-I. Hujan Keraguan-
Ini hujan menghujam merajam
Tajamnya silam yang kelam tersulam
Teringat akan partikel yang menyatu di malam itu
Satu kata "teganya dirimu" yang tertulis darimu
Dalam jalan yang tertempuh dan rapuh
Derai rinai hujan menampik kesenangan
Sisakan keraguan yang tak bertuan
Aku tak mampu menahan keraguan yang melawan
Apakah aku merebut?
Apakah aku yang kisahkan tak berurut?
Apakah hatiku yang terlalu menurut?
Apakah aku yang salah menyebut?
Berkias namamu di relung kalbu
Intuisiku tak mampu sampai, tabu
Aku menciut layaknya debu
Aku merasa kering mendekati batangan tebu
Aku merimpuh bersimpuh dalam rapuh yang keruh
Serta lusuh sauh yang mengasuh luluh
Di depan mahligai kain mengarah pada-Mu
Di bawah langit hitam yang menangis ku mohon-Mu
Buang ragu yang resapiku
Buang perih yang dekatiku
Aku ingin jalan terbaik dari-Mu
Terbaik bagiku, bagimu dan baginya
-II. Awal Dari Sebuah Akhir-
Awal yang mengawal sebuah akal yang tak kekal
Dan impikan angan serta zaman yang perlahan hilang
Mati dan awal yang memulai lagi sebuah akhir
Ini awal dan akhir yang telah hilang dalam lembar sejarah
Hambar ketika terasa tulisan maya di layar kaca
Mendera datang dan sisakan cerita
Menggelora dan menyiksa
Kutertawa saja seakan tiada apa
Awal yang mencekam
Kejam luluh lantakkan segala bait keindahan
Awal yang datang
Kadang menyeramkan
Awal itu
Akhir itu
Membatu
Sisakan perih dalam pintu
"Dewasakan dirimu kawan"
Kepribadianku berkata bersamaan
Aku memejam
Lalu merenung...
-III. Desis Terakhir-
Dan perjalanan kuteruskan
Mengikuti alunam msebuah kegelapan
Yang kejam dan kelam dalam kehidupan
Berlindung dari hantu kesesatan
Aku berlindung dari segala godaan
Aku entah mengapa melihat lilitan
Ular yang bercahaya layaknya harapan
Berdesis tersenyum
Dan mati
Langkahku terhenti
Aku terkena bisa
Aku mati dalam langkah yang terakhir
Namun aku terkubur
Dalam senyuman
Seakan aku tahu
Apa yang akan terjadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar