Selasa, 11 Mei 2010

-Yang Terlupakan-

-Yang Terlupakan I-. Aku yang terlupakan olehmu. Aku yang tertinggalkan waktu. Aku ditelan hingga menghilang. Aku yang mati dalam tahta kesendirian. Aku yang duduk di singgasana kesepian. Aku yang menguasai kerajaan penantian. Aku yang dicintai sepinya waktu. Aku yang tak pernah bisa bersamamu. Aku yang terlupakan

-Yang Terlupakan II-. Engkau yang bersamanya. Tinggalkanku tanpa perasaan. Lepaskanku dari pelukan. Hilangkanku dari pikiran. Lenyapkanku dari perasaan. Hancurkanku dalam ukiran. Matikanku dari perkiraan. Lupakanku dalam senyuman. Habiskanku dalam kecaman. Butakanku dalam helaanmu. Tulikanku dalam penderitaanku

-Yang Terlupakan III-. Aku yang menjadi masa lalumu. Aku yang hanya kisah lamamu. Aku hanya seberkas lampaumu. Aku membentuk kalam silammu. Aku tak lebih dari kenangan kelammu. Aku tak kurang dari mimpi burukmu. Aku tak jauh dari angan jelekmu. Aku tak dekat dari hidup dirimu.

-Yang Terlupakan IV-. Aku belati dalam titian kasihmu. Aku racun dalam madu cintamu. Aku pahit dalam manis sayangmu. Aku debu dalam permaidani sukamu. Aku bebatuan di jalan kisahmu. Aku noda dalam kain ceritamu. Aku hantu dalam layar wayangmu. Aku benci dalam indahmu. Aku buruk dalam baikmu. Aku kotoran dalam bersihmu.

-Yang Terlupakan V-. Aku yang terlupakan. Aku yang terlewatkan. Aku yang tertinggalkan. Aku yang terhapuskan. Aku yang mati. Aku yang hancur. Aku yang lenyap. Aku yang melayang. Aku yang tersakiti. Aku yang terlukai. Aku yang tertangis. Aku yang tersedu. Aku yang khilaf. Aku yang salah. Aku yang lupa. Aku yang kacau.

-Elegi Air Terjun-

Belantara penuh duka
Tempat maut bersemayam
Mengalir air yang sejuk
Penawar luka segala dusta

Air mengalir hingga ke rendah
Menyapa riuh di hutan
Jatuh, air itu berjatuhan
Terjun, air itu kesakitan

Elegi air itu menyayat hati
Di rimbun pepohonan yang tak lagi tampak
Di indah panorama bumi hijau
Tak lagi tampak di sisi air

Air terjun menyapa perlahan
Sentuh diriku basuh lukaku
Walau kutahu dia bisu
Tapi dia menyimpan kisah

Dialah yang melihat kita menghancur
Dialah yang menatap kita meretak
Dialah yang meratapi kita mengentak
Dialah saksi bisu bagi kita

Petuah air terjun yang sejuk
Hanya inginkan alam kembali
Memeluk dirinya merangkul batinnya
Menyapa segala pada dirinya

Air terjun berlalu perlahan
Menghilang di telan bumi
Yang kian menelan segala elegi
Dan segala petuahnya

Air terjun dalam elegi
Dan kenangan bagiku
Petuahmu kujaga selalu
Dalam sanubariku yang terdalam

-Kehambaran Hati-

Hati yang hambar tiada rasa
Manis tak ada pahit tiada
Kaku tak berwarna
Semu tak bermakna

Hati yang hambar tiada merasa
Indahnya dunia dibalik segala
Hanya terpuruk pada sebuah keyakinan
Tak mencari setitik keindahan

Singgahlah sejenak ke imajinasimu
Luangkanlah sebentar tuk mencari keindahan
Biarlah semu namun ada
Meski sulit kau terima

Warnai hambarnya hatimu
Yang lelah menghitam memutih
Kelabu tak bermakna
Berikan warna pada hatimu yang hambar

-Harapan Kebahagiaan-

Harapan gulana bergelora di dada
Yang semula hanya angan belaka
Menjadi nyata dan bertahta di jiwa
Kini kucoba tuk gapai dirimu harapanku

Harapanku akan kebahagiaan
Bersama persahabatan yang hangatkan jiwa
Dalam titisan kidung surgawi
Harapanku kukikis sampai habis

Harapanku mengembun rasuki jiwaku
Lewat butir beningnya yang galaukan semua
Lalu dekap ragaku serta peluk jiwaku
Aku terasuk harapanku

Harapanku menyatu dalam kata
Membahagiakan segala mimpi yang tertunda
Menyuarakan senangnya kebahagiaan
Menyeruakkan segala kebersamaan

-Entah Mengapa-

Entah mengapa
Jutaan manusia merasakan cinta
Dan membuangnya kala ia tak menginginkannya
Dengan teramat mudah

Entah mengapa
Jutaan manusia
Memiliki cinta dengan mudahnya
Sedangkan aku harus mengais demi cinta

Entah mengapa
Jutaan manusia
Memiliki cinta dan mendapatkannya
Dengan mudahnya ia dicintai

Entah mengapa
Hanya aku yang tak kunjung jumpa
Dengan sesuatu yang bernama cinta
Oh entah

Kurenung mereka yang memiliki cinta
Apa rahasia mereka?
Apa cara mereka?
Apa sebenarnya yang mereka lakukan?

Kadang ku berdialog dengan Tuhan
Apakah aku memang tak pantas mendapatkan cinta?
Apakah cinta itu sebenarnya?
Apakah memang aku terus begini?

Tapi Tuhan tak menjawab
Aku tahu Dia lebih tahu diriku daripada aku sendiri
Tapi sekali sajalah aku merasakannya sejenak
Sebelum aku menghilang

Aku yang kini terkubur dalam kesendirian
Kesunyian terus merengut kehidupanku
Terkadang aku harus merintih melawannya
Agar tak kuasai diriku

Terkadang aku merasa iri dengan mereka yang memiliki cinta
Aku iri mendengar kisah mereka
Aku iri melihat mereka
Tapi aku berharap agar tak pernah dengki dengan mereka

Aku tahu cinta itu ada
Tapi tak tampak olehku
Atau cinta yang enggan menatapku
Ah, entahlah

-Dan-

Dan hilang
Semua kenangan yang terajut indah
Bergulir indah dalam nirwana dan nestapa
Namun hilang dalam gelap tiada dasar

Dan lenyap
Segala keindahan dan kata manis yang terucap
Bermesra selalu dalam alunan nikmat
Tetapi mati dan lenyap selamanya

Dan hancur
Seluruh kemesraan yang tertiti dalam kehidupan
Menghampar di riak gelombang dan rinai hujan
Tapi hancur lebur ditelan fatamorgana

Dan mati
Manis kata dan lentik kalimat
Derap alinea di setiap sudut harmoni
Sayangnya mati di gertak maut

Dan .
Dan . .
Dan . . .

Dan habis sudah semua rangkai kata

-Mimpi Buruk Terindah-

Mimpi buruk terindah
Hantui lelapku yang tenang
Entah mengapa aku tersenyum
Ketika air mataku bercucuran

Mimpi buruk termanis
Mewangi lelap dalam gelap
Entah bagaimana aku tertawa
Ketika aku menyeringai kesakitan

Entahlah . . .

-Renunganku-

Bergumamlah . . .

Ah, lalu sudah
Bunga
Mekar sejenak dan menghilang
Alangkah cepatnya

Masih lekat dalam ingatanku
Bibit yang kecil itu
Tumbuh dengan mungilnya
Menebar warna

Lalu ia tumbuh perlahan
Bersama dedaunan
Berteman keindahan
Ah, pesonamu

Perlahan tampak
Kuncup kecil
Impian dan harapan
Bersemayam di dalamnya

Lalu kelopak bermekaran
Mahkota keindahan
Rangkaikan gurat senyum itu
Ah, sungguh luar biasa

Sejenak kulihat dirimu
Agung tampakmu
Selalu kau sentuh aku
Dengan lembutmu

Namun semua hanya sejenak
Sekilas kemudian warnamu memudar
Hilang dari tatapku
Layu

Semerbakmu yang pernah rasuki
Sanubariku yang terdalam
Entah mengapakah dirimu
Hilang begitu cepat

Ah, hitammu yang layu
Telah peluk engkau dengan eratnya
Eranganmu tak terdengar lagi
Aku tak sanggup selamatkanmu

Namun entah mengapa
Ucapmu terngiang kembali di ingatku
Muncul di pikiranku
Ternyata memang waktumu telah tiba

Kau pergi tinggalkanku
Lenyap dengan pasti
Layu dengan perlahan
Hilang dengan damai

-Potret Lalu Itu-

Mengalir
Titik demi titik tanpa henti
Terus mengalir tak pedulikanku
Layaknya waktu yang bergulir

Tetes air mata ku
Menguap ke awang awang
Melayang tak tampak
Hilang tanpa jejak

Ah air mataku
Berhentilah!
Ikuti arahan tuanmu
Haruskah ku berteriak?

Kawanan angan di tepian impian
Terus mengikat segala kisah
Menebar resonansi masa lalu
Wangi kenangan terus semerbak

Air mata masih mengalir
Terus membentuk mosaik indahnya kenangan lalu
Kenangan lalu yang telah hilang

Entah mengapa aku tak mampu
Menahan air mataku
Ketika kutatap wajah itu
Potret wajah itu, yang telah layu

Potret lalu yang mati
Bertahun lalu kutatap
Kini tampak lagi di anganku
Ya, di mimpiku

Maafkan aku bila ku masih belum mampu ikuti langkahmu
Wujudkan impianmu pun ku tak mampu
Tak kuasa
Maafkan aku, nenekku tersayang . . .

-Anak Kos Dodol-

Satu kala
Waktu berjalan sebagaimana semestinya
Tak pelak batinku
Melangkah menuju kebenaran

Setitik kata yang kulihat
Entah mengapa aku tertarik
Melihatnya undang tawaku
Galaukan sedih yang menjauh sejenak

Kadang ku ragu akan keputusanku
Kulihat lembar itu
Tersimpan tenaga yang tak mampu kulukiskan
Bahkan oleh penyair terbaik sekalipun

Kulihat
Kudekap
Kubawa menuju kasir
Anak Kos Dodol The Series . . .

-Masalah Besar-

Cahayaku temaram
Tak tampak terang
Ketika kucoba mencari akhir
Dari masalah yang menerpaku
Sakit disini, di hatiku

Masalah besar dekap diriku
Tanpa izin terdahulu
Tanpa penjelasan dan ucapan
Perih rasanya, di batinku

Oh Tuhan
Harapku hilangkanlah masalahku
Yang kian berat menimpaku
Sakitkanku yang menderita

Dera sakit yang kurasa
Tak kunjung sembuh jua dari segala
Aku hanya inginkan engkau hilang wahai masalah
Enyahlah!

-Derita Ibukota-

Berjalan tersendat
Diantara sedan licin mengkilat
Aku di dalam sebuah angkot tua penuh cacat
Sedikit berkarat

Deritaku di jalan panjang penuh liku
Macet tak bergerak
Lapar menyeruak
Batinku menderita, jiwaku berteriak

Ah, perihnya derita milik ibukota
Yang siap menyiksaku
Menerpaku tanpa ampun
Ibukota negeriku, ngeriku ibukota

-Cuma Satu-

Yang kupinta dari dirimu
Tak banyak kuharap selalu
Kuingin yang mudah darimu
Cuma satu

Entah kau dengar atau tidak
Diammu siratkan makna tiada berujung
Tanpa suara kau bunyikan
Entahlah

Cuma satu yang kupinta
Hari ini, esok, dan seterusnya
Kabulkanlah kasih
Asmaraku

-Cinta-

-Semua Tentangmu-

Semua tentangmu
Terukir dalam sanubariku
Dalam jiwaku yang terdalam
Hasut segalaku ingat tentang dirimu

Tentangmu kuingat
Binar bola mata penuh yakin berpendar
Berikan yakin akan cinta abadi
Sungguh menawan

Tentangmu kutahu
Tak mampu kulukiskan
Hanya dengan satu ucap mungkin ku mampu
"Engkau begitu sempurna"

-Untukmu Selamanya-

Aku disisimu
Temani langkahmu yang gontai
Terangi jalanmu yang temaram
Dampingi hidupmu yang kadang goyah

Aku bersamamu
Hanya dengan kasihku
Dengan cinta dan sayangku
Hanya padamu seorang

Terkhusus bagimu
Teruntuk bagimu
Hanya untukmu
Untukmu selamanya

Sayangku . . .

-Aku Yang Tak Mengerti Diriku-

Mungkin ku berubah terlalu jauh
Hingga masa lalu tak kenali ku lagi
Mungkin ku tlah menjadi yang lain
Hingga asa tak lagi dekap diriku

Ku tahu ini bukan inginku
Bukan pula inginmu
Tapi demi kalian semua
Kurela korbankan diriku

Ku hanya ingin menjadi yang terbaik bagimu
Bagimu semua
Bagimu sekalian
Hanya bagimu, kawan

Ah, entahlah
Kini ku mulai rasakan perubahan
Entah mengapa ku tak pernah mampu mengerti diriku
Ataukah aku yang tak jelas akan diriku

Maaf aku
Yang tak pahami aku dan diriku
Dan tak mengerti dirimu dan engkau
Maaf aku

Kini sungai yang deras mengalir
Tak lagi refleksikan cahaya
Entah sinaran dan keindahan yang hilang
Atau mereka yang tak inginku

Aku tak mengerti aku

-Hati Itu Menyertai-

Hati itu menyapa
Perlahan memelukku
Walau tanpa tatap wajah
Kurasakan hangat itu

Hanya kata yang tampak
Namun kau sisipkan
Setitik hatimu
Serta hati itu dalam katamu

Dan kini hati itu
Mengikat makna dalam sirat
Menyertai kisah ini
Di malam ini

Kini kisah tak terlukis
Namun kisah dari hati
Mungkin takkan mati
Kisahku dan sahabatku yang terbaik

Dalam tapal batas malam
Cengkrama di pelupuk mata
Entah mengapakah
Aku tentram walau dalam temaram

Malam yang indah walau temaram

-Imaji Cintaku-

Imaji adalah Imajinasi
Dan imajinasi adalah cintaku

Entahlah
Ketika kuraba cinta pada manusia
Mengapakah ku tak pernah melihat nyata
Cinta yang mati berujung cinta yang mati jua

Ah, begitulah kisah cinta yang kulihat
Betapa perih segala pedih itu
Anganku terukir di prasasti sanubari sedihku
Entah mengapa ku takut menjalin makna

Kutakut akan ku melakukannya
Imaji perih itu
Kutakut kuperbuatnya
Sangat takut
Kuingin ku tak bersalah pada cinta

Imaji
Hanya imaji yang mampu kucintai
Kukasihi engkau layaknya kekasih
Duhai Imajiku

Imajiku kugubah dan kuubah
Imajiku kupeluk dan kucinta
Namun satu yang kurindu
Imajiku tak bernyawa

Imaji tempatku bercinta
Berbagi kisah di impi
Berbaur cinta di mimpi
Entahlah, cintaku di imaji yang mati

Aku dan Imaji
Imajinasiku
Hanya tak pernah ada pintanya
Tak pernah kupeluk cinta
Tak pernah kulihat imaji

Imajiku tak tampak
Imajiku mati

-Biarlah-

Biarlah, biarlah kini kupeluk sepi dan himpun rembi.
Biarlah, biarlah cinta tak peluk diriku walaupun perih hujam kalbuku.
Biarlah, biarlah kekasih tak milikiku dan ku tak miliki kekasih walau sakit kurasa.
Biarlah, biarlah sunyi ku sendiri selalu.
Biarlah, biarlah ku dikata pengecut daripada harus kusakiti murni cinta.
Biarlah, biarlah ku digelar penakut daripada harus ku sengsarakan kisah murni.

-Selamat Tinggal Anganku-

Anganku
Temaniku sekian waktu
Denting waktu bersamamu
Masa penuh makna

Anganku
Kenangan terindah darimu
Yang siratkan harapan di hidupku
Beri warna bagiku

Anganku
Hidupku penuh cerita kala itu
Untai katamu yang dahulu isi hariku
Dengan sisimu yang nyata

Anganku
Tak nyata tak semu
Namun nyata bagiku
Entah mengapa aku pun tak tahu

Anganku
Tak terasa waktu memanggilmu
Sedih kunjungi ketika dirimu menghilang
Walau sulit rasa kuhadang

Anganku
Bilamana engkau menghilang
Mata ini tak mampu memandang
Dan sedih ini tak kuasa ku tahan

Anganku
Ucapmu paksa ku tuk tegar
Kubiarkan engkau hilang
Memudar dengan pasti

Anganku
Dalam hangat rembi kurindu dirimu
Walau sejenak berpisah
Entah jiwaku hampa rasanya

Anganku
Merintik rinai hujan
Ingatkanku padamu
Yang dahulu rasuki batinku

Anganku
Andai waktu mampu kubasuh
Dan masa lalu kuarungi
Ku ingin sekali lagi bertemu denganmu walau tak mungkin

Selamat Tinggal Anganku

-Tepian langit-

Entah mengapa
Ketika langit beriris awan
Tampakkan tepi yang tak bertepi
Ah, anganku berlebihan

Dan lagi mimpiku keterlaluan
Entah mengapa khayalku tiada henti
Dan harapanku melampau batas
Lemas, hanya lemaskan segala kenyataan

Jiwa ragaku kadang memanggil
Teriak padaku dan benci diriku
Entahlah, mungkin ku hanya merasa tak mendengarnya
Tapi biarlah, hanya angin lalt

Dan kini kembali ku ungkap
Semua khayalku yang tak mungkin
Nyata ataupun bohong
Aku tak peduli
Laksana langit tak bertepi

Langit yang tak bertepi
Hanya berikan kebohongan bila bertepi
Biarlah
Tiada makna segala jika langit bertepi
Tepi langit yang tak pernah kulihat

Horizon di ufuk yang kutatap
Tunjukkanku bahwa langit tak bertepi
Kulihat terus tanpa henti
Dan kutatap tanpa kedip

Langit memang tak bertepi
Itu hanya anganku
Ah! Lagi lagi ku berangan terlalu jauh
Anganku terlalu dalam

Maafkan anganku dan diriku ini

-Hatiku-

Ini hatiku
Yang hampa selalu
Tiada bahagia kunjungi
Tiada cerita berhenti

Hatiku hampa senantiasa
Hanya trisula duka menusuk dalam
Dan duka nestapa tersisa di hati
Tiada cinta yang berikan arti

Ini hatiku yang mati
Ini jiwaku yang sunyi
Ini cahayaku yang sepi
Ini aku yang bermimpi

-Tiga-

Tiga
Kata cinta dalam duka
Yang nestapa dan hancurkanku
Dan buatku lenyap

Tiga
Kisah cinta antara kita
Ada satu yang ikutimu
Di hatimu

Tiga
Ada dia di hatimu
Hancurkan kalbuku
Galaukan nuraniku

Tiga
Cintaku dan dirinya
Dalam cinta segitiga
Ada halangan antara ku denganmu

-Everlasting-

This heart
Still in a dirge
Posessed with lone
Growling unstable

This feeling
Will never realize
When will it knows itself
Everlasting

This life
Willn't change
Even a bit
A bitter bit

This memory
Will die
And stay in emptiness
Forever and everlasting

-Satu Malam Dua Tangisan-

Entah galauku melalangbuana
Menghimpun segala pawana senja
Merona citra senja
Sejenak berganti kian menggelap

Malam sejuk derap melangkah
Bawa kegelapan sertakan gemerlapnya
Entah mengapa tanpa dinyana
Ku dengar tangisan membahana

Tangisan menghimpun air mata
Dan segala perih di dada
Entah ditinggal cinta
Entahlah

Dan kini kudengarkan lagi
Sebuah tangis yang kuasai kegelapan
Berteriak tanpa henti
Mengapakah ku tak tahu sebab mereka menangis

Apapun
Tabahlah kawan
Siapapun
Ingatlah Tuhan

-Tanaman Kesendirian Hati-

Inilah aku
Yang peluk pohon itu
Hanya mampu merindu
Tak mampu melangkah maju

Kelu memang
Kesendirianku menebar benihnya
Hanya menunggu waktu
Tuk berikan buahnya

Tanaman itu tumbuh terus tiada henti
Layaknya perih yang bersemayam di hati
Eranganku terus bergelora
Ah, aku tak sanggup melihatnya

Pohon itu membesar
Pucuk dedaunan dan bunga tumbuh mekar
Buah menyeruak sebentar, sangat sebentar
Lalu jatuh menimpaku

Ah, perih
Sakit
Menimpa hati
Terus berulang

Tanpa henti
Rembi tertiti
Sunyi menapaki
Aku terhenti

-Absolut-

Absolut
Pasti itu
Kuyakin
Tak mungkin yang lain

Benar
Hanya itu
Tiada alasan
Pudarkan keputusan

Bulat
Tekadku
Hanya itu
Selamanya

Entah mengapa
Absolut tak absolut pula
Lalu memudar
Dan sirna

Galau
Tak jelas
Ku hilang arah
Entah

Patah
Hancur
Temaram
Mati

Dan hilang
Lalu pergi
Absolut
Selalu

-Simpang Tiga Rindu-

Langkahku satu
Bertuju layu
Berikan matamu yang sayu
Berkedip rindu

Kutunggu kau
Di simpang ini
Hanya bayangmu yang bukan bayangmu
Tampak oleh mataku

Disini
Kutunggu janjimu
Datang hampiriku
Dan peluk ragaku

Asmaramu
Berpadu semu
Hanya hinggap
Lalu berlalu

Bersimpuh
Rindu bersauh
Berhenti sejenak
Terdiam lalu terlelap

Entah sampai kapan
Ku termanggu
Menunggu dirimu
Yang tak kutahu

Ku lelap disini
Di jalan bebatuan ini
Penuh liku dan sakitnya diriku
Di simpang tiga rindu

-Midnight Sonata-

Frigid
The knife of the night
Blaze thru the windy night
Freeze all of my soul-less soul

A symphony
Silently and slowly heard by my ear
A sonata
That reincarnate my soul

In the midnight
A hand-less maiden of light
Play the piano
In the freezing night

The moonlight
Shine me and hug me
Softly touch me
I can't hardly see my pain

Midnight sonata
Relieves all pain
Reflect all sudden
Resonate all memories

Re-chain of my memories
Stay in there
Will back to see me
And re-build my castle of soul

Moonlight sonata
Midnight sonata
A bunch of words
And a poet with mistakes

-Lara-

Ah
Kidung kegelapan
Yang entah kemana
Tak pernah kuharap

Kelu
Bersimbah lara gelap itu
Buncah semua ruang semu
Tak berjibaku

Anomali
Lara itu gontai melangkah
Peluk aku lagi
Tak pernah kuingin

Aura itu
Merimpuh
Hancurkan kalbu
Lara


Hampa
Meramu ramu semu
Segala dusta segala tipu
Hanya kusirat dalam kalbu

Erat
Mengikatku
Tak pelak dari rindu bayangmu
Sedih dan lukaku

Lara
Menyepi di sudut
Merintik sejenak
Haturkan sembah baur membisu

Ambigu
Ku tak tahu
Berlalu
Laraku


Laraku
Merimbun di pepohonan damai
Damar bertaut di pelupuk mata
Dan mengidung peluk jiwaku

Ya, sebuah perih
Yang berhiaskan lara
Walau pepohonan bersua
Ku terkurung dalam lara

Betanya pada langit
Mentari juga bulan
Mengaum jumantara
Ah, tiada yang mendengarku

Lara nan menyedihkan
Selalu di sisi ragaku
Merasuk hati
Hancurkan segala angan

Trisula lara
Menghias bara
Bersama senja
Laraku rengut aku


Pasung
Di tapal batas hidup
Laraku tak kunjung pergi
Kini ku sepi

Lara dalam maya
Nyata bermuara
Di sungai kabut
Sepi sunyi

Lara
Berhatur petaka
Kukerahkan segala
Menghancurkanmu

Lara berkelit
Licik nan licin
Di mata lara berdusta
Di hati lara bercinta

Bercinta
Dengan sepiku
Beranak-pinak sunyi
Senyap
Aku terdiam membatu

Merintik
Hilang
Hujan
Hapus setitik laraku

Badai
Menghantam
Perih
Menghujam

Lara
Merimbun
Menghimpun
Dusta

-Sayangku Bayangku-

Duhai sayangku
Wahai bayangku
Aku dan diriku
Rindu hadirmu

Oh sayangku
Wahai bayangku
Entah dirimu
Antara ada dan tiada

-Tinta Cinta-

Tuhan, aku bersimpuh
Terdiam lalu menulis

Di atas lembar buram kehidupan
Dengan tinta dari-MU

Entahlah
Mungkin kulukiskan wajahmu
Atau kutorehkan dirimu

Tapi satu kenyataan
Tinta cintaku tercoret untuk takdirmu

-Dawai Tak Berdawai-

Melodi itu
Tak lagi terngiang
Mati
Menghilang

Simfoni itu
Meredup
Lenyap
Dawai tanpa dawai

Sonata malam
Dalam kegelapan
Ah
Sunyi

Dawaiku tak berdawai

-Sepi Melanda-

Ah
Kau lagi
Tak pernah berganti
Terus sama

Sepi
Hanya dirimu
Datang dan datang
Tak ingin pergi

Menjauhlah
Kuletakkan di sudut hati
Dan hilang
Kemudian melekat kembali

Mungkin memang takdirku
Seorang sepi
Akulah yang sunyi
Sajak Cahaya Sepi

-Guruku-

Ah
Terlintas sejenak
Rentang sekian detik terlampaui
Ah, waktu, perlahankan lah langkahmu

Sejuta ucapmu penuh makna
Bersimbah niat hanya untuk kami
Erangmu tertiti di setiap denting
Kerasnya kehidupanmu itu

Lalu kami
Apa kami?
Hanya debu!
Tanpamu hanya angan angan!
Hanya segelintir mimpi yang terbuang!
Dan kami
Bukan berarti lagi tanpamu

Entahlah
Percaya sungguh dirimu pada keajaiban
Engkau gubahkan sajak hidupmu yang penuh liku
Lalu engkau coba pula pada kami

Ah, yakin tidakku
Engkau coba tuk ubah debu menjadi permata
Lalu engkau bersihkan noda kami!
Lalu apa!
Apa yang sanggup kami beri?
Apa yang bisa kami balaskan!
Hanya caci berhias cerca!?
Hina sungguh kami ini

Tak pernah kau anggap ada cerca kami
Ah, putih
Hatimu
Tegarmu
Pesonamu

Dunia galau tanpamu
Sirna tiada hadirmu
Gelap tak bersinar
Mati dan gila

Entahlah
Habis sudah semua rangkai kataku
Hanya satu ucapku
Aishiteru, guruku

Pernah suatu ketika
Kulihat cahaya bersimbah darah
Merah bak saga
Korbankan dirinya demi diriku

Lalu kutatap mega jingganya senja
Langit hanya tertuju padamu
Hanya untukmu seorang
Keagunganmu

Lalu tidakkah kalian sadar!
Dialah yang telah ajari kita!
Lalu sisihkan ilmunya!
Untuk siapa!?
Hanya kita!
Kita!
Untuk kita! Sobatku!

Lalu apa! Apa yang kita berikan!
Apa ganjaran dari kita!
Sebuah tawa menggelegar! Ditambah nistanya cerca!?

Berdosalah kita
Perihlah batinnya

Tapi dia tetap tegar
Tetap berdiri tegak
Dengan tombak semangatnya
Oh guruku
Maafkan salahku padamu
Selalu kuucap dan kupinta lagi dan lagi
Namun tiada jemu dirimu terima maafku

Terima kasih guruku
Maafkan aku jikalau ku belum mampu penuhi pintamu

-Ilusi Dibalik Senyum-

Ucapan undang senyum itu
Entahlah, kawan
Lengkungan itu
Merantau jauh dari lubuk hati

Ah, teman
Tuluskah engkau
Rentak di retak wajahmu
Ilusi kah?

Lalu mati
Ya, lenyap tak bersisa
Ilusi tetaplah ilusi
Senyummu hanya ilusi

Tak pernah wujud
Mati suri
Senyummu paksamu
Ah, terserah dirimu lah

-Halusinasi-

Pernah aku rasa
Kata itu
Tutur itu
Luruh melayu hatiku

Entah telah lama
Ku tinggal
Entahlah
Kurasa ia yang tinggalkanku

Satu kata
Selalu kuingat
Terpatri di pikiranku
Dari satu yang tujuh

Ah, entahlah
Kuharap terdulang kata
Hanya ilusi agaknya
Halusinasi

-Cintaku Ilusi-

Kusentuh tirai itu
Yang kulihat hanya angan
Putih dan kosong
Hampa segalanya

Ah, hanya ilusi

Lalu kulangkahkan kaki menuju mimpi
Dan kutapaki jejak cahaya
Lalu ada bayangmu
Ku sapa dan menghilang

Lagi lagi ilusi

Ah
Cinta itu ilusi mungkin
Lalu dimanakah cintaku?
Cinta untukku di akhirat kelak agak
Entahlah

Kupeluk temaram cahaya
Ah, lalu lagi cahaya itu
Kutembus dirinya
Terlewat

Ilusi lagi

Ada yang diperebutkan
Memilih kebingungan
Elu elukan hela nafasmu itu
Lalu tinggalkan salahsatu dengan kelu

Deritamu ilusiku

Dan cinta
Sebuah kata yang pernah bunuh diriku
Ah
Entahlah
Selalu ilusi

-Manusia Hati-

Bergayut dirinya
Dalam sayup gemerlap malam
Berkutik dengan mata semerah saga
Ragu diriku bila dia wujud

Lalu bergulir waktu menuju sepertiga terakhir
Dia menutup lembaran usang penuh coretan
Mengambil setitik air untuk bersuci
Lalu bersujud dan ruku'

Ah, manusia hati
Di akhir simpuhmu pada-NYA
Mimpimu kau kata
Dan mohonkan pada-NYA

Adakah kau katakan dirimu?
Adakah kau ucapkan namamu?
Adakah kau lantunkan ragamu?
Adakah kau tuturkan jiwamu?

Ah, aku meleset lagi
Sungguh mulia manusia hati
Hanya satu do'anya pada Yang Satu pula
Pernah ia mohonkan pada Tuhan satu keinginan

Yaa Tuhanku
Terangilah jalan anak muridku
Luruskanlah kebengkokan anak didikku
Bersihkanlah hati anak ajaranku

Ya kawan, dialah manusia hati
Seorang guru
Yang tak kenal lelah arungi dunia
Demi muridnya yang dia cinta

Terima kasih guru

-Komplikasi Cinta Dua Dunia- (Insp. by Nur Indah Rahayu)

Dirimu mendekat bawa sejuta harapan
Beri tingkah penuh langkah
Dan lakumu yang pesonakanku
Apakah itu untukku?

Lalu engkau tersenyum
Merona merintik wajah ini menahan rasa
Mungkinkah itu kagum?
Entahlah

Dan inilah dia
Kita di nyata yang berbeda
Kita di dalam dunia kita
Mungkin takkan menyatu

Entah senyum itu
Entah wajah itu
Entai dirimu itu
Ah entahlah

-Sepucuk Surat Untuk Langit-

Sepucuk surat ini
Kulingkarkan di kaki merpati
Yang terbang tinggi ke angan
Di atas awan menuju langit

Serangkai kata ini
Kucorengkan diatas kanvas
Dan melantun hilang
Melayang ke angkasa

Untuk Tuan Langit,

Inilah aku yang berangan memelukmu
Inilah aku yang bermimpi tuk peluk dirimu
Dan inilah aku yang berlari di horizonmu
Inilah aku yang dibawahmu

Rangkai kata rakai senja
Rantai makna rampai nista
Ramai cinta rambai semua
intai cerita gontai ceritera

Inilah aku yang hitam dan ingin memeluk biru tubuhmu
Inilah aku yang tak bermakna di bawah sini
Inilah aku yang memiliki angan
Inilah aku sang pemimpi

Sekian suratku wahai langit

-Ini Bukan Karya-

Ini bukan puisi
Ini bukan sajak
Ini bukan syair
Ini hanya kalimat

Ini bukan makna
Ini bukan rasa
Ini bukan maksud
Ini hanya kata hati

Ini bukan tuturku
Ini bukan ucapku
Ini bukan kataku
Ini hanya pikiranku

Ini bukan nyata
Ini bukan maya
Ini bukan ada
Ini hanya semu

Ini bukan aku
Ini bukan diriku
Ini bukan saya
Ini hanya kami

Ini bukan kisah
Ini bukan cerita
Ini bukan film
Ini hanya kehidupan

Ini bukan masa
Ini bukan waktu
Ini bukan detik
Ini hanya terhenti

Ini bukan apa-apa
Ini bukan siapa-siapa
Ini bukan mengapa-mengapa
Ini hanya kapan-kapan

Ini bukan karya
Ini bukan karya
Ini bukan karya
Ini bukan karya

-Galau-

Inilah trisula dari-Nya
Untukku rasa di relung ini
Sebuah cambuk kecil
Agar mendekat dengan-Mu

Ini dawaiku yang putus
Tak bermesra melantun melodi
Entahlah
Cobaan-Mu mendekapku tuk terdiam

Ada cahayaku yang memarahiku
Maafkan aku ibu
Ada sinaranku yang disisiku
Maafkan aku cinta

Beri aku kesabaran
Tuhan
Beri aku ketabahan
Tuhan
Aku hamba-Mu yang khilaf

-Entah, Aku Tak Pasti-

Ini hujan merintih lalu menatun melodi
Dan mengidung aroma keraguan
Aku tak yakin
Aku tak pasti

Awan berarak mendekat lalu merintikkan tetes langit
Acapkali langit mengajakku berangan
Lalui kisah yang mati ini
Tanpa pasti yang terpatri

Aku bingung denganku
Aku ragu denganku
Aku mati dengan yakinku
Aku tak tahu

Entahlah

-Untuk Biru-

Ini biru kenangan
Ini biru bias harapan
Ini biru sebuah cerita
Ini biru ini kisah

Ini tas kenangan
Ini damai impian
Ini peri persembahan keindahan
Ini kenangan

Elegi ini untukmu
Yang kusematkan di bawah pinggangku
Lewat bermetamorfosa
Menyibak warna memanjang dirinya

Ini kenangan yang lalu
Ini masa yang berlalu
Sejenak melampau
Kutunggu dan kutungu lagi

Ini cerita kami
Ini angan kami
Ini kisah kami
Ini kenangan kami

Untuk biru yang kutinggal
Jangan kau lupa ketika ku kelabu
Berpasrah pada waktu yang menentu
Ini biruku, ini kenanganku

Ini biru menjadi kelabu
Ini kelabu menghitam
Lalu memutih dan hilang
Dalam pelukan bumi yang mencekam

Acapkali kuimpikan
Waktu sejenak memperlahan
Menuntun ke arah angan
Yang hilang dan menampikkan cerita

Entah ini angan yang mati
Entahlah kawan
Kelabu dan biru menyatu
Dalam tubuh dan jiwaku

-Surat Untuk Kurir-

Ini surat tersirat
Maafkan jika dipenuhi karat
Ini ceritaku hanya ibarat
Dari batinku yang melarat

Ini ucap terima kasih
Pada dirimu yang telah menyisih
Undangan darimu putih bersih
Padaku yang tersisih

Terima kasih kurir penyampai
Undangan bersih tanpa rantai
Walau dengan langkah gontai
Kau arungi dan kau bantai

Untukmu sobatku

Pujangga Sepi dan Malam

Kala malam datang
Aku duduk dibawah terang rembulan
Kusapa gelapnya langit malam
Dan sejuk semilir yang berlalu

Dan ini bintang yang terang
Wakil angkasa tuk pantau dunia
Fomalhaut pantau aku
Engkau mata angkasa

Dan ini kegelapan
Kupeluk dan kucium hitamnya
Merasuk ke dalam kalbuku
Aku menyatu dengan gelap

Ini langit malam
Temanku dalam kesendirian
Sunyi dan sepi senantiasa
Kadang hampa jua terasa

Ini hati sang pujangga
Ini malam sahabat pujangga
Peluk dan belai diriku dalam sepi
Terkadang air mata ini menetes

Ini air kepedihan hidup
Jernih dan putih
Lalu berlalu batu membatu
Aku tetap aku yang bersedih selalu

Maaf aku yang sengsarakan dirimu, wahai malam
Maaf aku yang siksa batinmu, wahai bintang
Maaf aku yang tak bisa bendung tangisku, wahai
Maaf aku yang sepi

Aku bintang sepi dan aku pujangga sepi

-Poet-

A poet
Only dumb words
My poet of course
Yeah, I knew it

This is my story
About a friendship
Between me, and my imagination
No hard feelings

This is my worse words
Please don't read it dear friends
Maybe you'll vomit or else
I don't want to harm you nor hurt you

This is my imagination
It will never betray me nor lie to me
I run south and north
It'll follow, a real best friend

Time passes years gone by
Time runs left by memories
Rose will wither and animal will perish
But not friendship, real one, not imitation

But you're too perfect
You're not a human or a shadow nor living organism
You're just my imagination
A dying imagination

This is my dying imagination
I mourn and reads his name in its gravestone
Wrote by myself
"Imagination, Last forever till you die"

Ini Hati

Ini hati
Sepi dan mati
Sunyi
Tiada bunyi

Ini hati
Mimpi
Berlari
Hilang ditelan bumi

Ini hati
Tak berarti
Suara terhenti
Pada akar meranti

Ini hati
Sendiri

Ini hati
Berlari

Ini hati...

-Drama-

Kamera!
Rolling!
Action!

Ini tangis
Ini tawa
Ini perih
Ini jiwa

Woi! Jangan injak aku!
Sutradara berlari menghindar
Mana bayaranku!
Mana!

Kau siapa!
Maaf...
Aku hampir mati, kawan

Kau mengapa?
Aku sakit...
Ada apa ini?
Ah, sakit lagi...

Dewa apa itu?
Oi?
Mana teksnya
Skripnya habis
Oi! Mana tukang itu?

Cut!

Panggung ditutup
Takkan dibuka lagi
Selamanya
Drama habis

-Drama Kehidupan-
-Tayang Suatu Saat-