Jumat, 11 Juni 2010

-Catatan Pinggir 05 Mei '10-

Dan ketika langit kulihat dan dia menangis, anganku melambung dalam bijana gelap, galau menitikan nama menantikan semu yang melangkah, dalam kabut yang kabut, dalam air yang air, dalam sekam yang sekam. Lalu ada jalan yang kulihat di tepi rerumputan, menuju kosong yang berselang, sejenak kulihat kemudian berlari, namun sebuah nama kulihat di awang-awang, temaram impian bersemi antara nirwana yang pernah kuharap kujajaki.

Lalu melangkah dalam gelap dan tepi yang serak, sebuah bahasa bertutur di teluk nista yang berbunga wisteria mengharum nama dua manusia yang bersua di tengah lapangan antara jiwa dan jiwa, sejenak aku terisak dan berjalan ke langit-langit cahaya negeri tak bertahta yang hanya mampu menampikkan nama, tapi ada kata yang tertinggal di tiap ucap yang terus terngiang, aku hanya melesu dan melangkah ke alam nama beribu cerita olehnya, nama itu berjejer rapi bersama, lalu kusapa nirwana yang di pelataran sana sejenak.

Dan inilah kisahku ketika aku berjalan dalam lesunya akhir yang memudarkan segala, hanya lembaran yang kulihat dan resapi selalu sempana dalam nama, tapi sesalku berujung atau tidak? Nama itu adalah salahku, aku hanya merepotkan nama dalam sepinya, aku harus lakukan segalanya untuk bijana lestarinya, maafkan aku di terik gelap ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar