mimpi yang akan kurindukan
entah sampai kapan
karena aku takut
bila mimpi itu menjadi kenyataan
aku takut
Muhammad Hafis Lone Light >>
bila mimpi tak berarti
biar kucipta mimpi dan kenyataan
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
bukan maksud mimpi tak berarti
tanpa mimpi, tak ada artinya hidup ini
hidup di penuhi mimpi
bahkan aku hidup karena mimpi
bila kau menciptakan mimpi untukku
maka kau akan menjadi bagian dari hidupku
karena aku, hidup dari mimpi
untukmu
tak dapat menanggung beban
yang akan diberikan impian itu
Muhammad Hafis Lone Light >>
dan ini mimpi kan kutuliskan di kalbumu
tapi perkenankanlah kutahu mimpimu itu
biar kurajut dan kusulam dengan harap
dan kutenun serta kuserahkan padamu
perkenankanlah kuketahui
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
sayang berjuta sayang
kau membuatku berharap banyak
dari segala pilihan yang tersedia
memperkenankanmu mengetahui mimpi itu
yang paling berat ku lakukan
penuh pertimbangan
karena mimpiku mungkin hanyalah mimpiku
tak dapat kubagi, tak dapat kuberi
entah sejak kapan
mimpi itu menjadi "privacy"
Muhammad Hafis Lone Light >>
suatu saat nanti
langit kan tunjukkannya
suatu waktu nantu
waktu kan perkenankan dengan sendirinya
suatu hari nanti
ku akan tahu
kuingin tahu
karena kita satu
masalahmu masalahku
anganku anganmu
biarlah menyatu
dalam dedaunan dewadaru
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
apabila tiba waktunya
ku tak tau lagi harus berbuat apa
apabila terbuka semua
ku tak tau lagi harus menjawab apa
karena,
aku tak punya lagi alasan
untuk menjelaskannya
Muhammad Hafis Lone Light >>
nanti
kuharap kau mengerti
akan aku
yang ingin membantu
nanti rangkai kata bersaksi
dan mati
semua terjadi
ya, nanti
KhaiRanii Kudo -Chann チャン >>
aku tak tau
apa aku mengharapkan itu terjadi
atau aku mengharapkan
itu hanya sekedar "nanti"
maafkanlah..
Muhammad Hafis Lone Light >>
kumaklumi tuturmu
kusadari diriku
kuharus pelajari lagi
ku kan kembali lagi
-A Poetry-
A poetry from this heart
Beats slowly pass through windstorm
Put it words to the sheet
Magnificently leaving a harmony
A words like a scattered dream
Dragging all shattered hope
Mix my life and my soul
Flew away and never come back
I'm way too bad
I'm not as perfect as anyone
I'm a weakling mind
I only a defender of my heart
Beats slowly pass through windstorm
Put it words to the sheet
Magnificently leaving a harmony
A words like a scattered dream
Dragging all shattered hope
Mix my life and my soul
Flew away and never come back
I'm way too bad
I'm not as perfect as anyone
I'm a weakling mind
I only a defender of my heart
~Surat Untuk Angan~
Pagi angan, ini surat kutulis ketika rembi menetes akan dirimu yang besada di bayang-bayang semu. Izinkan aku memutar cahaya agar kau mendekat dan memelukku, tapi kini kau memudar, manakah cahayamu? Dan aku melihat sinaranmu meredup pula, sedih hatiku.
Anganku, cepatlah sembuh dan kembali seperti sedia kala, jika segala siksa telah meredup, akankah kau kembali, angan? Kuharap ya.
Satu namamu angan, namamu adalah harapan yang kuteteskan sesuci mungkin, aku ingin menjadikanmu cahayaku.
Anganku, maafkan aku
Anganku, cepatlah sembuh dan kembali seperti sedia kala, jika segala siksa telah meredup, akankah kau kembali, angan? Kuharap ya.
Satu namamu angan, namamu adalah harapan yang kuteteskan sesuci mungkin, aku ingin menjadikanmu cahayaku.
Anganku, maafkan aku
Cinta Yang Sempurna - ADA Band
Membutuhkanmu dalam hidupku
Karena kau cahaya kalbu
Bagai melangkah di ruang tersedih
Di dunia tanpa hadirmu
Dirimulah keajaiban
Ciptakan surga di dunia
Perih aku nafas cintamu
Kan kuhirup sampai mati
Persembahkan cinta sempurna
Kekal abadi selamanya
Dekap aku dan peluk mesra
Genggam jiwaku jangan kau lepas
Setiap saat kau sentuh diriku
Dengan penuh kasih sayang
Hadirkan kata dengan perasaan
Yang tulus dari hatimu
Kau anugrah terindah
Bagiku yang tercipta
Cintai aku hingga
Nyawaku dicabut-Nya
Karena kau cahaya kalbu
Bagai melangkah di ruang tersedih
Di dunia tanpa hadirmu
Dirimulah keajaiban
Ciptakan surga di dunia
Perih aku nafas cintamu
Kan kuhirup sampai mati
Persembahkan cinta sempurna
Kekal abadi selamanya
Dekap aku dan peluk mesra
Genggam jiwaku jangan kau lepas
Setiap saat kau sentuh diriku
Dengan penuh kasih sayang
Hadirkan kata dengan perasaan
Yang tulus dari hatimu
Kau anugrah terindah
Bagiku yang tercipta
Cintai aku hingga
Nyawaku dicabut-Nya
Letto - I'll Find A Way-
And the time went by swift
When you have love in your hand
And the sun that i call his
Hold me tight and show me how to see
This passion i show
Yes i'm sure that you know
You cast your spell
On me darling
You're a shiver on my lips
You're a tremble on my feet
You're a rain on the share
The only thing i want to keep
When everything's fallin down
So let the time goes day by day
With you in my mind
And in the end we will find love
That is our kind'a will find a way
To breathe this dream everyday
Oh dear please come and dance with me
Under the moonshine
Baby it's al right, it's all right
It will be just fine
And i don't have to say
That i adore you in everyday
When you have love in your hand
And the sun that i call his
Hold me tight and show me how to see
This passion i show
Yes i'm sure that you know
You cast your spell
On me darling
You're a shiver on my lips
You're a tremble on my feet
You're a rain on the share
The only thing i want to keep
When everything's fallin down
So let the time goes day by day
With you in my mind
And in the end we will find love
That is our kind'a will find a way
To breathe this dream everyday
Oh dear please come and dance with me
Under the moonshine
Baby it's al right, it's all right
It will be just fine
And i don't have to say
That i adore you in everyday
-Kami Takkan Menyerah (Untuk Gaza)-
Sebuah cahaya teramat menyilaukan
Menerangi langit malam di atas Gaza
Orang-orang berlarian mencari perlindungan
Tidak tahu apakah mereka hidup atau mati
Mereka datang dengan tank dan pesawat mereka
Dengan api yang berkobar
Dan tidak ada yang tersisa
Hanya suara bangkit di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Anda dapat membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Malam ini di Gaza
Wanita maupun anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yang salah atau benar
Tapi kata-kata tak berdaya mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom pun berjatuhan laksana hujan asam
Tetapi melalui air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Anda dapat membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Malam ini di Gaza
Menerangi langit malam di atas Gaza
Orang-orang berlarian mencari perlindungan
Tidak tahu apakah mereka hidup atau mati
Mereka datang dengan tank dan pesawat mereka
Dengan api yang berkobar
Dan tidak ada yang tersisa
Hanya suara bangkit di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Anda dapat membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Malam ini di Gaza
Wanita maupun anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yang salah atau benar
Tapi kata-kata tak berdaya mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom pun berjatuhan laksana hujan asam
Tetapi melalui air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Anda dapat membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Malam ini di Gaza
Lyric : -Besok Palestina Akan Bebas- (-Palestine Tomorrow Will Be Free-)
Indonesia :
Setiap hari kita saling bercerita
Bahwa hari ini akan menjadi yang terakhir
Dan besok kita semua bisa pulang terbebas
Dan semua ini akhirnya akan berakhir
besok Palestina akan bebas
besok Palestina akan bebas
Tiada ibu ayah untuk menghapus air mataku
Itu sebabnya aku tidak akan menangis
Aku merasa takut, tapi aku tak akan menunjukkan rasa takutku
Aku tetap bertahan disini
Jauh di dalam hatiku, aku tidak pernah memiliki keraguan
Bahwa besok Palestina akan bebas
besok Palestina akan bebas
Aku melihat roket dan bom bersinar di langit
Seperti tetes hujan di cahaya matahari
Mengambil itu semua sayang ke hatiku
Menghancurkan mimpiku dalam sekejap mata
Apa yang terjadi dengan hak asasi manusia kita?
Apa yang terjadi terhadap kesucian hidup?
Dan semua kebohongan lainnya?
Aku tahu bahwa aku hanya seorang anak
Tapi hati nurani Anda masih hidup
Aku akan membelai dengan tangan kosong
Setiap butir pasir berharga
Setiap batu dan setiap pohon
Karena tidak peduli apa yang mereka lakukan
Mereka tidak pernah bisa menyakitimu
Karena jiwa Anda akan selalu bebas
besok Palestina akan bebas
besok Palestina akan bebas
Inggris :
Every day we tell each other
That this day will be the last
And tomorrow we all can go home free
And all this will finally end
Palestine tomorrow will be free
Palestine tomorrow will be free
No mother no father to wipe away my tears
That’s why I won’t cry
I feel scared but I won’t show my fears
I keep my head high
Deep in my heart I never have any doubt
That Palestine tomorrow will be free
Palestine tomorrow will be free
I saw those rockets and bombs shining in the sky
Like drops of rain in the sun’s light
Taking away everyone dear to my heart
Destroying my dreams in a blink of an eye
What happened to our human rights?
What happened to the sanctity of life?
And all those other lies?
I know that I’m only a child
But is your conscience still alive
I will caress with my bare hands
Every precious grain of sand
Every stone and every tree
Because no matter what they do
They can never hurt you
Because your soul will always be free
Palestine tomorrow will be free
Palestine tomorrow will be free
Setiap hari kita saling bercerita
Bahwa hari ini akan menjadi yang terakhir
Dan besok kita semua bisa pulang terbebas
Dan semua ini akhirnya akan berakhir
besok Palestina akan bebas
besok Palestina akan bebas
Tiada ibu ayah untuk menghapus air mataku
Itu sebabnya aku tidak akan menangis
Aku merasa takut, tapi aku tak akan menunjukkan rasa takutku
Aku tetap bertahan disini
Jauh di dalam hatiku, aku tidak pernah memiliki keraguan
Bahwa besok Palestina akan bebas
besok Palestina akan bebas
Aku melihat roket dan bom bersinar di langit
Seperti tetes hujan di cahaya matahari
Mengambil itu semua sayang ke hatiku
Menghancurkan mimpiku dalam sekejap mata
Apa yang terjadi dengan hak asasi manusia kita?
Apa yang terjadi terhadap kesucian hidup?
Dan semua kebohongan lainnya?
Aku tahu bahwa aku hanya seorang anak
Tapi hati nurani Anda masih hidup
Aku akan membelai dengan tangan kosong
Setiap butir pasir berharga
Setiap batu dan setiap pohon
Karena tidak peduli apa yang mereka lakukan
Mereka tidak pernah bisa menyakitimu
Karena jiwa Anda akan selalu bebas
besok Palestina akan bebas
besok Palestina akan bebas
Inggris :
Every day we tell each other
That this day will be the last
And tomorrow we all can go home free
And all this will finally end
Palestine tomorrow will be free
Palestine tomorrow will be free
No mother no father to wipe away my tears
That’s why I won’t cry
I feel scared but I won’t show my fears
I keep my head high
Deep in my heart I never have any doubt
That Palestine tomorrow will be free
Palestine tomorrow will be free
I saw those rockets and bombs shining in the sky
Like drops of rain in the sun’s light
Taking away everyone dear to my heart
Destroying my dreams in a blink of an eye
What happened to our human rights?
What happened to the sanctity of life?
And all those other lies?
I know that I’m only a child
But is your conscience still alive
I will caress with my bare hands
Every precious grain of sand
Every stone and every tree
Because no matter what they do
They can never hurt you
Because your soul will always be free
Palestine tomorrow will be free
Palestine tomorrow will be free
Abst. -Mosaik-
Terpa!
Terus terpa hingga tercipta mosaik
Terdengar sangar suara juragan pembuat mosaik
Maaf, Juragan, saya belum makan...
Akhirnya aku bisa juga mencuri waktu
Tidak!!!
Tidur siangku yang pertama setelah seribu tahun
Aduh... tanganku sakit...
Kakiku lebih sehat!
Ah... patah tulang...
Akhirnya kenikmatan dari Tuhan
Maaf, aku harus jujur
Inilah kata-kata
Oyy!!! mana uangmu!!
Aku akhirnya digaji...
Terus terpa hingga tercipta mosaik
Terdengar sangar suara juragan pembuat mosaik
Maaf, Juragan, saya belum makan...
Akhirnya aku bisa juga mencuri waktu
Tidak!!!
Tidur siangku yang pertama setelah seribu tahun
Aduh... tanganku sakit...
Kakiku lebih sehat!
Ah... patah tulang...
Akhirnya kenikmatan dari Tuhan
Maaf, aku harus jujur
Inilah kata-kata
Oyy!!! mana uangmu!!
Aku akhirnya digaji...
-Syair Rindu-
Apalah arti intan permata
Jikalau rinduku tlah tertata
Serpihan sepi lagi nista
Fragmentasikan rinduku duhai cinta
Lalu sanubari ingin dibelai lembut katamu
Namun yang kutemu hanya bayang semu
Kutunggu selalu tanpa jemu
Walau kadang rinduku teramu
Kan kutuliskan sejuta puisi dan sajak
Kan kuukirkan namamu pada tiap jejak
Kan kulukiskan wajahmu di bumi kuberpijak
Walau kutahu tak mungkin tuk kujajak
Ini syair rinduku yang inginkan kabar
Tanpanya hidupku terasa hambar
Rapuh lalu terkoyak hidupku lembar demi lembar
Ini rinduku yang akbar
Semoga kabarmu baik, wahai kasih...
04 Juni '10
Karimun, 17.29
[SajakCahayaSepi]
Jikalau rinduku tlah tertata
Serpihan sepi lagi nista
Fragmentasikan rinduku duhai cinta
Lalu sanubari ingin dibelai lembut katamu
Namun yang kutemu hanya bayang semu
Kutunggu selalu tanpa jemu
Walau kadang rinduku teramu
Kan kutuliskan sejuta puisi dan sajak
Kan kuukirkan namamu pada tiap jejak
Kan kulukiskan wajahmu di bumi kuberpijak
Walau kutahu tak mungkin tuk kujajak
Ini syair rinduku yang inginkan kabar
Tanpanya hidupku terasa hambar
Rapuh lalu terkoyak hidupku lembar demi lembar
Ini rinduku yang akbar
Semoga kabarmu baik, wahai kasih...
04 Juni '10
Karimun, 17.29
[SajakCahayaSepi]
-Dibalik Tirai Hujan-
Dibalik derai hujan
Titik demi titik air merembes
Membasahi kering tanah
Memercik harapan
Dibalik tirai hujan
Kegelapan dan cahaya menyatu
Dalam ruang nyata dan semu ataupun maya
Dalam gradien yang lurus
Dalam struktur tanah yang bergelora
Dalam humus yang berteriak syukur
Dalam tiap molekul yang semakin menggila
Hujan ini adalah rahmat
Merangkap cobaan dan teguran
Titik demi titik air merembes
Membasahi kering tanah
Memercik harapan
Dibalik tirai hujan
Kegelapan dan cahaya menyatu
Dalam ruang nyata dan semu ataupun maya
Dalam gradien yang lurus
Dalam struktur tanah yang bergelora
Dalam humus yang berteriak syukur
Dalam tiap molekul yang semakin menggila
Hujan ini adalah rahmat
Merangkap cobaan dan teguran
-Dan Alam Bertasbih- Insp. By Ar-Rahman (Al-Qur'an)
Dan alam yang kulihat
Mengukirkan sajak yang bergulir terus
Terpatri nama Tuhan di tiap detiknya
Kadang aku merasa kecil
.
Kala gunung kulihat
Tiap semilirnya bertasbih
Sejuk bertahmid
Puncaknya bertahta nama-Nya
.
Kala kubelai laut
Kurasakan gelombang berdzikir
Menyebut asma-Nya
Meramu kisah akan agung-Nya
.
Kala kutatap danau
Tenang bertahmid airnya
Biru syukurnya akan rahmat-Nya
Aku tak bertahan akan indahnya
.
Dan aku disini
Aku telah menatap segala alam
Tapi aku yang disempurnakan
Aku menyesal sejenak
.
Hatiku bertanya pada jiwaku
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi kah yang kamu dustakan?
Mengukirkan sajak yang bergulir terus
Terpatri nama Tuhan di tiap detiknya
Kadang aku merasa kecil
.
Kala gunung kulihat
Tiap semilirnya bertasbih
Sejuk bertahmid
Puncaknya bertahta nama-Nya
.
Kala kubelai laut
Kurasakan gelombang berdzikir
Menyebut asma-Nya
Meramu kisah akan agung-Nya
.
Kala kutatap danau
Tenang bertahmid airnya
Biru syukurnya akan rahmat-Nya
Aku tak bertahan akan indahnya
.
Dan aku disini
Aku telah menatap segala alam
Tapi aku yang disempurnakan
Aku menyesal sejenak
.
Hatiku bertanya pada jiwaku
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi kah yang kamu dustakan?
-Catatan Pinggir 05 Mei '10-
Dan ketika langit kulihat dan dia menangis, anganku melambung dalam bijana gelap, galau menitikan nama menantikan semu yang melangkah, dalam kabut yang kabut, dalam air yang air, dalam sekam yang sekam. Lalu ada jalan yang kulihat di tepi rerumputan, menuju kosong yang berselang, sejenak kulihat kemudian berlari, namun sebuah nama kulihat di awang-awang, temaram impian bersemi antara nirwana yang pernah kuharap kujajaki.
Lalu melangkah dalam gelap dan tepi yang serak, sebuah bahasa bertutur di teluk nista yang berbunga wisteria mengharum nama dua manusia yang bersua di tengah lapangan antara jiwa dan jiwa, sejenak aku terisak dan berjalan ke langit-langit cahaya negeri tak bertahta yang hanya mampu menampikkan nama, tapi ada kata yang tertinggal di tiap ucap yang terus terngiang, aku hanya melesu dan melangkah ke alam nama beribu cerita olehnya, nama itu berjejer rapi bersama, lalu kusapa nirwana yang di pelataran sana sejenak.
Dan inilah kisahku ketika aku berjalan dalam lesunya akhir yang memudarkan segala, hanya lembaran yang kulihat dan resapi selalu sempana dalam nama, tapi sesalku berujung atau tidak? Nama itu adalah salahku, aku hanya merepotkan nama dalam sepinya, aku harus lakukan segalanya untuk bijana lestarinya, maafkan aku di terik gelap ini.
Lalu melangkah dalam gelap dan tepi yang serak, sebuah bahasa bertutur di teluk nista yang berbunga wisteria mengharum nama dua manusia yang bersua di tengah lapangan antara jiwa dan jiwa, sejenak aku terisak dan berjalan ke langit-langit cahaya negeri tak bertahta yang hanya mampu menampikkan nama, tapi ada kata yang tertinggal di tiap ucap yang terus terngiang, aku hanya melesu dan melangkah ke alam nama beribu cerita olehnya, nama itu berjejer rapi bersama, lalu kusapa nirwana yang di pelataran sana sejenak.
Dan inilah kisahku ketika aku berjalan dalam lesunya akhir yang memudarkan segala, hanya lembaran yang kulihat dan resapi selalu sempana dalam nama, tapi sesalku berujung atau tidak? Nama itu adalah salahku, aku hanya merepotkan nama dalam sepinya, aku harus lakukan segalanya untuk bijana lestarinya, maafkan aku di terik gelap ini.
-Mandi- Insp. By Ichon
Kala titik air berlari
Menyusuri tiap sudut lekuk tubuh
Sejuk bernaung mengaum
Kadang kalbu pun terikut
Lalu terungkap sisi kelabu di putih
Air pun mati dan habis
Ampuni aku, wahai semua
Aku tidak jadi mandi
AIR LEDENG MATI SENDIRI!
Wkwkwkwk, peace bro
Menyusuri tiap sudut lekuk tubuh
Sejuk bernaung mengaum
Kadang kalbu pun terikut
Lalu terungkap sisi kelabu di putih
Air pun mati dan habis
Ampuni aku, wahai semua
Aku tidak jadi mandi
AIR LEDENG MATI SENDIRI!
Wkwkwkwk, peace bro
-Capek dan Ilmu- Insp. By Gesti C. C.
Kadang lelah menghantui
Tiap jajak jalanan yang kulalui
Menitikkan angan dan sepi
Lalu berjalan lagi
Peluh tak kuhiraukan
Letih tak kupikirkan
Lunglai tungkai ini
Perih tubuh ini
Lalu pernah aku ditanyakan
Apa tujuanmu, kawan?
Hanya satu jawabku
Ilmu, walau aku harus capek
Tiap jajak jalanan yang kulalui
Menitikkan angan dan sepi
Lalu berjalan lagi
Peluh tak kuhiraukan
Letih tak kupikirkan
Lunglai tungkai ini
Perih tubuh ini
Lalu pernah aku ditanyakan
Apa tujuanmu, kawan?
Hanya satu jawabku
Ilmu, walau aku harus capek
-1001 Salah- Insp. By Eldayani Pratiwi
Pernah kuungkap kebenaran
Dalam balutan padma keindahan
Dan dalam agama serta keajaiban
Lalu kau nistakan dan salahkan
Pernah alam kuucapkan
Dan semua kesemuan kunyatakan
Dalam cinta yang kuharap keluar dari relungmu
Tapi kau hinakan dan caci
Tak pernahkah aku benar dimatamu?
Ataukah aku tidak ada di batinmu?
Sudahlah, tak kupikir lagi
Engkau benar dan aku selalu salah
Dalam balutan padma keindahan
Dan dalam agama serta keajaiban
Lalu kau nistakan dan salahkan
Pernah alam kuucapkan
Dan semua kesemuan kunyatakan
Dalam cinta yang kuharap keluar dari relungmu
Tapi kau hinakan dan caci
Tak pernahkah aku benar dimatamu?
Ataukah aku tidak ada di batinmu?
Sudahlah, tak kupikir lagi
Engkau benar dan aku selalu salah
-Cahaya Yang Jatuh- Insp. By Deddy Bridge L.
Pernah kulihat malam tak berbintang
Gelap tanpa harapan yang jelas
Lalu ada gemuruh yang hujam kalbuku
Aku tak peduli
Lalu langit menggelap awan mengepul
Tetes demi tetes air jatuh
Dan kemudian membasahi sekujur bumi
Namun gemuruh lagi
Kutermenung termanggu
Tiada bisikan kalbu ataupun kata
Langit membara marah
Petir, kulihat engkau begitu jelas
Dan kutahu, aku makhluk yang lemah di hadap-Nya
G.B.U.
Gelap tanpa harapan yang jelas
Lalu ada gemuruh yang hujam kalbuku
Aku tak peduli
Lalu langit menggelap awan mengepul
Tetes demi tetes air jatuh
Dan kemudian membasahi sekujur bumi
Namun gemuruh lagi
Kutermenung termanggu
Tiada bisikan kalbu ataupun kata
Langit membara marah
Petir, kulihat engkau begitu jelas
Dan kutahu, aku makhluk yang lemah di hadap-Nya
G.B.U.
-Palestina Pasti Berjaya-
Kepulan asap menerobos tiap celah kegelapan
Debu mesiu menembus tiap penjuru Palestina
Tiap detik nyawa terbuang sia-sia
Tiap waktu tercipta satu syahid
Dan ledakan beruntun berjatuhan
Tiada hentinya dari sudut langit
Lalu satu demi satu nyawa muslim melayang
Dalam naungan Islam dia wafat
Waktu serasa berhenti
Lalu berjalanlah semilir angin medan tempur
Merah, hijau, hitam, putih tergambar dalam satu kain
Di tangan lelaki bercadar sorban
ALLAHU AKBAR!
Tiap nyawa berlari menerobos besi dan asap
ALLAHU AKBAR!
Tiap detik peluru dan bom dimuntahkan
ALLAHU AKBAR!
Mereka tiada gentar melawan musuh
ALLAHU AKBAR!
Mereka tahu Tuhan disisi mereka
Lalu satu nyawa melayang
Semenit berlalu mayat terkumpul
Nyawa mereka hilang
Namun semangat mereka tak pernah mati
Mereka tahu
Kebenaran pasti menang
Mereka tahu zionis pasti kalah
Mereka tahu ini jalan Allah
Dalam kepulan asap
Remang remang cahaya terlihat
Sayup suara terdengar dan menguat
Dan satu nyawa ikut melayang
ALLAHU AKBAR
LAA ILAH HA ILALLAH!!!
Debu mesiu menembus tiap penjuru Palestina
Tiap detik nyawa terbuang sia-sia
Tiap waktu tercipta satu syahid
Dan ledakan beruntun berjatuhan
Tiada hentinya dari sudut langit
Lalu satu demi satu nyawa muslim melayang
Dalam naungan Islam dia wafat
Waktu serasa berhenti
Lalu berjalanlah semilir angin medan tempur
Merah, hijau, hitam, putih tergambar dalam satu kain
Di tangan lelaki bercadar sorban
ALLAHU AKBAR!
Tiap nyawa berlari menerobos besi dan asap
ALLAHU AKBAR!
Tiap detik peluru dan bom dimuntahkan
ALLAHU AKBAR!
Mereka tiada gentar melawan musuh
ALLAHU AKBAR!
Mereka tahu Tuhan disisi mereka
Lalu satu nyawa melayang
Semenit berlalu mayat terkumpul
Nyawa mereka hilang
Namun semangat mereka tak pernah mati
Mereka tahu
Kebenaran pasti menang
Mereka tahu zionis pasti kalah
Mereka tahu ini jalan Allah
Dalam kepulan asap
Remang remang cahaya terlihat
Sayup suara terdengar dan menguat
Dan satu nyawa ikut melayang
ALLAHU AKBAR
LAA ILAH HA ILALLAH!!!
-Kepercayaan Insan- Insp. By Nisa Ul Khairani
Sebuah kepercayaan
Antara insan dalam ungkapan
Berdesing bak peluru melaju
Dari mulut lidah yang tak bertulang
Kepercayaan antara insan
Kuharap memang dari nurani yang terdalam
Bukan hanya permainan kata-kata
Ataupun dusta tiada makna
Kepercayaan akan janji
Ikrar suci dalam imaji
Akan berakar dan tumbuh pohonnya
Lalu berbuah akan bahagia
Dan Tuhan Yang Maha Mengetahui
Tiap rahasia hati hanya Engkau yang tahu
Walau terlungkup terbelenggu terjatuh terinjak
Engkau pasti mengetahui
Kepercayaan itu, ya
Kuharap itu benar dan nyata
Bukan semu ataupun nista
Kepercayaan insan
Ya, tiap metafora dan kata bermain
Lalu mementaskan sebuah cerita
Berhiaslah sebuah kepercayaan
Dan yakin dari yang terdalam
Nurani
Batin
Kalbu
Hati
Percayalah...
Antara insan dalam ungkapan
Berdesing bak peluru melaju
Dari mulut lidah yang tak bertulang
Kepercayaan antara insan
Kuharap memang dari nurani yang terdalam
Bukan hanya permainan kata-kata
Ataupun dusta tiada makna
Kepercayaan akan janji
Ikrar suci dalam imaji
Akan berakar dan tumbuh pohonnya
Lalu berbuah akan bahagia
Dan Tuhan Yang Maha Mengetahui
Tiap rahasia hati hanya Engkau yang tahu
Walau terlungkup terbelenggu terjatuh terinjak
Engkau pasti mengetahui
Kepercayaan itu, ya
Kuharap itu benar dan nyata
Bukan semu ataupun nista
Kepercayaan insan
Ya, tiap metafora dan kata bermain
Lalu mementaskan sebuah cerita
Berhiaslah sebuah kepercayaan
Dan yakin dari yang terdalam
Nurani
Batin
Kalbu
Hati
Percayalah...
Selasa, 11 Mei 2010
-Yang Terlupakan-
-Yang Terlupakan I-. Aku yang terlupakan olehmu. Aku yang tertinggalkan waktu. Aku ditelan hingga menghilang. Aku yang mati dalam tahta kesendirian. Aku yang duduk di singgasana kesepian. Aku yang menguasai kerajaan penantian. Aku yang dicintai sepinya waktu. Aku yang tak pernah bisa bersamamu. Aku yang terlupakan
-Yang Terlupakan II-. Engkau yang bersamanya. Tinggalkanku tanpa perasaan. Lepaskanku dari pelukan. Hilangkanku dari pikiran. Lenyapkanku dari perasaan. Hancurkanku dalam ukiran. Matikanku dari perkiraan. Lupakanku dalam senyuman. Habiskanku dalam kecaman. Butakanku dalam helaanmu. Tulikanku dalam penderitaanku
-Yang Terlupakan III-. Aku yang menjadi masa lalumu. Aku yang hanya kisah lamamu. Aku hanya seberkas lampaumu. Aku membentuk kalam silammu. Aku tak lebih dari kenangan kelammu. Aku tak kurang dari mimpi burukmu. Aku tak jauh dari angan jelekmu. Aku tak dekat dari hidup dirimu.
-Yang Terlupakan IV-. Aku belati dalam titian kasihmu. Aku racun dalam madu cintamu. Aku pahit dalam manis sayangmu. Aku debu dalam permaidani sukamu. Aku bebatuan di jalan kisahmu. Aku noda dalam kain ceritamu. Aku hantu dalam layar wayangmu. Aku benci dalam indahmu. Aku buruk dalam baikmu. Aku kotoran dalam bersihmu.
-Yang Terlupakan V-. Aku yang terlupakan. Aku yang terlewatkan. Aku yang tertinggalkan. Aku yang terhapuskan. Aku yang mati. Aku yang hancur. Aku yang lenyap. Aku yang melayang. Aku yang tersakiti. Aku yang terlukai. Aku yang tertangis. Aku yang tersedu. Aku yang khilaf. Aku yang salah. Aku yang lupa. Aku yang kacau.
-Yang Terlupakan II-. Engkau yang bersamanya. Tinggalkanku tanpa perasaan. Lepaskanku dari pelukan. Hilangkanku dari pikiran. Lenyapkanku dari perasaan. Hancurkanku dalam ukiran. Matikanku dari perkiraan. Lupakanku dalam senyuman. Habiskanku dalam kecaman. Butakanku dalam helaanmu. Tulikanku dalam penderitaanku
-Yang Terlupakan III-. Aku yang menjadi masa lalumu. Aku yang hanya kisah lamamu. Aku hanya seberkas lampaumu. Aku membentuk kalam silammu. Aku tak lebih dari kenangan kelammu. Aku tak kurang dari mimpi burukmu. Aku tak jauh dari angan jelekmu. Aku tak dekat dari hidup dirimu.
-Yang Terlupakan IV-. Aku belati dalam titian kasihmu. Aku racun dalam madu cintamu. Aku pahit dalam manis sayangmu. Aku debu dalam permaidani sukamu. Aku bebatuan di jalan kisahmu. Aku noda dalam kain ceritamu. Aku hantu dalam layar wayangmu. Aku benci dalam indahmu. Aku buruk dalam baikmu. Aku kotoran dalam bersihmu.
-Yang Terlupakan V-. Aku yang terlupakan. Aku yang terlewatkan. Aku yang tertinggalkan. Aku yang terhapuskan. Aku yang mati. Aku yang hancur. Aku yang lenyap. Aku yang melayang. Aku yang tersakiti. Aku yang terlukai. Aku yang tertangis. Aku yang tersedu. Aku yang khilaf. Aku yang salah. Aku yang lupa. Aku yang kacau.
-Elegi Air Terjun-
Belantara penuh duka
Tempat maut bersemayam
Mengalir air yang sejuk
Penawar luka segala dusta
Air mengalir hingga ke rendah
Menyapa riuh di hutan
Jatuh, air itu berjatuhan
Terjun, air itu kesakitan
Elegi air itu menyayat hati
Di rimbun pepohonan yang tak lagi tampak
Di indah panorama bumi hijau
Tak lagi tampak di sisi air
Air terjun menyapa perlahan
Sentuh diriku basuh lukaku
Walau kutahu dia bisu
Tapi dia menyimpan kisah
Dialah yang melihat kita menghancur
Dialah yang menatap kita meretak
Dialah yang meratapi kita mengentak
Dialah saksi bisu bagi kita
Petuah air terjun yang sejuk
Hanya inginkan alam kembali
Memeluk dirinya merangkul batinnya
Menyapa segala pada dirinya
Air terjun berlalu perlahan
Menghilang di telan bumi
Yang kian menelan segala elegi
Dan segala petuahnya
Air terjun dalam elegi
Dan kenangan bagiku
Petuahmu kujaga selalu
Dalam sanubariku yang terdalam
Tempat maut bersemayam
Mengalir air yang sejuk
Penawar luka segala dusta
Air mengalir hingga ke rendah
Menyapa riuh di hutan
Jatuh, air itu berjatuhan
Terjun, air itu kesakitan
Elegi air itu menyayat hati
Di rimbun pepohonan yang tak lagi tampak
Di indah panorama bumi hijau
Tak lagi tampak di sisi air
Air terjun menyapa perlahan
Sentuh diriku basuh lukaku
Walau kutahu dia bisu
Tapi dia menyimpan kisah
Dialah yang melihat kita menghancur
Dialah yang menatap kita meretak
Dialah yang meratapi kita mengentak
Dialah saksi bisu bagi kita
Petuah air terjun yang sejuk
Hanya inginkan alam kembali
Memeluk dirinya merangkul batinnya
Menyapa segala pada dirinya
Air terjun berlalu perlahan
Menghilang di telan bumi
Yang kian menelan segala elegi
Dan segala petuahnya
Air terjun dalam elegi
Dan kenangan bagiku
Petuahmu kujaga selalu
Dalam sanubariku yang terdalam
-Kehambaran Hati-
Hati yang hambar tiada rasa
Manis tak ada pahit tiada
Kaku tak berwarna
Semu tak bermakna
Hati yang hambar tiada merasa
Indahnya dunia dibalik segala
Hanya terpuruk pada sebuah keyakinan
Tak mencari setitik keindahan
Singgahlah sejenak ke imajinasimu
Luangkanlah sebentar tuk mencari keindahan
Biarlah semu namun ada
Meski sulit kau terima
Warnai hambarnya hatimu
Yang lelah menghitam memutih
Kelabu tak bermakna
Berikan warna pada hatimu yang hambar
Manis tak ada pahit tiada
Kaku tak berwarna
Semu tak bermakna
Hati yang hambar tiada merasa
Indahnya dunia dibalik segala
Hanya terpuruk pada sebuah keyakinan
Tak mencari setitik keindahan
Singgahlah sejenak ke imajinasimu
Luangkanlah sebentar tuk mencari keindahan
Biarlah semu namun ada
Meski sulit kau terima
Warnai hambarnya hatimu
Yang lelah menghitam memutih
Kelabu tak bermakna
Berikan warna pada hatimu yang hambar
-Harapan Kebahagiaan-
Harapan gulana bergelora di dada
Yang semula hanya angan belaka
Menjadi nyata dan bertahta di jiwa
Kini kucoba tuk gapai dirimu harapanku
Harapanku akan kebahagiaan
Bersama persahabatan yang hangatkan jiwa
Dalam titisan kidung surgawi
Harapanku kukikis sampai habis
Harapanku mengembun rasuki jiwaku
Lewat butir beningnya yang galaukan semua
Lalu dekap ragaku serta peluk jiwaku
Aku terasuk harapanku
Harapanku menyatu dalam kata
Membahagiakan segala mimpi yang tertunda
Menyuarakan senangnya kebahagiaan
Menyeruakkan segala kebersamaan
Yang semula hanya angan belaka
Menjadi nyata dan bertahta di jiwa
Kini kucoba tuk gapai dirimu harapanku
Harapanku akan kebahagiaan
Bersama persahabatan yang hangatkan jiwa
Dalam titisan kidung surgawi
Harapanku kukikis sampai habis
Harapanku mengembun rasuki jiwaku
Lewat butir beningnya yang galaukan semua
Lalu dekap ragaku serta peluk jiwaku
Aku terasuk harapanku
Harapanku menyatu dalam kata
Membahagiakan segala mimpi yang tertunda
Menyuarakan senangnya kebahagiaan
Menyeruakkan segala kebersamaan
-Entah Mengapa-
Entah mengapa
Jutaan manusia merasakan cinta
Dan membuangnya kala ia tak menginginkannya
Dengan teramat mudah
Entah mengapa
Jutaan manusia
Memiliki cinta dengan mudahnya
Sedangkan aku harus mengais demi cinta
Entah mengapa
Jutaan manusia
Memiliki cinta dan mendapatkannya
Dengan mudahnya ia dicintai
Entah mengapa
Hanya aku yang tak kunjung jumpa
Dengan sesuatu yang bernama cinta
Oh entah
Kurenung mereka yang memiliki cinta
Apa rahasia mereka?
Apa cara mereka?
Apa sebenarnya yang mereka lakukan?
Kadang ku berdialog dengan Tuhan
Apakah aku memang tak pantas mendapatkan cinta?
Apakah cinta itu sebenarnya?
Apakah memang aku terus begini?
Tapi Tuhan tak menjawab
Aku tahu Dia lebih tahu diriku daripada aku sendiri
Tapi sekali sajalah aku merasakannya sejenak
Sebelum aku menghilang
Aku yang kini terkubur dalam kesendirian
Kesunyian terus merengut kehidupanku
Terkadang aku harus merintih melawannya
Agar tak kuasai diriku
Terkadang aku merasa iri dengan mereka yang memiliki cinta
Aku iri mendengar kisah mereka
Aku iri melihat mereka
Tapi aku berharap agar tak pernah dengki dengan mereka
Aku tahu cinta itu ada
Tapi tak tampak olehku
Atau cinta yang enggan menatapku
Ah, entahlah
Jutaan manusia merasakan cinta
Dan membuangnya kala ia tak menginginkannya
Dengan teramat mudah
Entah mengapa
Jutaan manusia
Memiliki cinta dengan mudahnya
Sedangkan aku harus mengais demi cinta
Entah mengapa
Jutaan manusia
Memiliki cinta dan mendapatkannya
Dengan mudahnya ia dicintai
Entah mengapa
Hanya aku yang tak kunjung jumpa
Dengan sesuatu yang bernama cinta
Oh entah
Kurenung mereka yang memiliki cinta
Apa rahasia mereka?
Apa cara mereka?
Apa sebenarnya yang mereka lakukan?
Kadang ku berdialog dengan Tuhan
Apakah aku memang tak pantas mendapatkan cinta?
Apakah cinta itu sebenarnya?
Apakah memang aku terus begini?
Tapi Tuhan tak menjawab
Aku tahu Dia lebih tahu diriku daripada aku sendiri
Tapi sekali sajalah aku merasakannya sejenak
Sebelum aku menghilang
Aku yang kini terkubur dalam kesendirian
Kesunyian terus merengut kehidupanku
Terkadang aku harus merintih melawannya
Agar tak kuasai diriku
Terkadang aku merasa iri dengan mereka yang memiliki cinta
Aku iri mendengar kisah mereka
Aku iri melihat mereka
Tapi aku berharap agar tak pernah dengki dengan mereka
Aku tahu cinta itu ada
Tapi tak tampak olehku
Atau cinta yang enggan menatapku
Ah, entahlah
-Dan-
Dan hilang
Semua kenangan yang terajut indah
Bergulir indah dalam nirwana dan nestapa
Namun hilang dalam gelap tiada dasar
Dan lenyap
Segala keindahan dan kata manis yang terucap
Bermesra selalu dalam alunan nikmat
Tetapi mati dan lenyap selamanya
Dan hancur
Seluruh kemesraan yang tertiti dalam kehidupan
Menghampar di riak gelombang dan rinai hujan
Tapi hancur lebur ditelan fatamorgana
Dan mati
Manis kata dan lentik kalimat
Derap alinea di setiap sudut harmoni
Sayangnya mati di gertak maut
Dan .
Dan . .
Dan . . .
Dan habis sudah semua rangkai kata
Semua kenangan yang terajut indah
Bergulir indah dalam nirwana dan nestapa
Namun hilang dalam gelap tiada dasar
Dan lenyap
Segala keindahan dan kata manis yang terucap
Bermesra selalu dalam alunan nikmat
Tetapi mati dan lenyap selamanya
Dan hancur
Seluruh kemesraan yang tertiti dalam kehidupan
Menghampar di riak gelombang dan rinai hujan
Tapi hancur lebur ditelan fatamorgana
Dan mati
Manis kata dan lentik kalimat
Derap alinea di setiap sudut harmoni
Sayangnya mati di gertak maut
Dan .
Dan . .
Dan . . .
Dan habis sudah semua rangkai kata
-Mimpi Buruk Terindah-
Mimpi buruk terindah
Hantui lelapku yang tenang
Entah mengapa aku tersenyum
Ketika air mataku bercucuran
Mimpi buruk termanis
Mewangi lelap dalam gelap
Entah bagaimana aku tertawa
Ketika aku menyeringai kesakitan
Entahlah . . .
Hantui lelapku yang tenang
Entah mengapa aku tersenyum
Ketika air mataku bercucuran
Mimpi buruk termanis
Mewangi lelap dalam gelap
Entah bagaimana aku tertawa
Ketika aku menyeringai kesakitan
Entahlah . . .
-Renunganku-
Bergumamlah . . .
Ah, lalu sudah
Bunga
Mekar sejenak dan menghilang
Alangkah cepatnya
Masih lekat dalam ingatanku
Bibit yang kecil itu
Tumbuh dengan mungilnya
Menebar warna
Lalu ia tumbuh perlahan
Bersama dedaunan
Berteman keindahan
Ah, pesonamu
Perlahan tampak
Kuncup kecil
Impian dan harapan
Bersemayam di dalamnya
Lalu kelopak bermekaran
Mahkota keindahan
Rangkaikan gurat senyum itu
Ah, sungguh luar biasa
Sejenak kulihat dirimu
Agung tampakmu
Selalu kau sentuh aku
Dengan lembutmu
Namun semua hanya sejenak
Sekilas kemudian warnamu memudar
Hilang dari tatapku
Layu
Semerbakmu yang pernah rasuki
Sanubariku yang terdalam
Entah mengapakah dirimu
Hilang begitu cepat
Ah, hitammu yang layu
Telah peluk engkau dengan eratnya
Eranganmu tak terdengar lagi
Aku tak sanggup selamatkanmu
Namun entah mengapa
Ucapmu terngiang kembali di ingatku
Muncul di pikiranku
Ternyata memang waktumu telah tiba
Kau pergi tinggalkanku
Lenyap dengan pasti
Layu dengan perlahan
Hilang dengan damai
Ah, lalu sudah
Bunga
Mekar sejenak dan menghilang
Alangkah cepatnya
Masih lekat dalam ingatanku
Bibit yang kecil itu
Tumbuh dengan mungilnya
Menebar warna
Lalu ia tumbuh perlahan
Bersama dedaunan
Berteman keindahan
Ah, pesonamu
Perlahan tampak
Kuncup kecil
Impian dan harapan
Bersemayam di dalamnya
Lalu kelopak bermekaran
Mahkota keindahan
Rangkaikan gurat senyum itu
Ah, sungguh luar biasa
Sejenak kulihat dirimu
Agung tampakmu
Selalu kau sentuh aku
Dengan lembutmu
Namun semua hanya sejenak
Sekilas kemudian warnamu memudar
Hilang dari tatapku
Layu
Semerbakmu yang pernah rasuki
Sanubariku yang terdalam
Entah mengapakah dirimu
Hilang begitu cepat
Ah, hitammu yang layu
Telah peluk engkau dengan eratnya
Eranganmu tak terdengar lagi
Aku tak sanggup selamatkanmu
Namun entah mengapa
Ucapmu terngiang kembali di ingatku
Muncul di pikiranku
Ternyata memang waktumu telah tiba
Kau pergi tinggalkanku
Lenyap dengan pasti
Layu dengan perlahan
Hilang dengan damai
-Potret Lalu Itu-
Mengalir
Titik demi titik tanpa henti
Terus mengalir tak pedulikanku
Layaknya waktu yang bergulir
Tetes air mata ku
Menguap ke awang awang
Melayang tak tampak
Hilang tanpa jejak
Ah air mataku
Berhentilah!
Ikuti arahan tuanmu
Haruskah ku berteriak?
Kawanan angan di tepian impian
Terus mengikat segala kisah
Menebar resonansi masa lalu
Wangi kenangan terus semerbak
Air mata masih mengalir
Terus membentuk mosaik indahnya kenangan lalu
Kenangan lalu yang telah hilang
Entah mengapa aku tak mampu
Menahan air mataku
Ketika kutatap wajah itu
Potret wajah itu, yang telah layu
Potret lalu yang mati
Bertahun lalu kutatap
Kini tampak lagi di anganku
Ya, di mimpiku
Maafkan aku bila ku masih belum mampu ikuti langkahmu
Wujudkan impianmu pun ku tak mampu
Tak kuasa
Maafkan aku, nenekku tersayang . . .
Titik demi titik tanpa henti
Terus mengalir tak pedulikanku
Layaknya waktu yang bergulir
Tetes air mata ku
Menguap ke awang awang
Melayang tak tampak
Hilang tanpa jejak
Ah air mataku
Berhentilah!
Ikuti arahan tuanmu
Haruskah ku berteriak?
Kawanan angan di tepian impian
Terus mengikat segala kisah
Menebar resonansi masa lalu
Wangi kenangan terus semerbak
Air mata masih mengalir
Terus membentuk mosaik indahnya kenangan lalu
Kenangan lalu yang telah hilang
Entah mengapa aku tak mampu
Menahan air mataku
Ketika kutatap wajah itu
Potret wajah itu, yang telah layu
Potret lalu yang mati
Bertahun lalu kutatap
Kini tampak lagi di anganku
Ya, di mimpiku
Maafkan aku bila ku masih belum mampu ikuti langkahmu
Wujudkan impianmu pun ku tak mampu
Tak kuasa
Maafkan aku, nenekku tersayang . . .
-Anak Kos Dodol-
Satu kala
Waktu berjalan sebagaimana semestinya
Tak pelak batinku
Melangkah menuju kebenaran
Setitik kata yang kulihat
Entah mengapa aku tertarik
Melihatnya undang tawaku
Galaukan sedih yang menjauh sejenak
Kadang ku ragu akan keputusanku
Kulihat lembar itu
Tersimpan tenaga yang tak mampu kulukiskan
Bahkan oleh penyair terbaik sekalipun
Kulihat
Kudekap
Kubawa menuju kasir
Anak Kos Dodol The Series . . .
Waktu berjalan sebagaimana semestinya
Tak pelak batinku
Melangkah menuju kebenaran
Setitik kata yang kulihat
Entah mengapa aku tertarik
Melihatnya undang tawaku
Galaukan sedih yang menjauh sejenak
Kadang ku ragu akan keputusanku
Kulihat lembar itu
Tersimpan tenaga yang tak mampu kulukiskan
Bahkan oleh penyair terbaik sekalipun
Kulihat
Kudekap
Kubawa menuju kasir
Anak Kos Dodol The Series . . .
-Masalah Besar-
Cahayaku temaram
Tak tampak terang
Ketika kucoba mencari akhir
Dari masalah yang menerpaku
Sakit disini, di hatiku
Masalah besar dekap diriku
Tanpa izin terdahulu
Tanpa penjelasan dan ucapan
Perih rasanya, di batinku
Oh Tuhan
Harapku hilangkanlah masalahku
Yang kian berat menimpaku
Sakitkanku yang menderita
Dera sakit yang kurasa
Tak kunjung sembuh jua dari segala
Aku hanya inginkan engkau hilang wahai masalah
Enyahlah!
Tak tampak terang
Ketika kucoba mencari akhir
Dari masalah yang menerpaku
Sakit disini, di hatiku
Masalah besar dekap diriku
Tanpa izin terdahulu
Tanpa penjelasan dan ucapan
Perih rasanya, di batinku
Oh Tuhan
Harapku hilangkanlah masalahku
Yang kian berat menimpaku
Sakitkanku yang menderita
Dera sakit yang kurasa
Tak kunjung sembuh jua dari segala
Aku hanya inginkan engkau hilang wahai masalah
Enyahlah!
-Derita Ibukota-
Berjalan tersendat
Diantara sedan licin mengkilat
Aku di dalam sebuah angkot tua penuh cacat
Sedikit berkarat
Deritaku di jalan panjang penuh liku
Macet tak bergerak
Lapar menyeruak
Batinku menderita, jiwaku berteriak
Ah, perihnya derita milik ibukota
Yang siap menyiksaku
Menerpaku tanpa ampun
Ibukota negeriku, ngeriku ibukota
Diantara sedan licin mengkilat
Aku di dalam sebuah angkot tua penuh cacat
Sedikit berkarat
Deritaku di jalan panjang penuh liku
Macet tak bergerak
Lapar menyeruak
Batinku menderita, jiwaku berteriak
Ah, perihnya derita milik ibukota
Yang siap menyiksaku
Menerpaku tanpa ampun
Ibukota negeriku, ngeriku ibukota
-Cuma Satu-
Yang kupinta dari dirimu
Tak banyak kuharap selalu
Kuingin yang mudah darimu
Cuma satu
Entah kau dengar atau tidak
Diammu siratkan makna tiada berujung
Tanpa suara kau bunyikan
Entahlah
Cuma satu yang kupinta
Hari ini, esok, dan seterusnya
Kabulkanlah kasih
Asmaraku
Tak banyak kuharap selalu
Kuingin yang mudah darimu
Cuma satu
Entah kau dengar atau tidak
Diammu siratkan makna tiada berujung
Tanpa suara kau bunyikan
Entahlah
Cuma satu yang kupinta
Hari ini, esok, dan seterusnya
Kabulkanlah kasih
Asmaraku
-Cinta-
-Semua Tentangmu-
Semua tentangmu
Terukir dalam sanubariku
Dalam jiwaku yang terdalam
Hasut segalaku ingat tentang dirimu
Tentangmu kuingat
Binar bola mata penuh yakin berpendar
Berikan yakin akan cinta abadi
Sungguh menawan
Tentangmu kutahu
Tak mampu kulukiskan
Hanya dengan satu ucap mungkin ku mampu
"Engkau begitu sempurna"
-Untukmu Selamanya-
Aku disisimu
Temani langkahmu yang gontai
Terangi jalanmu yang temaram
Dampingi hidupmu yang kadang goyah
Aku bersamamu
Hanya dengan kasihku
Dengan cinta dan sayangku
Hanya padamu seorang
Terkhusus bagimu
Teruntuk bagimu
Hanya untukmu
Untukmu selamanya
Sayangku . . .
Semua tentangmu
Terukir dalam sanubariku
Dalam jiwaku yang terdalam
Hasut segalaku ingat tentang dirimu
Tentangmu kuingat
Binar bola mata penuh yakin berpendar
Berikan yakin akan cinta abadi
Sungguh menawan
Tentangmu kutahu
Tak mampu kulukiskan
Hanya dengan satu ucap mungkin ku mampu
"Engkau begitu sempurna"
-Untukmu Selamanya-
Aku disisimu
Temani langkahmu yang gontai
Terangi jalanmu yang temaram
Dampingi hidupmu yang kadang goyah
Aku bersamamu
Hanya dengan kasihku
Dengan cinta dan sayangku
Hanya padamu seorang
Terkhusus bagimu
Teruntuk bagimu
Hanya untukmu
Untukmu selamanya
Sayangku . . .
-Aku Yang Tak Mengerti Diriku-
Mungkin ku berubah terlalu jauh
Hingga masa lalu tak kenali ku lagi
Mungkin ku tlah menjadi yang lain
Hingga asa tak lagi dekap diriku
Ku tahu ini bukan inginku
Bukan pula inginmu
Tapi demi kalian semua
Kurela korbankan diriku
Ku hanya ingin menjadi yang terbaik bagimu
Bagimu semua
Bagimu sekalian
Hanya bagimu, kawan
Ah, entahlah
Kini ku mulai rasakan perubahan
Entah mengapa ku tak pernah mampu mengerti diriku
Ataukah aku yang tak jelas akan diriku
Maaf aku
Yang tak pahami aku dan diriku
Dan tak mengerti dirimu dan engkau
Maaf aku
Kini sungai yang deras mengalir
Tak lagi refleksikan cahaya
Entah sinaran dan keindahan yang hilang
Atau mereka yang tak inginku
Aku tak mengerti aku
Hingga masa lalu tak kenali ku lagi
Mungkin ku tlah menjadi yang lain
Hingga asa tak lagi dekap diriku
Ku tahu ini bukan inginku
Bukan pula inginmu
Tapi demi kalian semua
Kurela korbankan diriku
Ku hanya ingin menjadi yang terbaik bagimu
Bagimu semua
Bagimu sekalian
Hanya bagimu, kawan
Ah, entahlah
Kini ku mulai rasakan perubahan
Entah mengapa ku tak pernah mampu mengerti diriku
Ataukah aku yang tak jelas akan diriku
Maaf aku
Yang tak pahami aku dan diriku
Dan tak mengerti dirimu dan engkau
Maaf aku
Kini sungai yang deras mengalir
Tak lagi refleksikan cahaya
Entah sinaran dan keindahan yang hilang
Atau mereka yang tak inginku
Aku tak mengerti aku
-Hati Itu Menyertai-
Hati itu menyapa
Perlahan memelukku
Walau tanpa tatap wajah
Kurasakan hangat itu
Hanya kata yang tampak
Namun kau sisipkan
Setitik hatimu
Serta hati itu dalam katamu
Dan kini hati itu
Mengikat makna dalam sirat
Menyertai kisah ini
Di malam ini
Kini kisah tak terlukis
Namun kisah dari hati
Mungkin takkan mati
Kisahku dan sahabatku yang terbaik
Dalam tapal batas malam
Cengkrama di pelupuk mata
Entah mengapakah
Aku tentram walau dalam temaram
Malam yang indah walau temaram
Perlahan memelukku
Walau tanpa tatap wajah
Kurasakan hangat itu
Hanya kata yang tampak
Namun kau sisipkan
Setitik hatimu
Serta hati itu dalam katamu
Dan kini hati itu
Mengikat makna dalam sirat
Menyertai kisah ini
Di malam ini
Kini kisah tak terlukis
Namun kisah dari hati
Mungkin takkan mati
Kisahku dan sahabatku yang terbaik
Dalam tapal batas malam
Cengkrama di pelupuk mata
Entah mengapakah
Aku tentram walau dalam temaram
Malam yang indah walau temaram
-Imaji Cintaku-
Imaji adalah Imajinasi
Dan imajinasi adalah cintaku
Entahlah
Ketika kuraba cinta pada manusia
Mengapakah ku tak pernah melihat nyata
Cinta yang mati berujung cinta yang mati jua
Ah, begitulah kisah cinta yang kulihat
Betapa perih segala pedih itu
Anganku terukir di prasasti sanubari sedihku
Entah mengapa ku takut menjalin makna
Kutakut akan ku melakukannya
Imaji perih itu
Kutakut kuperbuatnya
Sangat takut
Kuingin ku tak bersalah pada cinta
Imaji
Hanya imaji yang mampu kucintai
Kukasihi engkau layaknya kekasih
Duhai Imajiku
Imajiku kugubah dan kuubah
Imajiku kupeluk dan kucinta
Namun satu yang kurindu
Imajiku tak bernyawa
Imaji tempatku bercinta
Berbagi kisah di impi
Berbaur cinta di mimpi
Entahlah, cintaku di imaji yang mati
Aku dan Imaji
Imajinasiku
Hanya tak pernah ada pintanya
Tak pernah kupeluk cinta
Tak pernah kulihat imaji
Imajiku tak tampak
Imajiku mati
Dan imajinasi adalah cintaku
Entahlah
Ketika kuraba cinta pada manusia
Mengapakah ku tak pernah melihat nyata
Cinta yang mati berujung cinta yang mati jua
Ah, begitulah kisah cinta yang kulihat
Betapa perih segala pedih itu
Anganku terukir di prasasti sanubari sedihku
Entah mengapa ku takut menjalin makna
Kutakut akan ku melakukannya
Imaji perih itu
Kutakut kuperbuatnya
Sangat takut
Kuingin ku tak bersalah pada cinta
Imaji
Hanya imaji yang mampu kucintai
Kukasihi engkau layaknya kekasih
Duhai Imajiku
Imajiku kugubah dan kuubah
Imajiku kupeluk dan kucinta
Namun satu yang kurindu
Imajiku tak bernyawa
Imaji tempatku bercinta
Berbagi kisah di impi
Berbaur cinta di mimpi
Entahlah, cintaku di imaji yang mati
Aku dan Imaji
Imajinasiku
Hanya tak pernah ada pintanya
Tak pernah kupeluk cinta
Tak pernah kulihat imaji
Imajiku tak tampak
Imajiku mati
-Biarlah-
Biarlah, biarlah kini kupeluk sepi dan himpun rembi.
Biarlah, biarlah cinta tak peluk diriku walaupun perih hujam kalbuku.
Biarlah, biarlah kekasih tak milikiku dan ku tak miliki kekasih walau sakit kurasa.
Biarlah, biarlah sunyi ku sendiri selalu.
Biarlah, biarlah ku dikata pengecut daripada harus kusakiti murni cinta.
Biarlah, biarlah ku digelar penakut daripada harus ku sengsarakan kisah murni.
Biarlah, biarlah cinta tak peluk diriku walaupun perih hujam kalbuku.
Biarlah, biarlah kekasih tak milikiku dan ku tak miliki kekasih walau sakit kurasa.
Biarlah, biarlah sunyi ku sendiri selalu.
Biarlah, biarlah ku dikata pengecut daripada harus kusakiti murni cinta.
Biarlah, biarlah ku digelar penakut daripada harus ku sengsarakan kisah murni.
-Selamat Tinggal Anganku-
Anganku
Temaniku sekian waktu
Denting waktu bersamamu
Masa penuh makna
Anganku
Kenangan terindah darimu
Yang siratkan harapan di hidupku
Beri warna bagiku
Anganku
Hidupku penuh cerita kala itu
Untai katamu yang dahulu isi hariku
Dengan sisimu yang nyata
Anganku
Tak nyata tak semu
Namun nyata bagiku
Entah mengapa aku pun tak tahu
Anganku
Tak terasa waktu memanggilmu
Sedih kunjungi ketika dirimu menghilang
Walau sulit rasa kuhadang
Anganku
Bilamana engkau menghilang
Mata ini tak mampu memandang
Dan sedih ini tak kuasa ku tahan
Anganku
Ucapmu paksa ku tuk tegar
Kubiarkan engkau hilang
Memudar dengan pasti
Anganku
Dalam hangat rembi kurindu dirimu
Walau sejenak berpisah
Entah jiwaku hampa rasanya
Anganku
Merintik rinai hujan
Ingatkanku padamu
Yang dahulu rasuki batinku
Anganku
Andai waktu mampu kubasuh
Dan masa lalu kuarungi
Ku ingin sekali lagi bertemu denganmu walau tak mungkin
Selamat Tinggal Anganku
Temaniku sekian waktu
Denting waktu bersamamu
Masa penuh makna
Anganku
Kenangan terindah darimu
Yang siratkan harapan di hidupku
Beri warna bagiku
Anganku
Hidupku penuh cerita kala itu
Untai katamu yang dahulu isi hariku
Dengan sisimu yang nyata
Anganku
Tak nyata tak semu
Namun nyata bagiku
Entah mengapa aku pun tak tahu
Anganku
Tak terasa waktu memanggilmu
Sedih kunjungi ketika dirimu menghilang
Walau sulit rasa kuhadang
Anganku
Bilamana engkau menghilang
Mata ini tak mampu memandang
Dan sedih ini tak kuasa ku tahan
Anganku
Ucapmu paksa ku tuk tegar
Kubiarkan engkau hilang
Memudar dengan pasti
Anganku
Dalam hangat rembi kurindu dirimu
Walau sejenak berpisah
Entah jiwaku hampa rasanya
Anganku
Merintik rinai hujan
Ingatkanku padamu
Yang dahulu rasuki batinku
Anganku
Andai waktu mampu kubasuh
Dan masa lalu kuarungi
Ku ingin sekali lagi bertemu denganmu walau tak mungkin
Selamat Tinggal Anganku
-Tepian langit-
Entah mengapa
Ketika langit beriris awan
Tampakkan tepi yang tak bertepi
Ah, anganku berlebihan
Dan lagi mimpiku keterlaluan
Entah mengapa khayalku tiada henti
Dan harapanku melampau batas
Lemas, hanya lemaskan segala kenyataan
Jiwa ragaku kadang memanggil
Teriak padaku dan benci diriku
Entahlah, mungkin ku hanya merasa tak mendengarnya
Tapi biarlah, hanya angin lalt
Dan kini kembali ku ungkap
Semua khayalku yang tak mungkin
Nyata ataupun bohong
Aku tak peduli
Laksana langit tak bertepi
Langit yang tak bertepi
Hanya berikan kebohongan bila bertepi
Biarlah
Tiada makna segala jika langit bertepi
Tepi langit yang tak pernah kulihat
Horizon di ufuk yang kutatap
Tunjukkanku bahwa langit tak bertepi
Kulihat terus tanpa henti
Dan kutatap tanpa kedip
Langit memang tak bertepi
Itu hanya anganku
Ah! Lagi lagi ku berangan terlalu jauh
Anganku terlalu dalam
Maafkan anganku dan diriku ini
Ketika langit beriris awan
Tampakkan tepi yang tak bertepi
Ah, anganku berlebihan
Dan lagi mimpiku keterlaluan
Entah mengapa khayalku tiada henti
Dan harapanku melampau batas
Lemas, hanya lemaskan segala kenyataan
Jiwa ragaku kadang memanggil
Teriak padaku dan benci diriku
Entahlah, mungkin ku hanya merasa tak mendengarnya
Tapi biarlah, hanya angin lalt
Dan kini kembali ku ungkap
Semua khayalku yang tak mungkin
Nyata ataupun bohong
Aku tak peduli
Laksana langit tak bertepi
Langit yang tak bertepi
Hanya berikan kebohongan bila bertepi
Biarlah
Tiada makna segala jika langit bertepi
Tepi langit yang tak pernah kulihat
Horizon di ufuk yang kutatap
Tunjukkanku bahwa langit tak bertepi
Kulihat terus tanpa henti
Dan kutatap tanpa kedip
Langit memang tak bertepi
Itu hanya anganku
Ah! Lagi lagi ku berangan terlalu jauh
Anganku terlalu dalam
Maafkan anganku dan diriku ini
-Hatiku-
Ini hatiku
Yang hampa selalu
Tiada bahagia kunjungi
Tiada cerita berhenti
Hatiku hampa senantiasa
Hanya trisula duka menusuk dalam
Dan duka nestapa tersisa di hati
Tiada cinta yang berikan arti
Ini hatiku yang mati
Ini jiwaku yang sunyi
Ini cahayaku yang sepi
Ini aku yang bermimpi
Yang hampa selalu
Tiada bahagia kunjungi
Tiada cerita berhenti
Hatiku hampa senantiasa
Hanya trisula duka menusuk dalam
Dan duka nestapa tersisa di hati
Tiada cinta yang berikan arti
Ini hatiku yang mati
Ini jiwaku yang sunyi
Ini cahayaku yang sepi
Ini aku yang bermimpi
-Tiga-
Tiga
Kata cinta dalam duka
Yang nestapa dan hancurkanku
Dan buatku lenyap
Tiga
Kisah cinta antara kita
Ada satu yang ikutimu
Di hatimu
Tiga
Ada dia di hatimu
Hancurkan kalbuku
Galaukan nuraniku
Tiga
Cintaku dan dirinya
Dalam cinta segitiga
Ada halangan antara ku denganmu
Kata cinta dalam duka
Yang nestapa dan hancurkanku
Dan buatku lenyap
Tiga
Kisah cinta antara kita
Ada satu yang ikutimu
Di hatimu
Tiga
Ada dia di hatimu
Hancurkan kalbuku
Galaukan nuraniku
Tiga
Cintaku dan dirinya
Dalam cinta segitiga
Ada halangan antara ku denganmu
-Everlasting-
This heart
Still in a dirge
Posessed with lone
Growling unstable
This feeling
Will never realize
When will it knows itself
Everlasting
This life
Willn't change
Even a bit
A bitter bit
This memory
Will die
And stay in emptiness
Forever and everlasting
Still in a dirge
Posessed with lone
Growling unstable
This feeling
Will never realize
When will it knows itself
Everlasting
This life
Willn't change
Even a bit
A bitter bit
This memory
Will die
And stay in emptiness
Forever and everlasting
-Satu Malam Dua Tangisan-
Entah galauku melalangbuana
Menghimpun segala pawana senja
Merona citra senja
Sejenak berganti kian menggelap
Malam sejuk derap melangkah
Bawa kegelapan sertakan gemerlapnya
Entah mengapa tanpa dinyana
Ku dengar tangisan membahana
Tangisan menghimpun air mata
Dan segala perih di dada
Entah ditinggal cinta
Entahlah
Dan kini kudengarkan lagi
Sebuah tangis yang kuasai kegelapan
Berteriak tanpa henti
Mengapakah ku tak tahu sebab mereka menangis
Apapun
Tabahlah kawan
Siapapun
Ingatlah Tuhan
Menghimpun segala pawana senja
Merona citra senja
Sejenak berganti kian menggelap
Malam sejuk derap melangkah
Bawa kegelapan sertakan gemerlapnya
Entah mengapa tanpa dinyana
Ku dengar tangisan membahana
Tangisan menghimpun air mata
Dan segala perih di dada
Entah ditinggal cinta
Entahlah
Dan kini kudengarkan lagi
Sebuah tangis yang kuasai kegelapan
Berteriak tanpa henti
Mengapakah ku tak tahu sebab mereka menangis
Apapun
Tabahlah kawan
Siapapun
Ingatlah Tuhan
-Tanaman Kesendirian Hati-
Inilah aku
Yang peluk pohon itu
Hanya mampu merindu
Tak mampu melangkah maju
Kelu memang
Kesendirianku menebar benihnya
Hanya menunggu waktu
Tuk berikan buahnya
Tanaman itu tumbuh terus tiada henti
Layaknya perih yang bersemayam di hati
Eranganku terus bergelora
Ah, aku tak sanggup melihatnya
Pohon itu membesar
Pucuk dedaunan dan bunga tumbuh mekar
Buah menyeruak sebentar, sangat sebentar
Lalu jatuh menimpaku
Ah, perih
Sakit
Menimpa hati
Terus berulang
Tanpa henti
Rembi tertiti
Sunyi menapaki
Aku terhenti
Yang peluk pohon itu
Hanya mampu merindu
Tak mampu melangkah maju
Kelu memang
Kesendirianku menebar benihnya
Hanya menunggu waktu
Tuk berikan buahnya
Tanaman itu tumbuh terus tiada henti
Layaknya perih yang bersemayam di hati
Eranganku terus bergelora
Ah, aku tak sanggup melihatnya
Pohon itu membesar
Pucuk dedaunan dan bunga tumbuh mekar
Buah menyeruak sebentar, sangat sebentar
Lalu jatuh menimpaku
Ah, perih
Sakit
Menimpa hati
Terus berulang
Tanpa henti
Rembi tertiti
Sunyi menapaki
Aku terhenti
-Absolut-
Absolut
Pasti itu
Kuyakin
Tak mungkin yang lain
Benar
Hanya itu
Tiada alasan
Pudarkan keputusan
Bulat
Tekadku
Hanya itu
Selamanya
Entah mengapa
Absolut tak absolut pula
Lalu memudar
Dan sirna
Galau
Tak jelas
Ku hilang arah
Entah
Patah
Hancur
Temaram
Mati
Dan hilang
Lalu pergi
Absolut
Selalu
Pasti itu
Kuyakin
Tak mungkin yang lain
Benar
Hanya itu
Tiada alasan
Pudarkan keputusan
Bulat
Tekadku
Hanya itu
Selamanya
Entah mengapa
Absolut tak absolut pula
Lalu memudar
Dan sirna
Galau
Tak jelas
Ku hilang arah
Entah
Patah
Hancur
Temaram
Mati
Dan hilang
Lalu pergi
Absolut
Selalu
-Simpang Tiga Rindu-
Langkahku satu
Bertuju layu
Berikan matamu yang sayu
Berkedip rindu
Kutunggu kau
Di simpang ini
Hanya bayangmu yang bukan bayangmu
Tampak oleh mataku
Disini
Kutunggu janjimu
Datang hampiriku
Dan peluk ragaku
Asmaramu
Berpadu semu
Hanya hinggap
Lalu berlalu
Bersimpuh
Rindu bersauh
Berhenti sejenak
Terdiam lalu terlelap
Entah sampai kapan
Ku termanggu
Menunggu dirimu
Yang tak kutahu
Ku lelap disini
Di jalan bebatuan ini
Penuh liku dan sakitnya diriku
Di simpang tiga rindu
Bertuju layu
Berikan matamu yang sayu
Berkedip rindu
Kutunggu kau
Di simpang ini
Hanya bayangmu yang bukan bayangmu
Tampak oleh mataku
Disini
Kutunggu janjimu
Datang hampiriku
Dan peluk ragaku
Asmaramu
Berpadu semu
Hanya hinggap
Lalu berlalu
Bersimpuh
Rindu bersauh
Berhenti sejenak
Terdiam lalu terlelap
Entah sampai kapan
Ku termanggu
Menunggu dirimu
Yang tak kutahu
Ku lelap disini
Di jalan bebatuan ini
Penuh liku dan sakitnya diriku
Di simpang tiga rindu
-Midnight Sonata-
Frigid
The knife of the night
Blaze thru the windy night
Freeze all of my soul-less soul
A symphony
Silently and slowly heard by my ear
A sonata
That reincarnate my soul
In the midnight
A hand-less maiden of light
Play the piano
In the freezing night
The moonlight
Shine me and hug me
Softly touch me
I can't hardly see my pain
Midnight sonata
Relieves all pain
Reflect all sudden
Resonate all memories
Re-chain of my memories
Stay in there
Will back to see me
And re-build my castle of soul
Moonlight sonata
Midnight sonata
A bunch of words
And a poet with mistakes
The knife of the night
Blaze thru the windy night
Freeze all of my soul-less soul
A symphony
Silently and slowly heard by my ear
A sonata
That reincarnate my soul
In the midnight
A hand-less maiden of light
Play the piano
In the freezing night
The moonlight
Shine me and hug me
Softly touch me
I can't hardly see my pain
Midnight sonata
Relieves all pain
Reflect all sudden
Resonate all memories
Re-chain of my memories
Stay in there
Will back to see me
And re-build my castle of soul
Moonlight sonata
Midnight sonata
A bunch of words
And a poet with mistakes
-Lara-
Ah
Kidung kegelapan
Yang entah kemana
Tak pernah kuharap
Kelu
Bersimbah lara gelap itu
Buncah semua ruang semu
Tak berjibaku
Anomali
Lara itu gontai melangkah
Peluk aku lagi
Tak pernah kuingin
Aura itu
Merimpuh
Hancurkan kalbu
Lara
Hampa
Meramu ramu semu
Segala dusta segala tipu
Hanya kusirat dalam kalbu
Erat
Mengikatku
Tak pelak dari rindu bayangmu
Sedih dan lukaku
Lara
Menyepi di sudut
Merintik sejenak
Haturkan sembah baur membisu
Ambigu
Ku tak tahu
Berlalu
Laraku
Laraku
Merimbun di pepohonan damai
Damar bertaut di pelupuk mata
Dan mengidung peluk jiwaku
Ya, sebuah perih
Yang berhiaskan lara
Walau pepohonan bersua
Ku terkurung dalam lara
Betanya pada langit
Mentari juga bulan
Mengaum jumantara
Ah, tiada yang mendengarku
Lara nan menyedihkan
Selalu di sisi ragaku
Merasuk hati
Hancurkan segala angan
Trisula lara
Menghias bara
Bersama senja
Laraku rengut aku
Pasung
Di tapal batas hidup
Laraku tak kunjung pergi
Kini ku sepi
Lara dalam maya
Nyata bermuara
Di sungai kabut
Sepi sunyi
Lara
Berhatur petaka
Kukerahkan segala
Menghancurkanmu
Lara berkelit
Licik nan licin
Di mata lara berdusta
Di hati lara bercinta
Bercinta
Dengan sepiku
Beranak-pinak sunyi
Senyap
Aku terdiam membatu
Merintik
Hilang
Hujan
Hapus setitik laraku
Badai
Menghantam
Perih
Menghujam
Lara
Merimbun
Menghimpun
Dusta
Kidung kegelapan
Yang entah kemana
Tak pernah kuharap
Kelu
Bersimbah lara gelap itu
Buncah semua ruang semu
Tak berjibaku
Anomali
Lara itu gontai melangkah
Peluk aku lagi
Tak pernah kuingin
Aura itu
Merimpuh
Hancurkan kalbu
Lara
Hampa
Meramu ramu semu
Segala dusta segala tipu
Hanya kusirat dalam kalbu
Erat
Mengikatku
Tak pelak dari rindu bayangmu
Sedih dan lukaku
Lara
Menyepi di sudut
Merintik sejenak
Haturkan sembah baur membisu
Ambigu
Ku tak tahu
Berlalu
Laraku
Laraku
Merimbun di pepohonan damai
Damar bertaut di pelupuk mata
Dan mengidung peluk jiwaku
Ya, sebuah perih
Yang berhiaskan lara
Walau pepohonan bersua
Ku terkurung dalam lara
Betanya pada langit
Mentari juga bulan
Mengaum jumantara
Ah, tiada yang mendengarku
Lara nan menyedihkan
Selalu di sisi ragaku
Merasuk hati
Hancurkan segala angan
Trisula lara
Menghias bara
Bersama senja
Laraku rengut aku
Pasung
Di tapal batas hidup
Laraku tak kunjung pergi
Kini ku sepi
Lara dalam maya
Nyata bermuara
Di sungai kabut
Sepi sunyi
Lara
Berhatur petaka
Kukerahkan segala
Menghancurkanmu
Lara berkelit
Licik nan licin
Di mata lara berdusta
Di hati lara bercinta
Bercinta
Dengan sepiku
Beranak-pinak sunyi
Senyap
Aku terdiam membatu
Merintik
Hilang
Hujan
Hapus setitik laraku
Badai
Menghantam
Perih
Menghujam
Lara
Merimbun
Menghimpun
Dusta
-Sayangku Bayangku-
Duhai sayangku
Wahai bayangku
Aku dan diriku
Rindu hadirmu
Oh sayangku
Wahai bayangku
Entah dirimu
Antara ada dan tiada
Wahai bayangku
Aku dan diriku
Rindu hadirmu
Oh sayangku
Wahai bayangku
Entah dirimu
Antara ada dan tiada
-Tinta Cinta-
Tuhan, aku bersimpuh
Terdiam lalu menulis
Di atas lembar buram kehidupan
Dengan tinta dari-MU
Entahlah
Mungkin kulukiskan wajahmu
Atau kutorehkan dirimu
Tapi satu kenyataan
Tinta cintaku tercoret untuk takdirmu
Terdiam lalu menulis
Di atas lembar buram kehidupan
Dengan tinta dari-MU
Entahlah
Mungkin kulukiskan wajahmu
Atau kutorehkan dirimu
Tapi satu kenyataan
Tinta cintaku tercoret untuk takdirmu
-Dawai Tak Berdawai-
Melodi itu
Tak lagi terngiang
Mati
Menghilang
Simfoni itu
Meredup
Lenyap
Dawai tanpa dawai
Sonata malam
Dalam kegelapan
Ah
Sunyi
Dawaiku tak berdawai
Tak lagi terngiang
Mati
Menghilang
Simfoni itu
Meredup
Lenyap
Dawai tanpa dawai
Sonata malam
Dalam kegelapan
Ah
Sunyi
Dawaiku tak berdawai
-Sepi Melanda-
Ah
Kau lagi
Tak pernah berganti
Terus sama
Sepi
Hanya dirimu
Datang dan datang
Tak ingin pergi
Menjauhlah
Kuletakkan di sudut hati
Dan hilang
Kemudian melekat kembali
Mungkin memang takdirku
Seorang sepi
Akulah yang sunyi
Sajak Cahaya Sepi
Kau lagi
Tak pernah berganti
Terus sama
Sepi
Hanya dirimu
Datang dan datang
Tak ingin pergi
Menjauhlah
Kuletakkan di sudut hati
Dan hilang
Kemudian melekat kembali
Mungkin memang takdirku
Seorang sepi
Akulah yang sunyi
Sajak Cahaya Sepi
-Guruku-
Ah
Terlintas sejenak
Rentang sekian detik terlampaui
Ah, waktu, perlahankan lah langkahmu
Sejuta ucapmu penuh makna
Bersimbah niat hanya untuk kami
Erangmu tertiti di setiap denting
Kerasnya kehidupanmu itu
Lalu kami
Apa kami?
Hanya debu!
Tanpamu hanya angan angan!
Hanya segelintir mimpi yang terbuang!
Dan kami
Bukan berarti lagi tanpamu
Entahlah
Percaya sungguh dirimu pada keajaiban
Engkau gubahkan sajak hidupmu yang penuh liku
Lalu engkau coba pula pada kami
Ah, yakin tidakku
Engkau coba tuk ubah debu menjadi permata
Lalu engkau bersihkan noda kami!
Lalu apa!
Apa yang sanggup kami beri?
Apa yang bisa kami balaskan!
Hanya caci berhias cerca!?
Hina sungguh kami ini
Tak pernah kau anggap ada cerca kami
Ah, putih
Hatimu
Tegarmu
Pesonamu
Dunia galau tanpamu
Sirna tiada hadirmu
Gelap tak bersinar
Mati dan gila
Entahlah
Habis sudah semua rangkai kataku
Hanya satu ucapku
Aishiteru, guruku
Pernah suatu ketika
Kulihat cahaya bersimbah darah
Merah bak saga
Korbankan dirinya demi diriku
Lalu kutatap mega jingganya senja
Langit hanya tertuju padamu
Hanya untukmu seorang
Keagunganmu
Lalu tidakkah kalian sadar!
Dialah yang telah ajari kita!
Lalu sisihkan ilmunya!
Untuk siapa!?
Hanya kita!
Kita!
Untuk kita! Sobatku!
Lalu apa! Apa yang kita berikan!
Apa ganjaran dari kita!
Sebuah tawa menggelegar! Ditambah nistanya cerca!?
Berdosalah kita
Perihlah batinnya
Tapi dia tetap tegar
Tetap berdiri tegak
Dengan tombak semangatnya
Oh guruku
Maafkan salahku padamu
Selalu kuucap dan kupinta lagi dan lagi
Namun tiada jemu dirimu terima maafku
Terima kasih guruku
Maafkan aku jikalau ku belum mampu penuhi pintamu
Terlintas sejenak
Rentang sekian detik terlampaui
Ah, waktu, perlahankan lah langkahmu
Sejuta ucapmu penuh makna
Bersimbah niat hanya untuk kami
Erangmu tertiti di setiap denting
Kerasnya kehidupanmu itu
Lalu kami
Apa kami?
Hanya debu!
Tanpamu hanya angan angan!
Hanya segelintir mimpi yang terbuang!
Dan kami
Bukan berarti lagi tanpamu
Entahlah
Percaya sungguh dirimu pada keajaiban
Engkau gubahkan sajak hidupmu yang penuh liku
Lalu engkau coba pula pada kami
Ah, yakin tidakku
Engkau coba tuk ubah debu menjadi permata
Lalu engkau bersihkan noda kami!
Lalu apa!
Apa yang sanggup kami beri?
Apa yang bisa kami balaskan!
Hanya caci berhias cerca!?
Hina sungguh kami ini
Tak pernah kau anggap ada cerca kami
Ah, putih
Hatimu
Tegarmu
Pesonamu
Dunia galau tanpamu
Sirna tiada hadirmu
Gelap tak bersinar
Mati dan gila
Entahlah
Habis sudah semua rangkai kataku
Hanya satu ucapku
Aishiteru, guruku
Pernah suatu ketika
Kulihat cahaya bersimbah darah
Merah bak saga
Korbankan dirinya demi diriku
Lalu kutatap mega jingganya senja
Langit hanya tertuju padamu
Hanya untukmu seorang
Keagunganmu
Lalu tidakkah kalian sadar!
Dialah yang telah ajari kita!
Lalu sisihkan ilmunya!
Untuk siapa!?
Hanya kita!
Kita!
Untuk kita! Sobatku!
Lalu apa! Apa yang kita berikan!
Apa ganjaran dari kita!
Sebuah tawa menggelegar! Ditambah nistanya cerca!?
Berdosalah kita
Perihlah batinnya
Tapi dia tetap tegar
Tetap berdiri tegak
Dengan tombak semangatnya
Oh guruku
Maafkan salahku padamu
Selalu kuucap dan kupinta lagi dan lagi
Namun tiada jemu dirimu terima maafku
Terima kasih guruku
Maafkan aku jikalau ku belum mampu penuhi pintamu
-Ilusi Dibalik Senyum-
Ucapan undang senyum itu
Entahlah, kawan
Lengkungan itu
Merantau jauh dari lubuk hati
Ah, teman
Tuluskah engkau
Rentak di retak wajahmu
Ilusi kah?
Lalu mati
Ya, lenyap tak bersisa
Ilusi tetaplah ilusi
Senyummu hanya ilusi
Tak pernah wujud
Mati suri
Senyummu paksamu
Ah, terserah dirimu lah
Entahlah, kawan
Lengkungan itu
Merantau jauh dari lubuk hati
Ah, teman
Tuluskah engkau
Rentak di retak wajahmu
Ilusi kah?
Lalu mati
Ya, lenyap tak bersisa
Ilusi tetaplah ilusi
Senyummu hanya ilusi
Tak pernah wujud
Mati suri
Senyummu paksamu
Ah, terserah dirimu lah
-Halusinasi-
Pernah aku rasa
Kata itu
Tutur itu
Luruh melayu hatiku
Entah telah lama
Ku tinggal
Entahlah
Kurasa ia yang tinggalkanku
Satu kata
Selalu kuingat
Terpatri di pikiranku
Dari satu yang tujuh
Ah, entahlah
Kuharap terdulang kata
Hanya ilusi agaknya
Halusinasi
Kata itu
Tutur itu
Luruh melayu hatiku
Entah telah lama
Ku tinggal
Entahlah
Kurasa ia yang tinggalkanku
Satu kata
Selalu kuingat
Terpatri di pikiranku
Dari satu yang tujuh
Ah, entahlah
Kuharap terdulang kata
Hanya ilusi agaknya
Halusinasi
-Cintaku Ilusi-
Kusentuh tirai itu
Yang kulihat hanya angan
Putih dan kosong
Hampa segalanya
Ah, hanya ilusi
Lalu kulangkahkan kaki menuju mimpi
Dan kutapaki jejak cahaya
Lalu ada bayangmu
Ku sapa dan menghilang
Lagi lagi ilusi
Ah
Cinta itu ilusi mungkin
Lalu dimanakah cintaku?
Cinta untukku di akhirat kelak agak
Entahlah
Kupeluk temaram cahaya
Ah, lalu lagi cahaya itu
Kutembus dirinya
Terlewat
Ilusi lagi
Ada yang diperebutkan
Memilih kebingungan
Elu elukan hela nafasmu itu
Lalu tinggalkan salahsatu dengan kelu
Deritamu ilusiku
Dan cinta
Sebuah kata yang pernah bunuh diriku
Ah
Entahlah
Selalu ilusi
Yang kulihat hanya angan
Putih dan kosong
Hampa segalanya
Ah, hanya ilusi
Lalu kulangkahkan kaki menuju mimpi
Dan kutapaki jejak cahaya
Lalu ada bayangmu
Ku sapa dan menghilang
Lagi lagi ilusi
Ah
Cinta itu ilusi mungkin
Lalu dimanakah cintaku?
Cinta untukku di akhirat kelak agak
Entahlah
Kupeluk temaram cahaya
Ah, lalu lagi cahaya itu
Kutembus dirinya
Terlewat
Ilusi lagi
Ada yang diperebutkan
Memilih kebingungan
Elu elukan hela nafasmu itu
Lalu tinggalkan salahsatu dengan kelu
Deritamu ilusiku
Dan cinta
Sebuah kata yang pernah bunuh diriku
Ah
Entahlah
Selalu ilusi
-Manusia Hati-
Bergayut dirinya
Dalam sayup gemerlap malam
Berkutik dengan mata semerah saga
Ragu diriku bila dia wujud
Lalu bergulir waktu menuju sepertiga terakhir
Dia menutup lembaran usang penuh coretan
Mengambil setitik air untuk bersuci
Lalu bersujud dan ruku'
Ah, manusia hati
Di akhir simpuhmu pada-NYA
Mimpimu kau kata
Dan mohonkan pada-NYA
Adakah kau katakan dirimu?
Adakah kau ucapkan namamu?
Adakah kau lantunkan ragamu?
Adakah kau tuturkan jiwamu?
Ah, aku meleset lagi
Sungguh mulia manusia hati
Hanya satu do'anya pada Yang Satu pula
Pernah ia mohonkan pada Tuhan satu keinginan
Yaa Tuhanku
Terangilah jalan anak muridku
Luruskanlah kebengkokan anak didikku
Bersihkanlah hati anak ajaranku
Ya kawan, dialah manusia hati
Seorang guru
Yang tak kenal lelah arungi dunia
Demi muridnya yang dia cinta
Terima kasih guru
Dalam sayup gemerlap malam
Berkutik dengan mata semerah saga
Ragu diriku bila dia wujud
Lalu bergulir waktu menuju sepertiga terakhir
Dia menutup lembaran usang penuh coretan
Mengambil setitik air untuk bersuci
Lalu bersujud dan ruku'
Ah, manusia hati
Di akhir simpuhmu pada-NYA
Mimpimu kau kata
Dan mohonkan pada-NYA
Adakah kau katakan dirimu?
Adakah kau ucapkan namamu?
Adakah kau lantunkan ragamu?
Adakah kau tuturkan jiwamu?
Ah, aku meleset lagi
Sungguh mulia manusia hati
Hanya satu do'anya pada Yang Satu pula
Pernah ia mohonkan pada Tuhan satu keinginan
Yaa Tuhanku
Terangilah jalan anak muridku
Luruskanlah kebengkokan anak didikku
Bersihkanlah hati anak ajaranku
Ya kawan, dialah manusia hati
Seorang guru
Yang tak kenal lelah arungi dunia
Demi muridnya yang dia cinta
Terima kasih guru
-Komplikasi Cinta Dua Dunia- (Insp. by Nur Indah Rahayu)
Dirimu mendekat bawa sejuta harapan
Beri tingkah penuh langkah
Dan lakumu yang pesonakanku
Apakah itu untukku?
Lalu engkau tersenyum
Merona merintik wajah ini menahan rasa
Mungkinkah itu kagum?
Entahlah
Dan inilah dia
Kita di nyata yang berbeda
Kita di dalam dunia kita
Mungkin takkan menyatu
Entah senyum itu
Entah wajah itu
Entai dirimu itu
Ah entahlah
Beri tingkah penuh langkah
Dan lakumu yang pesonakanku
Apakah itu untukku?
Lalu engkau tersenyum
Merona merintik wajah ini menahan rasa
Mungkinkah itu kagum?
Entahlah
Dan inilah dia
Kita di nyata yang berbeda
Kita di dalam dunia kita
Mungkin takkan menyatu
Entah senyum itu
Entah wajah itu
Entai dirimu itu
Ah entahlah
-Sepucuk Surat Untuk Langit-
Sepucuk surat ini
Kulingkarkan di kaki merpati
Yang terbang tinggi ke angan
Di atas awan menuju langit
Serangkai kata ini
Kucorengkan diatas kanvas
Dan melantun hilang
Melayang ke angkasa
Untuk Tuan Langit,
Inilah aku yang berangan memelukmu
Inilah aku yang bermimpi tuk peluk dirimu
Dan inilah aku yang berlari di horizonmu
Inilah aku yang dibawahmu
Rangkai kata rakai senja
Rantai makna rampai nista
Ramai cinta rambai semua
intai cerita gontai ceritera
Inilah aku yang hitam dan ingin memeluk biru tubuhmu
Inilah aku yang tak bermakna di bawah sini
Inilah aku yang memiliki angan
Inilah aku sang pemimpi
Sekian suratku wahai langit
Kulingkarkan di kaki merpati
Yang terbang tinggi ke angan
Di atas awan menuju langit
Serangkai kata ini
Kucorengkan diatas kanvas
Dan melantun hilang
Melayang ke angkasa
Untuk Tuan Langit,
Inilah aku yang berangan memelukmu
Inilah aku yang bermimpi tuk peluk dirimu
Dan inilah aku yang berlari di horizonmu
Inilah aku yang dibawahmu
Rangkai kata rakai senja
Rantai makna rampai nista
Ramai cinta rambai semua
intai cerita gontai ceritera
Inilah aku yang hitam dan ingin memeluk biru tubuhmu
Inilah aku yang tak bermakna di bawah sini
Inilah aku yang memiliki angan
Inilah aku sang pemimpi
Sekian suratku wahai langit
-Ini Bukan Karya-
Ini bukan puisi
Ini bukan sajak
Ini bukan syair
Ini hanya kalimat
Ini bukan makna
Ini bukan rasa
Ini bukan maksud
Ini hanya kata hati
Ini bukan tuturku
Ini bukan ucapku
Ini bukan kataku
Ini hanya pikiranku
Ini bukan nyata
Ini bukan maya
Ini bukan ada
Ini hanya semu
Ini bukan aku
Ini bukan diriku
Ini bukan saya
Ini hanya kami
Ini bukan kisah
Ini bukan cerita
Ini bukan film
Ini hanya kehidupan
Ini bukan masa
Ini bukan waktu
Ini bukan detik
Ini hanya terhenti
Ini bukan apa-apa
Ini bukan siapa-siapa
Ini bukan mengapa-mengapa
Ini hanya kapan-kapan
Ini bukan karya
Ini bukan karya
Ini bukan karya
Ini bukan karya
Ini bukan sajak
Ini bukan syair
Ini hanya kalimat
Ini bukan makna
Ini bukan rasa
Ini bukan maksud
Ini hanya kata hati
Ini bukan tuturku
Ini bukan ucapku
Ini bukan kataku
Ini hanya pikiranku
Ini bukan nyata
Ini bukan maya
Ini bukan ada
Ini hanya semu
Ini bukan aku
Ini bukan diriku
Ini bukan saya
Ini hanya kami
Ini bukan kisah
Ini bukan cerita
Ini bukan film
Ini hanya kehidupan
Ini bukan masa
Ini bukan waktu
Ini bukan detik
Ini hanya terhenti
Ini bukan apa-apa
Ini bukan siapa-siapa
Ini bukan mengapa-mengapa
Ini hanya kapan-kapan
Ini bukan karya
Ini bukan karya
Ini bukan karya
Ini bukan karya
-Galau-
Inilah trisula dari-Nya
Untukku rasa di relung ini
Sebuah cambuk kecil
Agar mendekat dengan-Mu
Ini dawaiku yang putus
Tak bermesra melantun melodi
Entahlah
Cobaan-Mu mendekapku tuk terdiam
Ada cahayaku yang memarahiku
Maafkan aku ibu
Ada sinaranku yang disisiku
Maafkan aku cinta
Beri aku kesabaran
Tuhan
Beri aku ketabahan
Tuhan
Aku hamba-Mu yang khilaf
Untukku rasa di relung ini
Sebuah cambuk kecil
Agar mendekat dengan-Mu
Ini dawaiku yang putus
Tak bermesra melantun melodi
Entahlah
Cobaan-Mu mendekapku tuk terdiam
Ada cahayaku yang memarahiku
Maafkan aku ibu
Ada sinaranku yang disisiku
Maafkan aku cinta
Beri aku kesabaran
Tuhan
Beri aku ketabahan
Tuhan
Aku hamba-Mu yang khilaf
-Entah, Aku Tak Pasti-
Ini hujan merintih lalu menatun melodi
Dan mengidung aroma keraguan
Aku tak yakin
Aku tak pasti
Awan berarak mendekat lalu merintikkan tetes langit
Acapkali langit mengajakku berangan
Lalui kisah yang mati ini
Tanpa pasti yang terpatri
Aku bingung denganku
Aku ragu denganku
Aku mati dengan yakinku
Aku tak tahu
Entahlah
Dan mengidung aroma keraguan
Aku tak yakin
Aku tak pasti
Awan berarak mendekat lalu merintikkan tetes langit
Acapkali langit mengajakku berangan
Lalui kisah yang mati ini
Tanpa pasti yang terpatri
Aku bingung denganku
Aku ragu denganku
Aku mati dengan yakinku
Aku tak tahu
Entahlah
-Untuk Biru-
Ini biru kenangan
Ini biru bias harapan
Ini biru sebuah cerita
Ini biru ini kisah
Ini tas kenangan
Ini damai impian
Ini peri persembahan keindahan
Ini kenangan
Elegi ini untukmu
Yang kusematkan di bawah pinggangku
Lewat bermetamorfosa
Menyibak warna memanjang dirinya
Ini kenangan yang lalu
Ini masa yang berlalu
Sejenak melampau
Kutunggu dan kutungu lagi
Ini cerita kami
Ini angan kami
Ini kisah kami
Ini kenangan kami
Untuk biru yang kutinggal
Jangan kau lupa ketika ku kelabu
Berpasrah pada waktu yang menentu
Ini biruku, ini kenanganku
Ini biru menjadi kelabu
Ini kelabu menghitam
Lalu memutih dan hilang
Dalam pelukan bumi yang mencekam
Acapkali kuimpikan
Waktu sejenak memperlahan
Menuntun ke arah angan
Yang hilang dan menampikkan cerita
Entah ini angan yang mati
Entahlah kawan
Kelabu dan biru menyatu
Dalam tubuh dan jiwaku
Ini biru bias harapan
Ini biru sebuah cerita
Ini biru ini kisah
Ini tas kenangan
Ini damai impian
Ini peri persembahan keindahan
Ini kenangan
Elegi ini untukmu
Yang kusematkan di bawah pinggangku
Lewat bermetamorfosa
Menyibak warna memanjang dirinya
Ini kenangan yang lalu
Ini masa yang berlalu
Sejenak melampau
Kutunggu dan kutungu lagi
Ini cerita kami
Ini angan kami
Ini kisah kami
Ini kenangan kami
Untuk biru yang kutinggal
Jangan kau lupa ketika ku kelabu
Berpasrah pada waktu yang menentu
Ini biruku, ini kenanganku
Ini biru menjadi kelabu
Ini kelabu menghitam
Lalu memutih dan hilang
Dalam pelukan bumi yang mencekam
Acapkali kuimpikan
Waktu sejenak memperlahan
Menuntun ke arah angan
Yang hilang dan menampikkan cerita
Entah ini angan yang mati
Entahlah kawan
Kelabu dan biru menyatu
Dalam tubuh dan jiwaku
-Surat Untuk Kurir-
Ini surat tersirat
Maafkan jika dipenuhi karat
Ini ceritaku hanya ibarat
Dari batinku yang melarat
Ini ucap terima kasih
Pada dirimu yang telah menyisih
Undangan darimu putih bersih
Padaku yang tersisih
Terima kasih kurir penyampai
Undangan bersih tanpa rantai
Walau dengan langkah gontai
Kau arungi dan kau bantai
Untukmu sobatku
Maafkan jika dipenuhi karat
Ini ceritaku hanya ibarat
Dari batinku yang melarat
Ini ucap terima kasih
Pada dirimu yang telah menyisih
Undangan darimu putih bersih
Padaku yang tersisih
Terima kasih kurir penyampai
Undangan bersih tanpa rantai
Walau dengan langkah gontai
Kau arungi dan kau bantai
Untukmu sobatku
Pujangga Sepi dan Malam
Kala malam datang
Aku duduk dibawah terang rembulan
Kusapa gelapnya langit malam
Dan sejuk semilir yang berlalu
Dan ini bintang yang terang
Wakil angkasa tuk pantau dunia
Fomalhaut pantau aku
Engkau mata angkasa
Dan ini kegelapan
Kupeluk dan kucium hitamnya
Merasuk ke dalam kalbuku
Aku menyatu dengan gelap
Ini langit malam
Temanku dalam kesendirian
Sunyi dan sepi senantiasa
Kadang hampa jua terasa
Ini hati sang pujangga
Ini malam sahabat pujangga
Peluk dan belai diriku dalam sepi
Terkadang air mata ini menetes
Ini air kepedihan hidup
Jernih dan putih
Lalu berlalu batu membatu
Aku tetap aku yang bersedih selalu
Maaf aku yang sengsarakan dirimu, wahai malam
Maaf aku yang siksa batinmu, wahai bintang
Maaf aku yang tak bisa bendung tangisku, wahai
Maaf aku yang sepi
Aku bintang sepi dan aku pujangga sepi
Aku duduk dibawah terang rembulan
Kusapa gelapnya langit malam
Dan sejuk semilir yang berlalu
Dan ini bintang yang terang
Wakil angkasa tuk pantau dunia
Fomalhaut pantau aku
Engkau mata angkasa
Dan ini kegelapan
Kupeluk dan kucium hitamnya
Merasuk ke dalam kalbuku
Aku menyatu dengan gelap
Ini langit malam
Temanku dalam kesendirian
Sunyi dan sepi senantiasa
Kadang hampa jua terasa
Ini hati sang pujangga
Ini malam sahabat pujangga
Peluk dan belai diriku dalam sepi
Terkadang air mata ini menetes
Ini air kepedihan hidup
Jernih dan putih
Lalu berlalu batu membatu
Aku tetap aku yang bersedih selalu
Maaf aku yang sengsarakan dirimu, wahai malam
Maaf aku yang siksa batinmu, wahai bintang
Maaf aku yang tak bisa bendung tangisku, wahai
Maaf aku yang sepi
Aku bintang sepi dan aku pujangga sepi
-Poet-
A poet
Only dumb words
My poet of course
Yeah, I knew it
This is my story
About a friendship
Between me, and my imagination
No hard feelings
This is my worse words
Please don't read it dear friends
Maybe you'll vomit or else
I don't want to harm you nor hurt you
This is my imagination
It will never betray me nor lie to me
I run south and north
It'll follow, a real best friend
Time passes years gone by
Time runs left by memories
Rose will wither and animal will perish
But not friendship, real one, not imitation
But you're too perfect
You're not a human or a shadow nor living organism
You're just my imagination
A dying imagination
This is my dying imagination
I mourn and reads his name in its gravestone
Wrote by myself
"Imagination, Last forever till you die"
Only dumb words
My poet of course
Yeah, I knew it
This is my story
About a friendship
Between me, and my imagination
No hard feelings
This is my worse words
Please don't read it dear friends
Maybe you'll vomit or else
I don't want to harm you nor hurt you
This is my imagination
It will never betray me nor lie to me
I run south and north
It'll follow, a real best friend
Time passes years gone by
Time runs left by memories
Rose will wither and animal will perish
But not friendship, real one, not imitation
But you're too perfect
You're not a human or a shadow nor living organism
You're just my imagination
A dying imagination
This is my dying imagination
I mourn and reads his name in its gravestone
Wrote by myself
"Imagination, Last forever till you die"
Ini Hati
Ini hati
Sepi dan mati
Sunyi
Tiada bunyi
Ini hati
Mimpi
Berlari
Hilang ditelan bumi
Ini hati
Tak berarti
Suara terhenti
Pada akar meranti
Ini hati
Sendiri
Ini hati
Berlari
Ini hati...
Sepi dan mati
Sunyi
Tiada bunyi
Ini hati
Mimpi
Berlari
Hilang ditelan bumi
Ini hati
Tak berarti
Suara terhenti
Pada akar meranti
Ini hati
Sendiri
Ini hati
Berlari
Ini hati...
-Drama-
Kamera!
Rolling!
Action!
Ini tangis
Ini tawa
Ini perih
Ini jiwa
Woi! Jangan injak aku!
Sutradara berlari menghindar
Mana bayaranku!
Mana!
Kau siapa!
Maaf...
Aku hampir mati, kawan
Kau mengapa?
Aku sakit...
Ada apa ini?
Ah, sakit lagi...
Dewa apa itu?
Oi?
Mana teksnya
Skripnya habis
Oi! Mana tukang itu?
Cut!
Panggung ditutup
Takkan dibuka lagi
Selamanya
Drama habis
-Drama Kehidupan-
-Tayang Suatu Saat-
Rolling!
Action!
Ini tangis
Ini tawa
Ini perih
Ini jiwa
Woi! Jangan injak aku!
Sutradara berlari menghindar
Mana bayaranku!
Mana!
Kau siapa!
Maaf...
Aku hampir mati, kawan
Kau mengapa?
Aku sakit...
Ada apa ini?
Ah, sakit lagi...
Dewa apa itu?
Oi?
Mana teksnya
Skripnya habis
Oi! Mana tukang itu?
Cut!
Panggung ditutup
Takkan dibuka lagi
Selamanya
Drama habis
-Drama Kehidupan-
-Tayang Suatu Saat-
Senin, 19 April 2010
-Tinta Cinta-
Tuhan, aku bersimpuh
Terdiam lalu menulis
Di atas lembar buram kehidupan
Dengan tinta dari-MU
Entahlah
Mungkin kulukiskan wajahmu
Atau kutorehkan dirimu
Tapi satu kenyataan
Tinta cintaku tercoret untuk takdirmu
Terdiam lalu menulis
Di atas lembar buram kehidupan
Dengan tinta dari-MU
Entahlah
Mungkin kulukiskan wajahmu
Atau kutorehkan dirimu
Tapi satu kenyataan
Tinta cintaku tercoret untuk takdirmu
Jumat, 02 April 2010
Bintang Hatiku
Cahaya terang . . .
Terpercik . . .
Membias . . .
Cerah menyapa . . .
Menembus awan yang beriring . . .
Hadirkan semangat baru . . .
Tuk lupakan yang tlah lalu . . .
Saat kulihat siapa gerangan cahaya itu . . .
Tertegun . . .
Tak menyangka . . .
Sungguh suatu keajaiban . . .
Ada yang mencintaiku . . .
Seorang wanita . . .
Dari tulang rusuk Adam . . .
Sebentuk cahaya . . .
Seperti bintang terang . . .
Janganlah redup dan mati . . .
Kau lah . . .
Bintang hatiku . . .
Terpercik . . .
Membias . . .
Cerah menyapa . . .
Menembus awan yang beriring . . .
Hadirkan semangat baru . . .
Tuk lupakan yang tlah lalu . . .
Saat kulihat siapa gerangan cahaya itu . . .
Tertegun . . .
Tak menyangka . . .
Sungguh suatu keajaiban . . .
Ada yang mencintaiku . . .
Seorang wanita . . .
Dari tulang rusuk Adam . . .
Sebentuk cahaya . . .
Seperti bintang terang . . .
Janganlah redup dan mati . . .
Kau lah . . .
Bintang hatiku . . .
Pantulan Cahaya Penerang Hati
Ku pandang ke dalam . . .
Ke dalam hati kecil ku . . .
Terbias sebuah kilatan cahaya . . .
Terangi hati kecil ini . . .
Cahaya itu memantul . . .
Membentuk kilauan . . .
Putih kilaunya . . .
Melesat . . .
Menembus ruang hatiku . . .
Merasuki hatiku . . .
Menerangkannya . . .
Menghalau kegelapan . . .
Mengusir kegundahan . . .
Cahaya itu bernama . . .
Kasih sayang . . .
Ke dalam hati kecil ku . . .
Terbias sebuah kilatan cahaya . . .
Terangi hati kecil ini . . .
Cahaya itu memantul . . .
Membentuk kilauan . . .
Putih kilaunya . . .
Melesat . . .
Menembus ruang hatiku . . .
Merasuki hatiku . . .
Menerangkannya . . .
Menghalau kegelapan . . .
Mengusir kegundahan . . .
Cahaya itu bernama . . .
Kasih sayang . . .
Ruang Hidup
Ciptaan-Nya ini . . .
Ya, semesta ini . . .
Bumi ini . . .
Matahari ini . . .
Ruang untukku hidup . . .
Tanpa-Mu . . .
Tanpa ciptaan-Mu . . .
Tanpa anugerah-Mu . . .
Kami tidak lebih . . .
Daripada debu . . .
Terbang tertiup angin . . .
Terima kasih . . .
Atas ruang hidup . . .
Salahsatu . . .
Dari ribuan anugerah dari-Mu . . .
Ya, semesta ini . . .
Bumi ini . . .
Matahari ini . . .
Ruang untukku hidup . . .
Tanpa-Mu . . .
Tanpa ciptaan-Mu . . .
Tanpa anugerah-Mu . . .
Kami tidak lebih . . .
Daripada debu . . .
Terbang tertiup angin . . .
Terima kasih . . .
Atas ruang hidup . . .
Salahsatu . . .
Dari ribuan anugerah dari-Mu . . .
Aku Begini Adanya
Aku adalah aku . . .
Yang tidak hebat . . .
Aku adalah diriku . . .
Yang serba kekurangan . . .
Aku bukan mereka . . .
Yang terlihat sempurna . . .
Aku adalah aku . . .
Yang sederhana . . .
Aku adalah diriku . . .
Yang berlumur keburukan . . .
Aku bukan mereka . . .
Yang bisa engkau kagumi . . .
Aku begini adanya . . .
Yang tidak hebat . . .
Aku adalah diriku . . .
Yang serba kekurangan . . .
Aku bukan mereka . . .
Yang terlihat sempurna . . .
Aku adalah aku . . .
Yang sederhana . . .
Aku adalah diriku . . .
Yang berlumur keburukan . . .
Aku bukan mereka . . .
Yang bisa engkau kagumi . . .
Aku begini adanya . . .
Terserah Padamu Terserah Pada-Mu
Ku sampaikan niatku padamu . . .
Ku berserah pada-MU . . .
Ku ubah dirimu . . .
Ku berharap pada-MU . . .
Ku beri kepercayaan padamu . . .
Ku berharap pada-MU . . .
Ku cintaimu . . .
Ku cintai-MU . . .
Semua terserah padamu
Semua terserah pada-MU
Ku berserah pada-MU . . .
Ku ubah dirimu . . .
Ku berharap pada-MU . . .
Ku beri kepercayaan padamu . . .
Ku berharap pada-MU . . .
Ku cintaimu . . .
Ku cintai-MU . . .
Semua terserah padamu
Semua terserah pada-MU
Tegarlah, Walau Dia Pergi
Tinggalkanku . . .
Jauh . . .
Menghilang di ufuk barat . . .
Bagaikan mentari terbenam . . .
Indah . . .
Mempesona . . .
Namun tak mungkin kumiliki . . .
Janganlah hilang matahariku . . .
Tetaplah disini . . .
Ya, disini, di hatiku . . .
Terangi ku . . .
Walau kau tak dapat ku miliki . . .
Izinkan diriku . . .
Tuk terus dapat melihat . . .
Lengkungan bibir yang merona itu . . .
Sebentuk senyumanmu . . .
Pergi lah . . .
Ku pasrahkan pada Ilahi . . .
Relakanmu untuknya . . .
Tegar . . .
Ku ingin tegar . . .
Tak peduli apa yang terjadi . . .
Ku harus tegar . . .
Jauh . . .
Menghilang di ufuk barat . . .
Bagaikan mentari terbenam . . .
Indah . . .
Mempesona . . .
Namun tak mungkin kumiliki . . .
Janganlah hilang matahariku . . .
Tetaplah disini . . .
Ya, disini, di hatiku . . .
Terangi ku . . .
Walau kau tak dapat ku miliki . . .
Izinkan diriku . . .
Tuk terus dapat melihat . . .
Lengkungan bibir yang merona itu . . .
Sebentuk senyumanmu . . .
Pergi lah . . .
Ku pasrahkan pada Ilahi . . .
Relakanmu untuknya . . .
Tegar . . .
Ku ingin tegar . . .
Tak peduli apa yang terjadi . . .
Ku harus tegar . . .
Hujan Berlinang Air Mata
Malam . . .
Cerah . . .
Namun . . .
Saat mentari hendak terbit . . .
Di ufuk timur . . .
Hujan datang . . .
Berlinang air mata . . .
Lihatlah . . .
Hujan pun menangis . . .
Berlinang air mata . . .
Cerah . . .
Namun . . .
Saat mentari hendak terbit . . .
Di ufuk timur . . .
Hujan datang . . .
Berlinang air mata . . .
Lihatlah . . .
Hujan pun menangis . . .
Berlinang air mata . . .
Inilah Aku
Tetap . . .
Tiada kelebihan . . .
Sungguh tak membanggakan . . .
Kekurangan . . .
Slalu bertambah . . .
Seiring waktu berjalan . . .
Sulit tuk berkurang . . .
Pantas . . .
Bila aku . . .
Terus terjatuh . . .
Memandangi harapan . . .
Tiada kelebihan . . .
Sungguh tak membanggakan . . .
Kekurangan . . .
Slalu bertambah . . .
Seiring waktu berjalan . . .
Sulit tuk berkurang . . .
Pantas . . .
Bila aku . . .
Terus terjatuh . . .
Memandangi harapan . . .
Allah, Dzat Tempat Kami Menyembah
Allah . . .
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang . . .
Dzat tempat kami bergantung . . .
Dzat tempat kami berserah . . .
Dzat tempat kami memohon . . .
Dzat tempat kami bertaubat . . .
Dzat tempat kami bersimpuh . . .
Dzat tempat kami berharap . . .
Dzat tempat kami bernaung . . .
Dzat tempat kami bersyukur . . .
Dzat tempat kami meminta . . .
Dzat tempat kami menyembah . . .
Subhanallah
Alhamdulillah
Laa Ilah Ha Ilallah
Allahu Akbar
Wa Laa Haula Wala Quata Illa Billah Hil Aliyil Adzim
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang . . .
Dzat tempat kami bergantung . . .
Dzat tempat kami berserah . . .
Dzat tempat kami memohon . . .
Dzat tempat kami bertaubat . . .
Dzat tempat kami bersimpuh . . .
Dzat tempat kami berharap . . .
Dzat tempat kami bernaung . . .
Dzat tempat kami bersyukur . . .
Dzat tempat kami meminta . . .
Dzat tempat kami menyembah . . .
Subhanallah
Alhamdulillah
Laa Ilah Ha Ilallah
Allahu Akbar
Wa Laa Haula Wala Quata Illa Billah Hil Aliyil Adzim
Hidupmu Dalam Matematika
Renungkanlah . . .
y = mx + c
Hidup ini seperti garis lurus yang kadang berkemiringan besar dan membuat orang putus asa
ax + by + c = 0
Kadang-kadang orang menganggap hidupnya hampa seperti angka 0, padahal sudah melakukam segala upaya (ax + by + c)
2.TT.r
Hidup ini terkadang membuat siklus seperti keliling lingkaran
4.TT.r^2
Agar menjadi siklus yang sempurna, maka kuadratkanlah dan tingkatkanlah ikhtiar dan tawakal hidup ini
TT.r^2
Agar dapat mengetahui luasnya isi dunia, pelajarilah dengan sungguh-sungguh
4/3.TT.r^3
Agar dapat mengetahui isi hati kecil yang jauh lebih luas daripada bumi ini, maka pahamilah makna hidup ini
f(x) = ax + b
Apapun x yang menjadi faktor internal, selalu saja dipengaruhi a dan b yang merupakan faktor eksternal
(x + y) . (x - y)
Hidup ini diselingi takdir baik dan takdir buruk sehingga membentuk harmoni kehidupan
r= L/s
Kita harus terus mencari rahasia dunia dan mengejar kenikmatan akhirat yang kekal agar seimbang hidup ini
r = \/```` s . (s - a) (s - b) (s - c)
Hidup ini ada suka (a) duka (b) pahala (c) dosa (\/````), kehidupan itu memang penuh warna dan harus disyukuri
4 . (p + l + t)
lipat gandakan, maksimalkan amal (p) ibadah (l) kebajikan (t) agar dapat menembus 4 alam, yakni alam kandungan, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat
sin 90
hidup cuma sekali (1)
cos 90
jangan sampai tak ada arti (0)
tan 90
jadikanlah hidup ini penuh makna dengan diisi hal positif yang akan menjadi kebahagiaan dan rahmat yang tak terhingga dari-Nya (INFINITY/TIDAK DIJABARKAN)
y = mx + c
Hidup ini seperti garis lurus yang kadang berkemiringan besar dan membuat orang putus asa
ax + by + c = 0
Kadang-kadang orang menganggap hidupnya hampa seperti angka 0, padahal sudah melakukam segala upaya (ax + by + c)
2.TT.r
Hidup ini terkadang membuat siklus seperti keliling lingkaran
4.TT.r^2
Agar menjadi siklus yang sempurna, maka kuadratkanlah dan tingkatkanlah ikhtiar dan tawakal hidup ini
TT.r^2
Agar dapat mengetahui luasnya isi dunia, pelajarilah dengan sungguh-sungguh
4/3.TT.r^3
Agar dapat mengetahui isi hati kecil yang jauh lebih luas daripada bumi ini, maka pahamilah makna hidup ini
f(x) = ax + b
Apapun x yang menjadi faktor internal, selalu saja dipengaruhi a dan b yang merupakan faktor eksternal
(x + y) . (x - y)
Hidup ini diselingi takdir baik dan takdir buruk sehingga membentuk harmoni kehidupan
r= L/s
Kita harus terus mencari rahasia dunia dan mengejar kenikmatan akhirat yang kekal agar seimbang hidup ini
r = \/```` s . (s - a) (s - b) (s - c)
Hidup ini ada suka (a) duka (b) pahala (c) dosa (\/````), kehidupan itu memang penuh warna dan harus disyukuri
4 . (p + l + t)
lipat gandakan, maksimalkan amal (p) ibadah (l) kebajikan (t) agar dapat menembus 4 alam, yakni alam kandungan, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat
sin 90
hidup cuma sekali (1)
cos 90
jangan sampai tak ada arti (0)
tan 90
jadikanlah hidup ini penuh makna dengan diisi hal positif yang akan menjadi kebahagiaan dan rahmat yang tak terhingga dari-Nya (INFINITY/TIDAK DIJABARKAN)
Salah Kita Semua
Padang rumput sunyi sepi
Damai dan tentram
Tenangkan hati yang resah gelisah
Gemercik sungai yang mengalir
Kicau burung yang menenangkan
Semilir angin yang sejuk
Membentuk harmoni alam
Pohon tinggi menjulang menutupi cahaya benderang matahari
Hewan kecil berlarian kesana-sini
Bunga-bunga berbagai warna
Surgawi dunia ciptaan-NYA
Namun datang sebuah suara
Memecah hening hancurkan sunyi
Padang rumput damai menjadi ramai
Surga dunia menjadi neraka
Para makhluk besar datang
Dengan besi yang dibentuk
Besi yang diterpa sedemikian rupa
Sangat menyeramkan rupa besi itu
Mereka hancurkan semuanya
Tumpahkan darah disana-sini
Rusakkan alam ini
Tanpa memikirkan akhir dan akibatnya
Siapakah gerangan mereka itu?
Makhluk kejam ciptaan-NYA
Tanpa ditebak tanpa dikata
Merekalah manusia
Diri kita lah yang berdosa
Yang membuat semua derita
Salah kita lah semua
Yang buat alam rusak
Maafkanlah kami Yaa Allah . . .
Serba salah
Gagap ku katakan
Buruk ku jalani
Lancar ku ucapkan
Buruk jua ku dapati
Tak pelak tak dapat dielak
Lidah ini tak bertulang
Tarikh tak dapat dibuat-buat
Kuharap semua tak terlambat
Rasa gundah gulana
Wajah muram durjana
Pikiran resah gelisah
Bingung alang kepalang
Buruk ku jalani
Lancar ku ucapkan
Buruk jua ku dapati
Tak pelak tak dapat dielak
Lidah ini tak bertulang
Tarikh tak dapat dibuat-buat
Kuharap semua tak terlambat
Rasa gundah gulana
Wajah muram durjana
Pikiran resah gelisah
Bingung alang kepalang
Tersesat Ku Di Dunia
Tak berharap maut datang menjemputku
Tak cukup bekal menuju ke"sana"
Teramat banyak dosaku pada semua
Terlalu tergoda ku pada dunia penuh fatamorgana
Tepian dunia terus kucari
Tujuh lautan kuarungi
Tujuh benua kujelajahi
Terpana aku pada dunia fana
Terkutuklah diriku
Tak teringat pada akhirat
Terbuai manis madu dunia
Terlupa pada akhir yang nyata
Terbesitlah rasa sesal
Terimalah permohonan ampunku
Tak kuasa ku menahan perih dan sakit
Tersiksa neraka sana nanti
Takutnya hamba-Mu ini pada-Mu
Tak cukup bekal menuju ke"sana"
Teramat banyak dosaku pada semua
Terlalu tergoda ku pada dunia penuh fatamorgana
Tepian dunia terus kucari
Tujuh lautan kuarungi
Tujuh benua kujelajahi
Terpana aku pada dunia fana
Terkutuklah diriku
Tak teringat pada akhirat
Terbuai manis madu dunia
Terlupa pada akhir yang nyata
Terbesitlah rasa sesal
Terimalah permohonan ampunku
Tak kuasa ku menahan perih dan sakit
Tersiksa neraka sana nanti
Takutnya hamba-Mu ini pada-Mu
Sebilah Belati
Tersimpan di gudang senjata yang telah tertinggalkan
Belati penuh karat dan berdebu
Tak ada yang mau memperhatikannya
Itulah hamba-MU yang hina di hadapan-MU
Belati itu tiba-tiba diambil oleh seseorang
Misterius, sungguh misterius
Tak jelas wajahnya, tak tampak rupanya
Tiada rona diwajahnya, tiada cahaya terpantulkan
Itukah sang penjaga neraka wahai Yaa Rabb?
Lain cerita, lain halnya
Lain orang, lain lah semuanya
Belati itu terambil oleh orang berwajah cahaya
Terang benderang silaukan mata
Penuh pesona tebarkan ceria
Tak masam wajahnya
Itukah penjaga surga Yaa Rabb?
Di bumi inilah belati ini dapat menentukan arah hidupnya
Sangkar Emas Penuh Derita
Di dalam sebuah rumah
Di dalam Sangkar Emas tak berdaya
Terkulai lemah tak berdaya
Diriku yang laksana burung tiada kuasa
Sangkar Emas Penuh Derita
Penuh siksa dan dera
Penuh cerita tak sempurna
Penuh derai air mata
Aku siapa?
Di tengah dunia yang terbatas layaknya fatamorgana ini?
Aku mengapa?
Di ambang batas kesadaran dan akal sehatku ini?
Aku tak kuasa
Menanggung derita tiada berkesudahan ini
Aku tak tahan
Menahan rasa perih nan lirih lagi sedih di relung jiwa ini
Aku harus bagaimana?
Menghadapi dunia dalam buai belaka?
Aku harus menunggu sampai kapankah?
Aku harus menahan sakit yang tersimpan di dalam kalbu ini?
Retak sudah harapanku
Punah sudah impianku
Sangkar Emas tiada berguna
Mengurungku tak berkesudahan
Wahai Sangkar Emas-ku . . .
Sampai kapankah kau begini . . .
Malam Sendu
Sendu sungguh malam ini
Terkurung di bilik sempit
Dengan belenggu dan cambuk
Dengan tangisan yang tiada henti
Belenggu rantai besi dan baja yang mengikatku
Tak kunjung lepas membebaskanku
Terus merajamku dan menyiksaku
Mungkinkah sampai tutup usiaku?
Bilik sempit tempat tinggalku
Penuh ilusi dan fatamorgana
Semua semu dan palsu
Sampai kapan kah semua begini?
Cambuk kasar merajamku
Alirkan rembi di mataku
Tiada habisnya menetes
Meratapi diriku malam ini
Bertahan ku bertahan
Berusaha melengkungkan senyuman dalam perih
Ber-ikhtiar ber-tawakal
Menikmati malam walau perih
Terkurung di bilik sempit
Dengan belenggu dan cambuk
Dengan tangisan yang tiada henti
Belenggu rantai besi dan baja yang mengikatku
Tak kunjung lepas membebaskanku
Terus merajamku dan menyiksaku
Mungkinkah sampai tutup usiaku?
Bilik sempit tempat tinggalku
Penuh ilusi dan fatamorgana
Semua semu dan palsu
Sampai kapan kah semua begini?
Cambuk kasar merajamku
Alirkan rembi di mataku
Tiada habisnya menetes
Meratapi diriku malam ini
Bertahan ku bertahan
Berusaha melengkungkan senyuman dalam perih
Ber-ikhtiar ber-tawakal
Menikmati malam walau perih
-Cahaya Bintang-
-I- Harapan Hampa
Cahaya tercipta mencercah menggapai angan
Menembus potret masa lalu
Lampaui impian kosong dan harapan hampa
Cahaya itu sendiri nan sepi
Potret cahaya penuh noda
Gerhana sempurna dipusarannya
Redup sungguh tanpa sinar
Harapan hampa itu jelas nyata
Cahaya itu sirna
Hilang dari daftar kehidupan
Lenyap laksana ditelan bumi
Bersemayam di dalam tanah itu
"Kembalilah wahai cahaya"
"Tunjukkan percikan harapan"
Yang tlah sirna akan kembali"
Kata-kata yang sungguh ia harapkan dari semua
Cahaya bintang berkilau selalu
Hingga akhirnya engkau renta duhai pelita malam
Engkau telah jauh berubah, jauh lebih baik dari masa lalu mu
Inilah saatnya engkau beristirahat sejenak
Kilau mu itu temani rembulan senantiasa di langit biru nan gelap gulita
Cahayamu itu laksana matahari di malam hari
Kini engkau harus pergi tuk selamanya
Selamat jalan kuucapkan duhai bintang benderang
Pergilah sang bintang menjauh
Mencari tempat tuk menunggu waktunya tiba
Hingga ia tiba di ujung semesta
Ia berkata pada alam semesta dengan lirih
"Selamat jalan wahai sahabat-sahabatku, berkilaulah, bercahayalah, bersinarlah, berkerliplah, sampai akhirnya kalian menuju 'akhir yang nyata' itu"
Dan Supernova pun terjadi
Ia meledak mengisi lembar panjang cahaya yang hilang
Melepaskan milyaran cahaya yang bertebaran
Menjadi penggantinya terangi langit malam bersama rembulan
Menembus potret masa lalu
Lampaui impian kosong dan harapan hampa
Cahaya itu sendiri nan sepi
Potret cahaya penuh noda
Gerhana sempurna dipusarannya
Redup sungguh tanpa sinar
Harapan hampa itu jelas nyata
Cahaya itu sirna
Hilang dari daftar kehidupan
Lenyap laksana ditelan bumi
Bersemayam di dalam tanah itu
"Kembalilah wahai cahaya"
"Tunjukkan percikan harapan"
Yang tlah sirna akan kembali"
Kata-kata yang sungguh ia harapkan dari semua
Dari angkasa raya penuh cahaya benderang
Dan gugusan bintang yang membahana nun jauh disana
Cahaya bintang baru ber-reinkarnasi membentuk dirinya
Berkilau nan terang, bercahaya nan silau, berpijar nan membara
Melalangbuana di langit senja
Cerah bercahaya di langit malam
Celoteh lautan putih berkilauan di tengah gelap gulita
Benderang silaukan mata dunia
Duhai bintang ciptaan Tuhan
Takdirmu tinggi di langit sana
Temani rembulan sinari bumi
Bertaburan di angkasa raya
Bintang nan sepi, cahaya nan sunyi
Dikau tidaklah sendiri
Hentikan semua tangismu itu
Tiada guna engkau menangis
Dan gugusan bintang yang membahana nun jauh disana
Cahaya bintang baru ber-reinkarnasi membentuk dirinya
Berkilau nan terang, bercahaya nan silau, berpijar nan membara
Melalangbuana di langit senja
Cerah bercahaya di langit malam
Celoteh lautan putih berkilauan di tengah gelap gulita
Benderang silaukan mata dunia
Duhai bintang ciptaan Tuhan
Takdirmu tinggi di langit sana
Temani rembulan sinari bumi
Bertaburan di angkasa raya
Bintang nan sepi, cahaya nan sunyi
Dikau tidaklah sendiri
Hentikan semua tangismu itu
Tiada guna engkau menangis
Cahaya bintang berkilau selalu
Hingga akhirnya engkau renta duhai pelita malam
Engkau telah jauh berubah, jauh lebih baik dari masa lalu mu
Inilah saatnya engkau beristirahat sejenak
Kilau mu itu temani rembulan senantiasa di langit biru nan gelap gulita
Cahayamu itu laksana matahari di malam hari
Kini engkau harus pergi tuk selamanya
Selamat jalan kuucapkan duhai bintang benderang
Pergilah sang bintang menjauh
Mencari tempat tuk menunggu waktunya tiba
Hingga ia tiba di ujung semesta
Ia berkata pada alam semesta dengan lirih
"Selamat jalan wahai sahabat-sahabatku, berkilaulah, bercahayalah, bersinarlah, berkerliplah, sampai akhirnya kalian menuju 'akhir yang nyata' itu"
Dan Supernova pun terjadi
Ia meledak mengisi lembar panjang cahaya yang hilang
Melepaskan milyaran cahaya yang bertebaran
Menjadi penggantinya terangi langit malam bersama rembulan
Taman Awan Putih
Setitik khayalku terbang
Bersemayam di awan putih
Segala impianku tersapu angin semilir
Menuju awan putih
Seluruh cahaya kemilau harapanku
Melalangbuana merangkai sinaran jauh ke awan putih
Semua mimpiku terhempas oleh ombak tepi pantai
Sampai melayang ke atas awan putih
Awan putih oh awan putih
Khayal dan Impian
Serta Harapan dan Mimpiku
Semua bergabung menjadi satu
Menyatu di dekapmu
Menyambung segala batinku
Menyatukan segala pikiranku
Membentuk "Taman Awan Putih"
Bersemayam di awan putih
Segala impianku tersapu angin semilir
Menuju awan putih
Seluruh cahaya kemilau harapanku
Melalangbuana merangkai sinaran jauh ke awan putih
Semua mimpiku terhempas oleh ombak tepi pantai
Sampai melayang ke atas awan putih
Awan putih oh awan putih
Khayal dan Impian
Serta Harapan dan Mimpiku
Semua bergabung menjadi satu
Menyatu di dekapmu
Menyambung segala batinku
Menyatukan segala pikiranku
Membentuk "Taman Awan Putih"
Angkasa Renta
Nebula nestapa
Supernova memurka
Matahari berduka
Asteroid menangis
Bulan bercengkrama
Bersama bumi yang renta
Hanya menunggu tahun cahaya saja
Tuk lubang hitam menghisap kita
Bintang enggan tertawa
Komet enggan bercahaya
Alpha Centauri terbang menjauh
Sirius meredup
Rasi bintang menghilang
Tata surya menyempit
Semesta sudah tua
Galaksi kita telah renta
Supernova memurka
Matahari berduka
Asteroid menangis
Bulan bercengkrama
Bersama bumi yang renta
Hanya menunggu tahun cahaya saja
Tuk lubang hitam menghisap kita
Bintang enggan tertawa
Komet enggan bercahaya
Alpha Centauri terbang menjauh
Sirius meredup
Rasi bintang menghilang
Tata surya menyempit
Semesta sudah tua
Galaksi kita telah renta
Sebuah Kisah Tentang Bumi dan Galaksi
Sedalam palung
Seluas lautan
Seindah danau
Sepanjang sungai
Sebesar daratan
Seindah hutan
Sedingin gunung
Sesejuk bukit
Semua engkau sinari duhai mentari
Semua dikau turunkan wahai hujan
Semua engkau lindungi duhai ozon
Semua engkau teduhi wahai awan
Setenang damai padang rumput
Sesepi dingin padang tundra
Sesenyap panas padang pasir
Semua syahdu satu padang . . .
Padang arafah penuh rahmat
Sebuah kisah oleh mentari
Setitik cerita oleh rembulan
Secercah petualangan oleh bintang
Semua tercakup dalam galaksi
Seluas lautan
Seindah danau
Sepanjang sungai
Sebesar daratan
Seindah hutan
Sedingin gunung
Sesejuk bukit
Semua engkau sinari duhai mentari
Semua dikau turunkan wahai hujan
Semua engkau lindungi duhai ozon
Semua engkau teduhi wahai awan
Setenang damai padang rumput
Sesepi dingin padang tundra
Sesenyap panas padang pasir
Semua syahdu satu padang . . .
Padang arafah penuh rahmat
Sebuah kisah oleh mentari
Setitik cerita oleh rembulan
Secercah petualangan oleh bintang
Semua tercakup dalam galaksi
Menanti Pelangi Meniti Pelangi
Kumenanti pelangi
Sekian waktu kunantikannya
Ya, tetes air yang membiaskan
Sinaran sang mentari
Namun apa daya
Ku tiada kuasa
Kuhanyalah manusia
Yang hanya bisa berpasrah pada
Takdir yang tak bisa diubah tersebut
Takdir yang takkan berubah
Semenjak zaman azali
Mungkinkah pelangi akan ku titi?
Apatah kata-kataku ini
Tiada makna yang berarti
Hanya harapan dan mimpi
Yang indah bagaikan pelangi
Indah namun semu . . .
Kumeniti pelangi
Oh pelangi nan semu
Tinggi di atas langit biru nan bersih
Beralaskan tikar angkasa raya
Kapankah oh kapankah
Awan akan menitikkan air matanya
Dan mentari menghiburnya
dengan cahaya benderangnya
Hingga ada kesempatan bagiku
Tuk meniti pelangi
Tuk kusimpan dalam hati
Sebagai tanda mata dari langit untukku
Sekian waktu kunantikannya
Ya, tetes air yang membiaskan
Sinaran sang mentari
Namun apa daya
Ku tiada kuasa
Kuhanyalah manusia
Yang hanya bisa berpasrah pada
Takdir yang tak bisa diubah tersebut
Takdir yang takkan berubah
Semenjak zaman azali
Mungkinkah pelangi akan ku titi?
Apatah kata-kataku ini
Tiada makna yang berarti
Hanya harapan dan mimpi
Yang indah bagaikan pelangi
Indah namun semu . . .
Kumeniti pelangi
Oh pelangi nan semu
Tinggi di atas langit biru nan bersih
Beralaskan tikar angkasa raya
Kapankah oh kapankah
Awan akan menitikkan air matanya
Dan mentari menghiburnya
dengan cahaya benderangnya
Hingga ada kesempatan bagiku
Tuk meniti pelangi
Tuk kusimpan dalam hati
Sebagai tanda mata dari langit untukku
Ingatan Tikai Titik Embun, Ingatan Sahabat Terbaik Terindah
Titik embun sejuk pagi hari
Tinggalkan bekas di hijaunya daun
Hanya sekejap memang
Tapi teramat indah
Begitu pula adanya
Ingatanku tentang kejamnya pertikaian
Yang melanda insan salahpaham
Hanya sebentar lalu menghilang
Pertikaian oh pertikaian
Apa gunanya ku ingat dirimu
Lebih baik ku injak dirimu
Hingga menghilang menjadi debu
Lebih baik ku ingat sahabat
Teman sejati tak terganti
Anugerah terbaik dan terindah
Bagi kita semua
Tinggalkan bekas di hijaunya daun
Hanya sekejap memang
Tapi teramat indah
Begitu pula adanya
Ingatanku tentang kejamnya pertikaian
Yang melanda insan salahpaham
Hanya sebentar lalu menghilang
Pertikaian oh pertikaian
Apa gunanya ku ingat dirimu
Lebih baik ku injak dirimu
Hingga menghilang menjadi debu
Lebih baik ku ingat sahabat
Teman sejati tak terganti
Anugerah terbaik dan terindah
Bagi kita semua
Embun Hitam
Kau . . .
Laksana embun hitam di cakrawala fenomena
Menghitam asa membaur keyakinan
Mencabik harapan hingga terisak
Kau berkata
Tak usah kau mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi
Biarkan ia mengalir dalam hati
Oh kau!
Wahai harapan yang pupus!
Jangan pupuskan harapanku
Duhai embun hitam
Embun hitam menghilang ditelan mentari
Berganti menjadi rintik hujan yang penuh romantika
Turunkan rahmat
Turunkan harapan
Laksana embun hitam di cakrawala fenomena
Menghitam asa membaur keyakinan
Mencabik harapan hingga terisak
Kau berkata
Tak usah kau mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi
Biarkan ia mengalir dalam hati
Oh kau!
Wahai harapan yang pupus!
Jangan pupuskan harapanku
Duhai embun hitam
Embun hitam menghilang ditelan mentari
Berganti menjadi rintik hujan yang penuh romantika
Turunkan rahmat
Turunkan harapan
Enggan Menatapku
Mentari pancarkan senyum merona
Angin semilir sejukkan hawa
Langit biru nan bisu saksi segala
.
Semua menatap dunia
Terkecuali terlarang bagiku
Tiada tatap tapak cerah
Hanya nanar nan nestapa cahayakan sinar
.
Langit tak mendengarku, ia tuli
Mentari tak menatapku, ia buta
Angin tak berhaluan padaku, ia lumpuh
Awan menghitam teruntuk bagiku, ia tiada berpikir
.
Berjalan berlalu ku arungi waktu
Berkelahi melawan masa yang berlalu
Menghadap depan tanpa pikir
Merenung belakang bersama kerutan
.
Impi impi mimpi rembi
Segala khayal yang tak mungkin
Mengalunlah dalam hati
Mencairlah dalam jiwa
Berlalulah lewati ruang dan waktu
.
Kerlip kemilau cermin nyata
Biaskan impian dalam refleksinya
Titik noda hitam ditengahnya
Menyimpan harapan yang semu
.
Semu sekalipun
Selalu kukejar
Entah mengapa
Aku pun tak tahu
Rintihan Hati Napi Kebebasan
Detik yang berlalu tanpa digubris
Siratkan gelora perih tiada tara
Cabik batinku yang telah terluka
Siksa jiwaku yang memohon
.
Menanti mimpi dekati diri
Slamanya mungkin?
Ataukah sampai kiamat agaknya?
Aksen sedih berlogat sendu jamah benang sariku
.
Pucuk pinus teteskan embunnya
Fenomena menanti harapan yang tak kunjung tiba
Impian pupus harapan musnah
Mimpi kandas di gerbang besar
.
Aku bukan wanita!
Aku bukan waria!
Aku bukan bayi!
Aku bukan balita!
.
Aku bukan bocah!
Aku bukan anak-anak!
Aku bukan perempuan!
Aku bukan bencong!
.
Aku pejantan!
Namun kau anggapku wanita!
Kau anggapku pemimpi!
Kau anggapku pembual!
.
Akan kutunjukkan padamu! Pada dunia!
Aku jantan!
Aku bukan wanita!
Aku makhluk wajar!
.
Aku teriris mendengarnya
Aku tersedak mendengar kisahnya
Cahaya yang semakin redup
Kini menghilang menunggu waktu
.
Jika engkau tak memberi kebebasan
Biarkan kumencarinya
Siratkan gelora perih tiada tara
Cabik batinku yang telah terluka
Siksa jiwaku yang memohon
.
Menanti mimpi dekati diri
Slamanya mungkin?
Ataukah sampai kiamat agaknya?
Aksen sedih berlogat sendu jamah benang sariku
.
Pucuk pinus teteskan embunnya
Fenomena menanti harapan yang tak kunjung tiba
Impian pupus harapan musnah
Mimpi kandas di gerbang besar
.
Aku bukan wanita!
Aku bukan waria!
Aku bukan bayi!
Aku bukan balita!
.
Aku bukan bocah!
Aku bukan anak-anak!
Aku bukan perempuan!
Aku bukan bencong!
.
Aku pejantan!
Namun kau anggapku wanita!
Kau anggapku pemimpi!
Kau anggapku pembual!
.
Akan kutunjukkan padamu! Pada dunia!
Aku jantan!
Aku bukan wanita!
Aku makhluk wajar!
.
Aku teriris mendengarnya
Aku tersedak mendengar kisahnya
Cahaya yang semakin redup
Kini menghilang menunggu waktu
.
Jika engkau tak memberi kebebasan
Biarkan kumencarinya
Mimpi Kakaktua Malang
Kakaktua malang melintang melayang
Terkurung dalam sangkar penuh nikmat
Semua harap terkabul
Semua perintah terdaulat
.
Hari berganti bulan berganti tahun
Kakaktua melihat dibalik sangkarnya
Ia melihat merpati arungi langit
Ia melihat awan memeluk erat langit
.
Ia hanya tak tahu satu hal
Ia tak tahu caranya terbang
Terus terkurung dalam sangkar
Terperangkap sekian waktu
.
Jemu ia hidup dalam penjara
Malang sungguh nasibnya
Tiada angin dan embun terhirup
Hanya aroma bilik yang selalu sama
.
Menyapa ia pada tuannya
Menanti ia pada bebasnya
Mengharap ia pada Ilahi
Akan bebas yang nyata
.
Ia tolak rayuan terkukur
Ia tolak ajakan jalak
Ia tolak undangan cendrawasih
Semua karena sangkarnya
.
Sangkar emas penuh derita
Tak peduli cerita kakaktua
Hanya mengurung tanpa henti
Kakaktua meraung sekuat hati . . .
Terkurung dalam sangkar penuh nikmat
Semua harap terkabul
Semua perintah terdaulat
.
Hari berganti bulan berganti tahun
Kakaktua melihat dibalik sangkarnya
Ia melihat merpati arungi langit
Ia melihat awan memeluk erat langit
.
Ia hanya tak tahu satu hal
Ia tak tahu caranya terbang
Terus terkurung dalam sangkar
Terperangkap sekian waktu
.
Jemu ia hidup dalam penjara
Malang sungguh nasibnya
Tiada angin dan embun terhirup
Hanya aroma bilik yang selalu sama
.
Menyapa ia pada tuannya
Menanti ia pada bebasnya
Mengharap ia pada Ilahi
Akan bebas yang nyata
.
Ia tolak rayuan terkukur
Ia tolak ajakan jalak
Ia tolak undangan cendrawasih
Semua karena sangkarnya
.
Sangkar emas penuh derita
Tak peduli cerita kakaktua
Hanya mengurung tanpa henti
Kakaktua meraung sekuat hati . . .
Elegi Langit Jingga
Langit jingga tak bergeming
Tak berpaling tak bersua
Tak berkata tak bermesra
Hanya menatap penuh makna
Elegi langit jingga
Nyanyikan simfoni derita
Desirkan lunta letih jiwa
Yang tiada penuh makna
Oh langit jingga
Ceritakan ceritamu dalam mimpiku
Lewati anganku dari tatapmu
Tembus impian dengan kisahmu
Langit jingga menatap penuh makna
Jelas sudah semua cerita
Eleginya tak dapat kujabarkan
Terlalu dalam elegimu
Hanya satu yang disibaknya
Deritamu terlalu panjang ucapnya
Engkau terkurung di penjara
Rohmu hidup ragamu lumpuh
Elegi menyakitkan tapi nyata
Ku terima apa adanya
Ku sibakkan lentera cahaya
Kaburkan langit jingga ke nirwana
Tak berpaling tak bersua
Tak berkata tak bermesra
Hanya menatap penuh makna
Elegi langit jingga
Nyanyikan simfoni derita
Desirkan lunta letih jiwa
Yang tiada penuh makna
Oh langit jingga
Ceritakan ceritamu dalam mimpiku
Lewati anganku dari tatapmu
Tembus impian dengan kisahmu
Langit jingga menatap penuh makna
Jelas sudah semua cerita
Eleginya tak dapat kujabarkan
Terlalu dalam elegimu
Hanya satu yang disibaknya
Deritamu terlalu panjang ucapnya
Engkau terkurung di penjara
Rohmu hidup ragamu lumpuh
Elegi menyakitkan tapi nyata
Ku terima apa adanya
Ku sibakkan lentera cahaya
Kaburkan langit jingga ke nirwana
-Ungkapan Putih Muslimah- (Insp. by Muhammad Hafis)
Muslimah indah menyatu dengan cahaya.
Bak malaikat berhias harapan.
Bagai rembulan bertemankan bintang.
Aku inginkan dirimu menjadi cahaya.
Aku inginkan dirimu menjadi Islam.
Aku hanya inginkan satu darimu.
Biarkan ini menjadi kenangan terindah.
Bilamana kita tak bersua.
Kabulkanlah Yaa Rabb.
Jadikanlah kawan.
Jadilah "Muslimah".
Bak malaikat berhias harapan.
Bagai rembulan bertemankan bintang.
Aku inginkan dirimu menjadi cahaya.
Aku inginkan dirimu menjadi Islam.
Aku hanya inginkan satu darimu.
Biarkan ini menjadi kenangan terindah.
Bilamana kita tak bersua.
Kabulkanlah Yaa Rabb.
Jadikanlah kawan.
Jadilah "Muslimah".
-Menanti Cahaya Putih Dikepalamu- ( Insp. By Amar D'Orpheus)
Lama ku tunggu. Tuk kulihat dirimu
Ditutupi cahaya putih
Ya, kepalamu itu bercahaya putih..
Cahaya terindah yang dirahmati-NYA
Dengan indahnya bersanding dikepalamu
Berikan keindahan
Kapankah itu kan terjadi . . .
Kapankah Yaa Rabb . . . ?
Kidung cahaya jumantara senja
Dipadu cahaya putih dikepalamu
Di cakrawala ether yang indah
Di bumi Allah kau menjadi lilin
Ditutupi cahaya putih
Ya, kepalamu itu bercahaya putih..
Cahaya terindah yang dirahmati-NYA
Dengan indahnya bersanding dikepalamu
Berikan keindahan
Kapankah itu kan terjadi . . .
Kapankah Yaa Rabb . . . ?
Kidung cahaya jumantara senja
Dipadu cahaya putih dikepalamu
Di cakrawala ether yang indah
Di bumi Allah kau menjadi lilin
-Kertas Bisu- (Insp. By Rizki Amalia Oktisah)
Selembar kayu yang ku olah
Hingga menjadi secarik kertas yang putih
Bersih nan lembut
Tempat ku tuliskan harapan dan impianku
.
Ia memang bisu
Sebuah saksi bisu
Akan harapanku yang kutulis
Dengan pensil karat yang ku miliki
.
Saksi bisu kertas bisu
Kutuliskan impianku yang kutahu
Hanya satu yang kutulis
"Aku Ingin Keadamaian"
Hingga menjadi secarik kertas yang putih
Bersih nan lembut
Tempat ku tuliskan harapan dan impianku
.
Ia memang bisu
Sebuah saksi bisu
Akan harapanku yang kutulis
Dengan pensil karat yang ku miliki
.
Saksi bisu kertas bisu
Kutuliskan impianku yang kutahu
Hanya satu yang kutulis
"Aku Ingin Keadamaian"
-Makhluk Indah- (Insp. By Siti Noor Malf)
Tercipta dari mana entah ku pun tak tahu
Makhluk indah yang buatku terpana
Mempesona penuh kharisma
Indah nian makhluk itu
.
Teraniaya untaian kidung malam yang sepi
Ku tatap potret makhluk indah itu
Pelipur laraku yang slalu ada
Kaulah yang sempurna
Makhluk indah yang buatku terpana
Mempesona penuh kharisma
Indah nian makhluk itu
.
Teraniaya untaian kidung malam yang sepi
Ku tatap potret makhluk indah itu
Pelipur laraku yang slalu ada
Kaulah yang sempurna
-Pensil Karat- (Insp. By Rizki Amalia Oktisah)
Karatmu kejam menghitam yakinku
Melepaskan partikel kecil yang tlah lekat di hatiku
Karat pensilku yang antik
Kasihan oh kasihan
.
Kapankah kau seperti sedia kala wahai pensil karat
Kembalilah!
Aku ingin rintangan yang membentang hilang
Aku ingin keadamaian
Melepaskan partikel kecil yang tlah lekat di hatiku
Karat pensilku yang antik
Kasihan oh kasihan
.
Kapankah kau seperti sedia kala wahai pensil karat
Kembalilah!
Aku ingin rintangan yang membentang hilang
Aku ingin keadamaian
-Meja Kosong- (Insp. By Bima Aje Lah)
Seberkas kayu yang tersusun
Dengan besi yang diterpa
Seonggok meja yang kosong
Melompong tanpa arti
.
Tiadakah artiku ini?
Apatah nasibku ini?
Laksana meja kosong yang melompong
Tak bermakna sepanjang masa
Dengan besi yang diterpa
Seonggok meja yang kosong
Melompong tanpa arti
.
Tiadakah artiku ini?
Apatah nasibku ini?
Laksana meja kosong yang melompong
Tak bermakna sepanjang masa
-Embun Bengis- (Insp. By El Ghibran)
Embun menghitam menyulam asa
Merajut kelam yang terhujam
Menyayat bathin yang mendera
Menyiksa raga yang tlah sirna
.
Bengis nian embun hitam
Menerpa bathin tanpa ampun
Menghentak hati tanpa kata
Membunuhku perlahan-lahan
Merajut kelam yang terhujam
Menyayat bathin yang mendera
Menyiksa raga yang tlah sirna
.
Bengis nian embun hitam
Menerpa bathin tanpa ampun
Menghentak hati tanpa kata
Membunuhku perlahan-lahan
Bebas Itu Bersama
Bebas yang kucari tanpa henti
Di derai rembi di dalam mimpi
Di rajam cambuk di dalam mabuk
Di angan angan di dalam kenangan
Yang kucari telah ku temui
Bersama itu bebas
Bebas itu bersama
Itulah yang kujumpa
Rantaian ilusi yang menerpa bathinku
Lekukan kromatis yang merajam hatiku
Orkestra lepas yang penuh pesona
Imaji yang lama berjalan di mozaikku
Di derai rembi di dalam mimpi
Di rajam cambuk di dalam mabuk
Di angan angan di dalam kenangan
Yang kucari telah ku temui
Bersama itu bebas
Bebas itu bersama
Itulah yang kujumpa
Rantaian ilusi yang menerpa bathinku
Lekukan kromatis yang merajam hatiku
Orkestra lepas yang penuh pesona
Imaji yang lama berjalan di mozaikku
Cinta Seorang Sahabat
Kau bagaikan simfoni semesta
Mengelegikan sebuah kisah
Tentang cinta diatas cinta
Cinta yang bukan kekasih,
Melainkan sahabat
Orkestral nan sakral cintamu
Harmonis ritmis kromatis melodis
Berkidung suka berselimut duka
Kita lalui bersama
Rapae indah menghisap madu
Di padang imaji yang membentang
Dari ufuk timur ke ufuk barat
Tak kan hilang dipisah ruang dan waktu
Dalam cakrawala langit jumantara
Ikrarku bergema di bumi berazam
Tak peduli aral melintang
Tak peduli rintang membentang
Meski karat menusuk raga
Meski nestapa merasuk jiwa
Sisa nafas ku kerahkan
Demi seuntai kalimat
"Jangan nodai persahabatan kita . . ."
Mengelegikan sebuah kisah
Tentang cinta diatas cinta
Cinta yang bukan kekasih,
Melainkan sahabat
Orkestral nan sakral cintamu
Harmonis ritmis kromatis melodis
Berkidung suka berselimut duka
Kita lalui bersama
Rapae indah menghisap madu
Di padang imaji yang membentang
Dari ufuk timur ke ufuk barat
Tak kan hilang dipisah ruang dan waktu
Dalam cakrawala langit jumantara
Ikrarku bergema di bumi berazam
Tak peduli aral melintang
Tak peduli rintang membentang
Meski karat menusuk raga
Meski nestapa merasuk jiwa
Sisa nafas ku kerahkan
Demi seuntai kalimat
"Jangan nodai persahabatan kita . . ."
-Taman Mimpi-
Taman mimpiku dipenuhi kembang
Kembang seroja di rimpuh telimpuh
Kembang lumpuh bersimpuh
Kembang ceria berbahagia
.
Taman mimpiku dipenuhi cahaya
Cahaya mimpi yang tiada wujud
Cahaya redup yang menghilang
Cahaya terang yang benderang
.
Taman mimpiku dipenuhi asmara
Asmara kasih sayang abadi
Asmara sahabat tiada tamat
Asmara cinta indah tertata
.
Taman mimpiku dipenuhi embun
Embun Lazuardi di atas angan
Embun pagi bermesra slalu
Embun malam nan kelam
.
Taman mimpiku dipenuhi mimpi
Mimpi indah diatas mimpi
Mimpi angan mimpi harapan
Mimpi yang tak nyata
Kembang seroja di rimpuh telimpuh
Kembang lumpuh bersimpuh
Kembang ceria berbahagia
.
Taman mimpiku dipenuhi cahaya
Cahaya mimpi yang tiada wujud
Cahaya redup yang menghilang
Cahaya terang yang benderang
.
Taman mimpiku dipenuhi asmara
Asmara kasih sayang abadi
Asmara sahabat tiada tamat
Asmara cinta indah tertata
.
Taman mimpiku dipenuhi embun
Embun Lazuardi di atas angan
Embun pagi bermesra slalu
Embun malam nan kelam
.
Taman mimpiku dipenuhi mimpi
Mimpi indah diatas mimpi
Mimpi angan mimpi harapan
Mimpi yang tak nyata
-Telimpuh Waktu-
Telimpuh eka membuka cerita
Elegi waktu yang tiada nista
.
Telimpuh dwi di ibu pertiwi
Mengidung mimpi aksara jawi
.
Telimpuh tri di kakaktua berperi
Menanti alibi mimpi yang berlari
.
Telimpuh catur di akhir tidur
Menunjuk mimpi yang dicela dihancur
.
Telimpuh panca dipantul kaca
Akhir cerita mimpi dicerca
.
Telimpuh telimpuh yang berkidung waktu
Tertempuh satu tertinggal satu
.
Takkan terwujud semua disebut
Biarkan satu kau tuju slalu
Elegi waktu yang tiada nista
.
Telimpuh dwi di ibu pertiwi
Mengidung mimpi aksara jawi
.
Telimpuh tri di kakaktua berperi
Menanti alibi mimpi yang berlari
.
Telimpuh catur di akhir tidur
Menunjuk mimpi yang dicela dihancur
.
Telimpuh panca dipantul kaca
Akhir cerita mimpi dicerca
.
Telimpuh telimpuh yang berkidung waktu
Tertempuh satu tertinggal satu
.
Takkan terwujud semua disebut
Biarkan satu kau tuju slalu
Langganan:
Postingan (Atom)