Mengalir
Titik demi titik tanpa henti
Terus mengalir tak pedulikanku
Layaknya waktu yang bergulir
Tetes air mata ku
Menguap ke awang awang
Melayang tak tampak
Hilang tanpa jejak
Ah air mataku
Berhentilah!
Ikuti arahan tuanmu
Haruskah ku berteriak?
Kawanan angan di tepian impian
Terus mengikat segala kisah
Menebar resonansi masa lalu
Wangi kenangan terus semerbak
Air mata masih mengalir
Terus membentuk mosaik indahnya kenangan lalu
Kenangan lalu yang telah hilang
Entah mengapa aku tak mampu
Menahan air mataku
Ketika kutatap wajah itu
Potret wajah itu, yang telah layu
Potret lalu yang mati
Bertahun lalu kutatap
Kini tampak lagi di anganku
Ya, di mimpiku
Maafkan aku bila ku masih belum mampu ikuti langkahmu
Wujudkan impianmu pun ku tak mampu
Tak kuasa
Maafkan aku, nenekku tersayang . . .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar