Senin, 19 April 2010

-Tinta Cinta-

Tuhan, aku bersimpuh
Terdiam lalu menulis

Di atas lembar buram kehidupan
Dengan tinta dari-MU

Entahlah
Mungkin kulukiskan wajahmu
Atau kutorehkan dirimu

Tapi satu kenyataan
Tinta cintaku tercoret untuk takdirmu

Jumat, 02 April 2010

Bintang Hatiku

Cahaya terang . . .

Terpercik . . .

Membias . . .

Cerah menyapa . . .

Menembus awan yang beriring . . .

Hadirkan semangat baru . . .

Tuk lupakan yang tlah lalu . . .

Saat kulihat siapa gerangan cahaya itu . . .

Tertegun . . .

Tak menyangka . . .

Sungguh suatu keajaiban . . .

Ada yang mencintaiku . . .

Seorang wanita . . .

Dari tulang rusuk Adam . . .

Sebentuk cahaya . . .

Seperti bintang terang . . .

Janganlah redup dan mati . . .

Kau lah . . .

Bintang hatiku . . .

Pantulan Cahaya Penerang Hati

Ku pandang ke dalam . . .
Ke dalam hati kecil ku . . .
Terbias sebuah kilatan cahaya . . .
Terangi hati kecil ini . . .
Cahaya itu memantul . . .
Membentuk kilauan . . .
Putih kilaunya . . .
Melesat . . .
Menembus ruang hatiku . . .
Merasuki hatiku . . .
Menerangkannya . . .
Menghalau kegelapan . . .
Mengusir kegundahan . . .
Cahaya itu bernama . . .
Kasih sayang . . .

Ruang Hidup

Ciptaan-Nya ini . . .

Ya, semesta ini . . .

Bumi ini . . .

Matahari ini . . .

Ruang untukku hidup . . .

Tanpa-Mu . . .

Tanpa ciptaan-Mu . . .

Tanpa anugerah-Mu . . .

Kami tidak lebih . . .

Daripada debu . . .

Terbang tertiup angin . . .

Terima kasih . . .

Atas ruang hidup . . .

Salahsatu . . .

Dari ribuan anugerah dari-Mu . . .

Aku Begini Adanya

Aku adalah aku . . .

Yang tidak hebat . . .

Aku adalah diriku . . .

Yang serba kekurangan . . .

Aku bukan mereka . . .

Yang terlihat sempurna . . .

Aku adalah aku . . .

Yang sederhana . . .

Aku adalah diriku . . .

Yang berlumur keburukan . . .

Aku bukan mereka . . .

Yang bisa engkau kagumi . . .

Aku begini adanya . . .

Terserah Padamu Terserah Pada-Mu

Ku sampaikan niatku padamu . . .

Ku berserah pada-MU . . .

Ku ubah dirimu . . .

Ku berharap pada-MU . . .

Ku beri kepercayaan padamu . . .

Ku berharap pada-MU . . .

Ku cintaimu . . .

Ku cintai-MU . . .

Semua terserah padamu

Semua terserah pada-MU

Tegarlah, Walau Dia Pergi

Tinggalkanku . . .

Jauh . . .

Menghilang di ufuk barat . . .

Bagaikan mentari terbenam . . .

Indah . . .

Mempesona . . .

Namun tak mungkin kumiliki . . .

Janganlah hilang matahariku . . .

Tetaplah disini . . .

Ya, disini, di hatiku . . .

Terangi ku . . .

Walau kau tak dapat ku miliki . . .

Izinkan diriku . . .

Tuk terus dapat melihat . . .

Lengkungan bibir yang merona itu . . .

Sebentuk senyumanmu . . .

Pergi lah . . .

Ku pasrahkan pada Ilahi . . .

Relakanmu untuknya . . .

Tegar . . .

Ku ingin tegar . . .

Tak peduli apa yang terjadi . . .

Ku harus tegar . . .

Hujan Berlinang Air Mata

Malam . . .

Cerah . . .

Namun . . .

Saat mentari hendak terbit . . .

Di ufuk timur . . .

Hujan datang . . .

Berlinang air mata . . .

Lihatlah . . .

Hujan pun menangis . . .

Berlinang air mata . . .

Inilah Aku

Tetap . . .

Tiada kelebihan . . .

Sungguh tak membanggakan . . .

Kekurangan . . .

Slalu bertambah . . .

Seiring waktu berjalan . . .

Sulit tuk berkurang . . .

Pantas . . .

Bila aku . . .

Terus terjatuh . . .

Memandangi harapan . . .

Allah, Dzat Tempat Kami Menyembah

Allah . . .

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang . . .

Dzat tempat kami bergantung . . .

Dzat tempat kami berserah . . .

Dzat tempat kami memohon . . .

Dzat tempat kami bertaubat . . .

Dzat tempat kami bersimpuh . . .

Dzat tempat kami berharap . . .

Dzat tempat kami bernaung . . .

Dzat tempat kami bersyukur . . .

Dzat tempat kami meminta . . .

Dzat tempat kami menyembah . . .


Subhanallah
Alhamdulillah
Laa Ilah Ha Ilallah
Allahu Akbar
Wa Laa Haula Wala Quata Illa Billah Hil Aliyil Adzim

Hidupmu Dalam Matematika

Renungkanlah . . .

y = mx + c

Hidup ini seperti garis lurus yang kadang berkemiringan besar dan membuat orang putus asa

ax + by + c = 0

Kadang-kadang orang menganggap hidupnya hampa seperti angka 0, padahal sudah melakukam segala upaya (ax + by + c)

2.TT.r

Hidup ini terkadang membuat siklus seperti keliling lingkaran

4.TT.r^2

Agar menjadi siklus yang sempurna, maka kuadratkanlah dan tingkatkanlah ikhtiar dan tawakal hidup ini

TT.r^2

Agar dapat mengetahui luasnya isi dunia, pelajarilah dengan sungguh-sungguh

4/3.TT.r^3

Agar dapat mengetahui isi hati kecil yang jauh lebih luas daripada bumi ini, maka pahamilah makna hidup ini

f(x) = ax + b

Apapun x yang menjadi faktor internal, selalu saja dipengaruhi a dan b yang merupakan faktor eksternal

(x + y) . (x - y)

Hidup ini diselingi takdir baik dan takdir buruk sehingga membentuk harmoni kehidupan

r= L/s

Kita harus terus mencari rahasia dunia dan mengejar kenikmatan akhirat yang kekal agar seimbang hidup ini

r = \/```` s . (s - a) (s - b) (s - c)

Hidup ini ada suka (a) duka (b) pahala (c) dosa (\/````), kehidupan itu memang penuh warna dan harus disyukuri

4 . (p + l + t)
lipat gandakan, maksimalkan amal (p) ibadah (l) kebajikan (t) agar dapat menembus 4 alam, yakni alam kandungan, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat

sin 90
hidup cuma sekali (1)
cos 90
jangan sampai tak ada arti (0)
tan 90
jadikanlah hidup ini penuh makna dengan diisi hal positif yang akan menjadi kebahagiaan dan rahmat yang tak terhingga dari-Nya (INFINITY/TIDAK DIJABARKAN)

Salah Kita Semua

Padang rumput sunyi sepi
Tenang tanpa suara
Damai dan tentram
Tenangkan hati yang resah gelisah

Gemercik sungai yang mengalir
Kicau burung yang menenangkan
Semilir angin yang sejuk
Membentuk harmoni alam

Pohon tinggi menjulang menutupi cahaya benderang matahari
Hewan kecil berlarian kesana-sini
Bunga-bunga berbagai warna
Surgawi dunia ciptaan-NYA

Namun datang sebuah suara
Memecah hening hancurkan sunyi
Padang rumput damai menjadi ramai
Surga dunia menjadi neraka

Para makhluk besar datang
Dengan besi yang dibentuk
Besi yang diterpa sedemikian rupa
Sangat menyeramkan rupa besi itu

Mereka hancurkan semuanya
Tumpahkan darah disana-sini
Rusakkan alam ini
Tanpa memikirkan akhir dan akibatnya

Siapakah gerangan mereka itu?
Makhluk kejam ciptaan-NYA
Tanpa ditebak tanpa dikata
Merekalah manusia

Diri kita lah yang berdosa
Yang membuat semua derita
Salah kita lah semua
Yang buat alam rusak

Maafkanlah kami Yaa Allah . . .

Serba salah

Gagap ku katakan
Buruk ku jalani
Lancar ku ucapkan
Buruk jua ku dapati

Tak pelak tak dapat dielak
Lidah ini tak bertulang
Tarikh tak dapat dibuat-buat
Kuharap semua tak terlambat

Rasa gundah gulana
Wajah muram durjana
Pikiran resah gelisah
Bingung alang kepalang

Debu

Tertiup angin . . .

Berkelana . . .

Hilang . . .

Tak jelas . . .

Tak tampak . . .

Itulah aku . . .

Tersesat Ku Di Dunia

Tak berharap maut datang menjemputku
Tak cukup bekal menuju ke"sana"
Teramat banyak dosaku pada semua
Terlalu tergoda ku pada dunia penuh fatamorgana
Tepian dunia terus kucari
Tujuh lautan kuarungi
Tujuh benua kujelajahi
Terpana aku pada dunia fana
Terkutuklah diriku
Tak teringat pada akhirat
Terbuai manis madu dunia
Terlupa pada akhir yang nyata
Terbesitlah rasa sesal
Terimalah permohonan ampunku
Tak kuasa ku menahan perih dan sakit
Tersiksa neraka sana nanti
Takutnya hamba-Mu ini pada-Mu

Sebilah Belati

Hanya sebilah belati yang tersisa dari perang yang lalu
Belati penuh karat dan berdebu
Tak ada yang mau memperhatikannya

Itulah hamba-MU yang hina di hadapan-MU

Belati itu tiba-tiba diambil oleh seseorang
Misterius, sungguh misterius
Tak jelas wajahnya, tak tampak rupanya
Tiada rona diwajahnya, tiada cahaya terpantulkan

Itukah sang penjaga neraka wahai Yaa Rabb?

Lain cerita, lain halnya
Lain orang, lain lah semuanya

Belati itu terambil oleh orang berwajah cahaya
Terang benderang silaukan mata
Penuh pesona tebarkan ceria
Tak masam wajahnya

Itukah penjaga surga Yaa Rabb?

Di bumi inilah belati ini dapat menentukan arah hidupnya

Sangkar Emas Penuh Derita

Di dalam sebuah rumah
Di tepian semesta nan luas
Di dalam Sangkar Emas tak berdaya
Terkulai lemah tak berdaya
Diriku yang laksana burung tiada kuasa

Sangkar Emas Penuh Derita
Penuh siksa dan dera
Penuh cerita tak sempurna
Penuh derai air mata

Aku siapa?
Di tengah dunia yang terbatas layaknya fatamorgana ini?
Aku mengapa?
Di ambang batas kesadaran dan akal sehatku ini?
Aku tak kuasa
Menanggung derita tiada berkesudahan ini
Aku tak tahan
Menahan rasa perih nan lirih lagi sedih di relung jiwa ini
Aku harus bagaimana?
Menghadapi dunia dalam buai belaka?
Aku harus menunggu sampai kapankah?
Aku harus menahan sakit yang tersimpan di dalam kalbu ini?

Retak sudah harapanku
Punah sudah impianku
Sangkar Emas tiada berguna
Mengurungku tak berkesudahan

Wahai Sangkar Emas-ku . . .
Sampai kapankah kau begini . . .

Malam Sendu

Sendu sungguh malam ini
Terkurung di bilik sempit
Dengan belenggu dan cambuk
Dengan tangisan yang tiada henti

Belenggu rantai besi dan baja yang mengikatku
Tak kunjung lepas membebaskanku
Terus merajamku dan menyiksaku
Mungkinkah sampai tutup usiaku?

Bilik sempit tempat tinggalku
Penuh ilusi dan fatamorgana
Semua semu dan palsu
Sampai kapan kah semua begini?

Cambuk kasar merajamku
Alirkan rembi di mataku
Tiada habisnya menetes
Meratapi diriku malam ini

Bertahan ku bertahan
Berusaha melengkungkan senyuman dalam perih
Ber-ikhtiar ber-tawakal
Menikmati malam walau perih

-Cahaya Bintang-

-I- Harapan Hampa
Cahaya tercipta mencercah menggapai angan
Menembus potret masa lalu
Lampaui impian kosong dan harapan hampa
Cahaya itu sendiri nan sepi

Potret cahaya penuh noda
Gerhana sempurna dipusarannya
Redup sungguh tanpa sinar
Harapan hampa itu jelas nyata

Cahaya itu sirna
Hilang dari daftar kehidupan
Lenyap laksana ditelan bumi
Bersemayam di dalam tanah itu

"Kembalilah wahai cahaya"
"Tunjukkan percikan harapan"
Yang tlah sirna akan kembali"
Kata-kata yang sungguh ia harapkan dari semua


Dari angkasa raya penuh cahaya benderang
Dan gugusan bintang yang membahana nun jauh disana
Cahaya bintang baru ber-reinkarnasi membentuk dirinya
Berkilau nan terang, bercahaya nan silau, berpijar nan membara

Melalangbuana di langit senja
Cerah bercahaya di langit malam
Celoteh lautan putih berkilauan di tengah gelap gulita
Benderang silaukan mata dunia

Duhai bintang ciptaan Tuhan
Takdirmu tinggi di langit sana
Temani rembulan sinari bumi
Bertaburan di angkasa raya

Bintang nan sepi, cahaya nan sunyi
Dikau tidaklah sendiri
Hentikan semua tangismu itu
Tiada guna engkau menangis


Cahaya bintang berkilau selalu
Hingga akhirnya engkau renta duhai pelita malam
Engkau telah jauh berubah, jauh lebih baik dari masa lalu mu
Inilah saatnya engkau beristirahat sejenak

Kilau mu itu temani rembulan senantiasa di langit biru nan gelap gulita
Cahayamu itu laksana matahari di malam hari
Kini engkau harus pergi tuk selamanya
Selamat jalan kuucapkan duhai bintang benderang

Pergilah sang bintang menjauh
Mencari tempat tuk menunggu waktunya tiba
Hingga ia tiba di ujung semesta
Ia berkata pada alam semesta dengan lirih

"Selamat jalan wahai sahabat-sahabatku, berkilaulah, bercahayalah, bersinarlah, berkerliplah, sampai akhirnya kalian menuju 'akhir yang nyata' itu"

Dan Supernova pun terjadi
Ia meledak mengisi lembar panjang cahaya yang hilang
Melepaskan milyaran cahaya yang bertebaran
Menjadi penggantinya terangi langit malam bersama rembulan

Taman Awan Putih

Setitik khayalku terbang
Bersemayam di awan putih
Segala impianku tersapu angin semilir
Menuju awan putih
Seluruh cahaya kemilau harapanku
Melalangbuana merangkai sinaran jauh ke awan putih
Semua mimpiku terhempas oleh ombak tepi pantai
Sampai melayang ke atas awan putih

Awan putih oh awan putih
Khayal dan Impian
Serta Harapan dan Mimpiku
Semua bergabung menjadi satu

Menyatu di dekapmu
Menyambung segala batinku
Menyatukan segala pikiranku
Membentuk "Taman Awan Putih"

Angkasa Renta

Nebula nestapa
Supernova memurka
Matahari berduka
Asteroid menangis

Bulan bercengkrama
Bersama bumi yang renta
Hanya menunggu tahun cahaya saja
Tuk lubang hitam menghisap kita

Bintang enggan tertawa
Komet enggan bercahaya
Alpha Centauri terbang menjauh
Sirius meredup

Rasi bintang menghilang
Tata surya menyempit
Semesta sudah tua
Galaksi kita telah renta

Sebuah Kisah Tentang Bumi dan Galaksi

Sedalam palung
Seluas lautan
Seindah danau
Sepanjang sungai

Sebesar daratan
Seindah hutan
Sedingin gunung
Sesejuk bukit

Semua engkau sinari duhai mentari
Semua dikau turunkan wahai hujan
Semua engkau lindungi duhai ozon
Semua engkau teduhi wahai awan

Setenang damai padang rumput
Sesepi dingin padang tundra
Sesenyap panas padang pasir
Semua syahdu satu padang . . .
Padang arafah penuh rahmat

Sebuah kisah oleh mentari
Setitik cerita oleh rembulan
Secercah petualangan oleh bintang
Semua tercakup dalam galaksi

Menanti Pelangi Meniti Pelangi

Kumenanti pelangi
Sekian waktu kunantikannya
Ya, tetes air yang membiaskan
Sinaran sang mentari
Namun apa daya
Ku tiada kuasa
Kuhanyalah manusia
Yang hanya bisa berpasrah pada
Takdir yang tak bisa diubah tersebut
Takdir yang takkan berubah
Semenjak zaman azali
Mungkinkah pelangi akan ku titi?
Apatah kata-kataku ini
Tiada makna yang berarti
Hanya harapan dan mimpi
Yang indah bagaikan pelangi
Indah namun semu . . .
Kumeniti pelangi
Oh pelangi nan semu
Tinggi di atas langit biru nan bersih
Beralaskan tikar angkasa raya
Kapankah oh kapankah
Awan akan menitikkan air matanya
Dan mentari menghiburnya
dengan cahaya benderangnya
Hingga ada kesempatan bagiku
Tuk meniti pelangi
Tuk kusimpan dalam hati
Sebagai tanda mata dari langit untukku

Ingatan Tikai Titik Embun, Ingatan Sahabat Terbaik Terindah

Titik embun sejuk pagi hari
Tinggalkan bekas di hijaunya daun
Hanya sekejap memang
Tapi teramat indah

Begitu pula adanya
Ingatanku tentang kejamnya pertikaian
Yang melanda insan salahpaham
Hanya sebentar lalu menghilang

Pertikaian oh pertikaian
Apa gunanya ku ingat dirimu
Lebih baik ku injak dirimu
Hingga menghilang menjadi debu

Lebih baik ku ingat sahabat
Teman sejati tak terganti
Anugerah terbaik dan terindah
Bagi kita semua

Embun Hitam

Kau . . .
Laksana embun hitam di cakrawala fenomena
Menghitam asa membaur keyakinan
Mencabik harapan hingga terisak

Kau berkata
Tak usah kau mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi
Biarkan ia mengalir dalam hati

Oh kau!
Wahai harapan yang pupus!
Jangan pupuskan harapanku
Duhai embun hitam

Embun hitam menghilang ditelan mentari
Berganti menjadi rintik hujan yang penuh romantika
Turunkan rahmat
Turunkan harapan

Enggan Menatapku

Mentari pancarkan senyum merona
Awan beriring teduhkan dunia
Angin semilir sejukkan hawa
Langit biru nan bisu saksi segala
.
Semua menatap dunia
Terkecuali terlarang bagiku
Tiada tatap tapak cerah
Hanya nanar nan nestapa cahayakan sinar
.
Langit tak mendengarku, ia tuli
Mentari tak menatapku, ia buta
Angin tak berhaluan padaku, ia lumpuh
Awan menghitam teruntuk bagiku, ia tiada berpikir
.
Berjalan berlalu ku arungi waktu
Berkelahi melawan masa yang berlalu
Menghadap depan tanpa pikir
Merenung belakang bersama kerutan
.
Impi impi mimpi rembi
Segala khayal yang tak mungkin
Mengalunlah dalam hati
Mencairlah dalam jiwa
Berlalulah lewati ruang dan waktu
.
Kerlip kemilau cermin nyata
Biaskan impian dalam refleksinya
Titik noda hitam ditengahnya
Menyimpan harapan yang semu
.
Semu sekalipun
Selalu kukejar
Entah mengapa
Aku pun tak tahu

Rintihan Hati Napi Kebebasan

Detik yang berlalu tanpa digubris
Siratkan gelora perih tiada tara
Cabik batinku yang telah terluka
Siksa jiwaku yang memohon
.
Menanti mimpi dekati diri
Slamanya mungkin?
Ataukah sampai kiamat agaknya?
Aksen sedih berlogat sendu jamah benang sariku
.
Pucuk pinus teteskan embunnya
Fenomena menanti harapan yang tak kunjung tiba
Impian pupus harapan musnah
Mimpi kandas di gerbang besar
.
Aku bukan wanita!
Aku bukan waria!
Aku bukan bayi!
Aku bukan balita!
.
Aku bukan bocah!
Aku bukan anak-anak!
Aku bukan perempuan!
Aku bukan bencong!
.
Aku pejantan!
Namun kau anggapku wanita!
Kau anggapku pemimpi!
Kau anggapku pembual!
.
Akan kutunjukkan padamu! Pada dunia!
Aku jantan!
Aku bukan wanita!
Aku makhluk wajar!
.
Aku teriris mendengarnya
Aku tersedak mendengar kisahnya
Cahaya yang semakin redup
Kini menghilang menunggu waktu
.
Jika engkau tak memberi kebebasan
Biarkan kumencarinya

Mimpi Kakaktua Malang

Kakaktua malang melintang melayang
Terkurung dalam sangkar penuh nikmat
Semua harap terkabul
Semua perintah terdaulat
.
Hari berganti bulan berganti tahun
Kakaktua melihat dibalik sangkarnya
Ia melihat merpati arungi langit
Ia melihat awan memeluk erat langit
.
Ia hanya tak tahu satu hal
Ia tak tahu caranya terbang
Terus terkurung dalam sangkar
Terperangkap sekian waktu
.
Jemu ia hidup dalam penjara
Malang sungguh nasibnya
Tiada angin dan embun terhirup
Hanya aroma bilik yang selalu sama
.
Menyapa ia pada tuannya
Menanti ia pada bebasnya
Mengharap ia pada Ilahi
Akan bebas yang nyata
.
Ia tolak rayuan terkukur
Ia tolak ajakan jalak
Ia tolak undangan cendrawasih
Semua karena sangkarnya
.
Sangkar emas penuh derita
Tak peduli cerita kakaktua
Hanya mengurung tanpa henti
Kakaktua meraung sekuat hati . . .

Elegi Langit Jingga

Langit jingga tak bergeming
Tak berpaling tak bersua
Tak berkata tak bermesra
Hanya menatap penuh makna

Elegi langit jingga
Nyanyikan simfoni derita
Desirkan lunta letih jiwa
Yang tiada penuh makna

Oh langit jingga
Ceritakan ceritamu dalam mimpiku
Lewati anganku dari tatapmu
Tembus impian dengan kisahmu

Langit jingga menatap penuh makna
Jelas sudah semua cerita
Eleginya tak dapat kujabarkan
Terlalu dalam elegimu

Hanya satu yang disibaknya
Deritamu terlalu panjang ucapnya
Engkau terkurung di penjara
Rohmu hidup ragamu lumpuh

Elegi menyakitkan tapi nyata
Ku terima apa adanya
Ku sibakkan lentera cahaya
Kaburkan langit jingga ke nirwana

-Ungkapan Putih Muslimah- (Insp. by Muhammad Hafis)

Muslimah indah menyatu dengan cahaya.
Bak malaikat berhias harapan.
Bagai rembulan bertemankan bintang.
Aku inginkan dirimu menjadi cahaya.
Aku inginkan dirimu menjadi Islam.
Aku hanya inginkan satu darimu.
Biarkan ini menjadi kenangan terindah.
Bilamana kita tak bersua.
Kabulkanlah Yaa Rabb.
Jadikanlah kawan.
Jadilah "Muslimah".

-Menanti Cahaya Putih Dikepalamu- ( Insp. By Amar D'Orpheus)

Lama ku tunggu. Tuk kulihat dirimu
Ditutupi cahaya putih
Ya, kepalamu itu bercahaya putih..
Cahaya terindah yang dirahmati-NYA
Dengan indahnya bersanding dikepalamu
Berikan keindahan
Kapankah itu kan terjadi . . .
Kapankah Yaa Rabb . . . ?
Kidung cahaya jumantara senja
Dipadu cahaya putih dikepalamu
Di cakrawala ether yang indah
Di bumi Allah kau menjadi lilin

-Kertas Bisu- (Insp. By Rizki Amalia Oktisah)

Selembar kayu yang ku olah
Hingga menjadi secarik kertas yang putih
Bersih nan lembut
Tempat ku tuliskan harapan dan impianku
.
Ia memang bisu
Sebuah saksi bisu
Akan harapanku yang kutulis
Dengan pensil karat yang ku miliki
.
Saksi bisu kertas bisu
Kutuliskan impianku yang kutahu
Hanya satu yang kutulis
"Aku Ingin Keadamaian"

-Makhluk Indah- (Insp. By Siti Noor Malf)

Tercipta dari mana entah ku pun tak tahu
Makhluk indah yang buatku terpana
Mempesona penuh kharisma
Indah nian makhluk itu
.
Teraniaya untaian kidung malam yang sepi
Ku tatap potret makhluk indah itu
Pelipur laraku yang slalu ada
Kaulah yang sempurna

-Pensil Karat- (Insp. By Rizki Amalia Oktisah)

Karatmu kejam menghitam yakinku
Melepaskan partikel kecil yang tlah lekat di hatiku
Karat pensilku yang antik
Kasihan oh kasihan
.
Kapankah kau seperti sedia kala wahai pensil karat
Kembalilah!
Aku ingin rintangan yang membentang hilang
Aku ingin keadamaian

-Meja Kosong- (Insp. By Bima Aje Lah)

Seberkas kayu yang tersusun
Dengan besi yang diterpa
Seonggok meja yang kosong
Melompong tanpa arti
.
Tiadakah artiku ini?
Apatah nasibku ini?
Laksana meja kosong yang melompong
Tak bermakna sepanjang masa

-Embun Bengis- (Insp. By El Ghibran)

Embun menghitam menyulam asa
Merajut kelam yang terhujam
Menyayat bathin yang mendera
Menyiksa raga yang tlah sirna
.
Bengis nian embun hitam
Menerpa bathin tanpa ampun
Menghentak hati tanpa kata
Membunuhku perlahan-lahan

Bebas Itu Bersama

Bebas yang kucari tanpa henti
Di derai rembi di dalam mimpi
Di rajam cambuk di dalam mabuk
Di angan angan di dalam kenangan

Yang kucari telah ku temui
Bersama itu bebas
Bebas itu bersama
Itulah yang kujumpa

Rantaian ilusi yang menerpa bathinku
Lekukan kromatis yang merajam hatiku
Orkestra lepas yang penuh pesona
Imaji yang lama berjalan di mozaikku

Cinta Seorang Sahabat

Kau bagaikan simfoni semesta
Mengelegikan sebuah kisah
Tentang cinta diatas cinta
Cinta yang bukan kekasih,
Melainkan sahabat

Orkestral nan sakral cintamu
Harmonis ritmis kromatis melodis
Berkidung suka berselimut duka
Kita lalui bersama

Rapae indah menghisap madu
Di padang imaji yang membentang
Dari ufuk timur ke ufuk barat
Tak kan hilang dipisah ruang dan waktu

Dalam cakrawala langit jumantara
Ikrarku bergema di bumi berazam
Tak peduli aral melintang
Tak peduli rintang membentang

Meski karat menusuk raga
Meski nestapa merasuk jiwa
Sisa nafas ku kerahkan
Demi seuntai kalimat

"Jangan nodai persahabatan kita . . ."

-Taman Mimpi-

Taman mimpiku dipenuhi kembang
Kembang seroja di rimpuh telimpuh
Kembang lumpuh bersimpuh
Kembang ceria berbahagia
.
Taman mimpiku dipenuhi cahaya
Cahaya mimpi yang tiada wujud
Cahaya redup yang menghilang
Cahaya terang yang benderang
.
Taman mimpiku dipenuhi asmara
Asmara kasih sayang abadi
Asmara sahabat tiada tamat
Asmara cinta indah tertata
.
Taman mimpiku dipenuhi embun
Embun Lazuardi di atas angan
Embun pagi bermesra slalu
Embun malam nan kelam
.
Taman mimpiku dipenuhi mimpi
Mimpi indah diatas mimpi
Mimpi angan mimpi harapan
Mimpi yang tak nyata

-Telimpuh Waktu-

Telimpuh eka membuka cerita
Elegi waktu yang tiada nista
.
Telimpuh dwi di ibu pertiwi
Mengidung mimpi aksara jawi
.
Telimpuh tri di kakaktua berperi
Menanti alibi mimpi yang berlari
.
Telimpuh catur di akhir tidur
Menunjuk mimpi yang dicela dihancur
.
Telimpuh panca dipantul kaca
Akhir cerita mimpi dicerca
.
Telimpuh telimpuh yang berkidung waktu
Tertempuh satu tertinggal satu
.
Takkan terwujud semua disebut
Biarkan satu kau tuju slalu

-Kenangan Putih-Biru- (Insp. by ni_on)

Aku yang tak bermakna tanpamu
Tanpamu sahabat
Tanpamu teman
Tanpamu kawan

Aku yang lumpuh hilang di alam ini
Tanpa sahabat yang temaniku
Tanpa teman yang dampingiku
Tanpa kawan yang disisiku

Biar jarak pisahkan kita
Hati kita menyatu slamanya

Biar cinta sahabat ini
Kekal abadi selamanya

Aku tak mampu menahan tangis ketika terdengar kata bahwa kita berpisah jauh.

Aku tahu ini sulit, tapi kucoba tuk memakluminya.

Ada kalanya kita bertemu lagi.

Mungkinkah kau kenaliku lagi sahabat?

Mungkinkah?

Itu misteri Tuhan

Aku hanya makhluk

Persahabatan Abadi (Insp. by Annisa Icha Bawell)

Kala sangkakala bergelora di angkasa
Langit terbelah bumi menggoyah
Namun sayang ini takkan pernah pudar dan hancur
Padamu sahabat . . .

Bilamana waktu terhenti
Mungkin satu harapku pada Tuhan
Kekalkanlah persahabatan ini
Walau ku tak bernyawa lagi

Waktu senja berdatangan menghampiri
Ku ingin tiada awan yang menghalanginya
Laksana kekalnya persahabatan ini
Yang abadi walau kutahu Tuhan-lah yang abadi

Sebelah Tanganku, Separuh Cintaku (Insp. by Annisa Icha Bawell)

Padamu kuletakkan hatiku
Kasih dan sayangku di orkestra cinta murni
Padu asmara indahnya cinta
Namun semua kau tolak

Sebelah tanganku bertepuk merdu
Bersama semilir angin dalam angan-angan
Separuh cintaku berujung hancur
Lebur sirna sekejap mata

Aku tahu aku tak mampu
Sama denganmu agar kau sayangiku
Dalam cinta separuh ku termanggu
Dalam tangis diatas tangis

Rinduku Padamu Di Batas Hidupmu (Insp by Annisa Icha Bawell)

Rinduku padamu
Dalam hening do'aku pada-MU
Dalam sepi impianku padamu
Tapi kini kau menari di anganku

Rinduku padamu di batas awalmu
Yang hanya mampu kuucap lewat kata
Yang hanya mampu kutulis lewat kalimat
Rinduku padamu, Kakak

Dalam linear garis lurus geometri hidupmu
Yang kadang berliku tajam berbentuk curam
Yang kadang berbukit berlembah menyusuri hidup
Yang penuh cobaan kau tempuh

Dalam temaram rinduku ku letakkan
Dalam sinaran cahaya biaskan harapan
Padamu Kakakku kuucapkan
Sembuhlah dan kembalilah dalam pelukku

Tak Sepatutnya (Insp by Annisa Icha Bawell)

Aku temanmu
Yang sayangimu sepenuh hatiku
Menjadi sahabatku hingga akhir
Dalam telimpuh ruang dan waktu

Aku sahabatmu
Yang sayangimu dalam perjalananku
Menjadi sahabat selamanya
Dalam zaman yang kejam

Tapi kau hampakan harapanku
Yang kau anggap aku secara tak semestinya
Ternyata ku salah menilai dirimu
Aku hanya sesaat bagimu

Tak sepatutnya kau begitu
Galaukan gelora sirnakan sinaran
Hancurkan harapan biaskan impian
Dalam gelap mimpi dalam cahaya

Aku hanya teman sesaat bagimu

-Rapae Kenangan- (Insp. By Ade Irma Nugrahani)

Sajak untukmu semua wahai kawan
Hanya sedikit yang hina lagi rawan
Yang singkat penuh mendungnya awan
Kenangan tentangmu, kawan

Rapae sahaya di bentuk cahaya
Di rembi indahnya harapan yang maya
Di dalam harap penuh percaya
Dari tanganku, si hamba sahaya

Rapae sahaya di akhir masa
Di raup mega di telimpuh asa
Renung menung tenung tersisa
Rapaeku untukmu sepanjang masa

Rapae harapan kenangan untukmu
Tempat ku letak ingatanku padamu
Bilamana kita tak lagi bertemu
Di akhir nanti tuntaskan jemu

-Sepiku Karat- (Insp. by Muhammad Hafis Ahmad Shafat)

Sepiku besi
Menahan rembi
Menghantam mimpi
Tiada bertepi

Sepiku biru
Menghalbur haru
Membias kalbu
Terkuak waktu

Sepiku hitam
Menyatu kelam
Merapuh kejam
Temaram malam

Sepiku karat
Menyatu surat
Menapaki barat
Terikat sirat

-Biarlah Bintang Menari- (Insp. by Muhammad Hafis Ahmad Shafat)

Ku peruntukkan padamu, anak-anak jalanan

Dalam puing gelap nan kelam
Hamba-MU terngiang di penghujung malam
Dengan bias cahaya temaram
Bintang, ia menari sambil terpejam

Bintang temaram di bias malam
Terangnya redup lagi mendalam
Kenangannya yang telah silam
Penuh derita dan menghujam

Dalam dekap dia didekam
Dalam buta dia ditikam
Dalam kata di kertas buram
Dalam lereng gunung yang curam

Sebuah langkah menuju pualam
Telah terajut dalam sebuah sulam
Melari dari dalam suram
Menuju terangnya alam

Biarlah bintang itu menari palam
Walau tertatih dan karam
Di hias jatuh dan selam
Di mata-NYA bintang direkam

-Dibalik Heningmu- (Insp. by Wiranthie Pratiwi)

Aku sobatmu
Setia disisimu
Aku sahabatmu
Bersamamu dihatimu
Aku teman baikmu
Kita sehati selalu
Aku kawanmu
Senantiasa sayangimu

Hanya saja
Kau tampak acuhkan aku
Tak hiraukan aku
Tak anggap aku ada

Oh kiranya kuterka
Dirimu membawa luka
Nestapa di bias kata
Hanya uka kau sisa

Alangkah terkejutnya
Dirimu sebenarnya
Sayangiku sebagai sobatmu
Layaknya diriku padamu

Sudikah kiranya
Engkau maafkanku
Atas salahku
Dan tuduhanku?

-Patah Hati- (Insp. by Mutia Meidiana Lestari)

Arangku ini
Habislah sudah
Patah dan hilang
Layaknya hati ini

Patahlah sudah
Tak berganti pula
Ku tersiksa
Dalam perihnya

Batinku meronta
Sakitnya rasa
Tuhan tolonglah
Aku memohon

Aku hanya hamba-MU

Mati Lampu (Insp. by Bima Aje Lah)

Padam dan gelap
Hilang secercah cahaya
Hanya lilin dan api
Temani ku di malam sepi

Mati lampu dirimu
Aku membisu terpaku
Aku lontarkan kataku
PLN SIALAN!

Ada suara gelegar
Berisik bercahaya adanya
Genset bising dan cahaya lampu
Ulahmu ini PLN!

Pelajaran Pentingku (Insp. by Muhammad Rian Sadega'')

Diriku bertanya apakah bisa?
Hinaan cercaan yang tampak
Menusuk hati yang terdalam
Kami pnya hati
Kami punya perasaan
Seperti kau juga
Tapi hinaan itu
Membuatku tertindas
Tak seperti mereka yang terkhusus
Mungkin ini adalah cobaan
Yang harus kupelajari
Dari-NYA

Jerat Asmara (Insp. by Karina Bila Nabilla)

Jerat cinta penuh gelora
Menjalin makna yang sungguh
Aku dan dirimu
Dalam jerat indah ini

Menyatulah dalam kalbu
Betapa agungnya jeratmu
Direngutnya seluruh pikiranku
Ke dalam satu jeratan

Oh alangkah indahnya
Jerat asmara penuh pesona
Oh sungguh luar biasa
Diriku dijerat cinta

Cinta biarkan cinta
Selamanya dalam jerat ini
Kasih biarlah kasih
Kekal dalam kisah ini